Pintu masuk kompleks masjid berada di bagian timur terbuat dari besi. Bagian depan kompleks masjid dikelilingi pagar beton, sedangkan di bagian samping dan belakang dikelilingi pagar kawat duri. Masjid Siguntur berdenah persegi panjang berdinding batu kali disemen dengan bentuk atap susun tiga terbuat dari seng. Pintu masuk masjid juga berada di sebelah timur dan hanya ada satu pintu terbuat dari kayu. Pintu tersebut berdaun dua dan berbentuk jalusi. Lantai ruang utama yang pada awalnya memiliki kolong dan terbuat dari papan sekarang telah diurug dan menjadi semen. Pada dindingnya terpasang delapan buah jendela kayu berdaun dua.
Masjid Tua Siguntur sebelah belakang
Diskripsi Bangunan
Bangunan Masjid Tua Siguntur ini diperkirakan telah berumur lebih dari 100 tahun. Masjid ini berdenah empat persegi. Atap masjid berbentuk tumpang yang melambangkan Bodi Caniago. Bangunan masjid ini ditopang oleh 1 buah tiang soko guru yang berdiameter 40 m dengan tinggi 7,85 m, serta dikelilingi tiang yang lain sebanyak 12 buah yang berbentuk segi delapan setinggi 5 m. Masjid ini terletak di samping Makam Raja-Raja Siguntur.
Tiang
Beberapa tiang (https://dodichandra.blogspot.com)
Masjid Siguntur secara keseluruhan memiliki 29 buah tiang penyangga yang dibagi menjadi 5 tiang utama terbuat dari kayu ulin dengan diameter 0,40 meter dan tinggi 7,85 meter, 12 tiang pembantu dengan tinggi masing-masing sekitar 5 meter, dan 12 tiang semu (pliaster) yang berfungsi sebagai penahan beban atap.
Ruang Utama
Ruang utama masjid berukuran 15x10 meter dengan dinding batu kali setebal 40 sentimeter yang diplester semen dan lantai semen. Pada dinding ruang utama terdapat delapan buah jendela yang terbuat dari kayu berwarna krem dengan ukuran 1,75x0.75 meter. Sedangkan pintu ruang utama masjid berada di sisi sebelah timur dengan ukuran 12,5x1 meter. Pintu tersebut mempunyai dua daun dan berbentuk jalusi (lubang angin) yang masing-masing berukuran 2,15 x 0,50 meter.
Mihrab dan Mimbar
Mihrab (https://dodichandra.blogspot.com)
Bangunan mihrab masjid berada di sisi barat dengan ukuran 1,22 x 2 meter. Di sebelah kanannya terdapat mimbar yang sekarang sudah tidak dimanfaatkan lagi karena Masjid Siguntur tidak lagi digunakan untuk sholat Jumat. Sedangkan tempat wudlu terdapat di sebelah utara masjid dengan ukuran 7 x 3 meter yang terbagi menjadi tiga ruangan.
Di sebelah utara bangunan masjid terdapat kompleks makam raja-raja Siguntur yang berdenah segi lima. Makam-makam tersebut hanya ditandai dengan nisan dan jirat dari bata dan batu, sehingga dari sekian banyak makam hanya enam makam yang dapat diidentifikasi, yaitu: makam Sri Maharaja Diraja Ibnu bergelar Sultan Muhammad Syah bin Sora, Sultan Abdul Jalil bin Sultan Muhammad Syah Tuangku Bagindo Ratu II, Sultan Abdul Kadire Tuangku Bagindo Ratu III, Sultan Amirudin Tuangku Bagindo Ratu IV, Sultan Ali Akbar Tuangku Bagindo V, dan Sultan Abu Bakar Tuangku Bagindo Ratu VI.
Pemugaran
Pemugaran masjid pernah dilakukan oleh ahli waris dan masyarakat setempat pada tahun 1957 berupa penggantian lantai masjid yang semula papan menjadi plesteran semen. Studi kelayakan juga pernah dilakukan pada tahun 1991/1992 terhadap masjid dan rumah adat Siguntur. Kemudian dilanjutkan pemugaran pada tahun anggaran 1992/1993 oleh Proyek Pelestarian/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sumatera Barat. Dilakukan pembongkaran dan pemasangan baru atap berserta rangkanya, tiang, pondasi, dinding, dan lantai. Selain itu juga dilakukan pembongkaran pintu dan jendela, pembuatan selasar, pagar beton, pagar kawar berduri, serta pintu besi. Perbaikan akhir berupa pengecetan rangka atap dinding, pintu, jendela, dan pagar tembok.
Posting Komentar