Gurindam 12 (https://syafrein.wordpress.com)
Gurindam secara sederhana memiliki arti sebagai sebuah puisi. Gurindam 12 adalah sekumpulan syair yang diciptakan oleh Raja Ali Haji di Pulau Penyengat. Adapun beliau adalah seorang sastrawan di Kepulauan Riau pada masanya dan diakui sebagai salah satu Pahlawan Nasional.
Mengenai sebab-sebab Raja Ali Haji menciptakan gurindam adalah sebagai mas kawin yang diberikan kepada Engku Puteri Hamidah yang tinggal di Pulau Penyengat. Mas kawin ini dipahatkan di batu marmer sebagai bukti rasa cintanya.
Dalam kata-kata yang termaktub di gurindam tersebut sangat kental sekali nuansa keislaman, dikarenakan gurindam tersebut memang berisi wejangan maupun nasehat yang sangat berguna dan bersifat universal bagi masyarakat, khususnya masyarakat dimana Raja Ali Haji itu tinggal, yaitu masyarakat Melayu. Hal ini dimungkinkan karena dominannya unsur Islam dalam kehidupan bermasyarakat di kebudayaan Melayu sebagai dampak dari lancarnya proses Islamisasi di wilayah tersebut, khususnya kepulauan Riau.
Dari bahasa yang di bentuk menjadi sebuah kata lalu menjadi kalimat yang mempunyai makna yang terkandung di dalamnya dan ciri-ciri yang terkandung Dalam Gurindam 12.
1. Rangkap
Di dalam setiap pasal di Gurindam mempunyai dua baris dalam serangkap atau beberapa baris dalam serangkap. Setiap baris ke baris di dalam gurindam 12 membawa makna yang lengkap dan saling berkesinambungan antara baris pertama terhadap baris berikutnya. Baris pertama biasanya dikenali sebagai “syarat” dan baris kedua sebagai “jawab”. Baris pertama atau “syarat” menyatakan suatu pikiran atau peristiwa sedangkan baris kedua atau “jawab” menyatakan keterangan atau menjelaskan apa yang telah dinyatakan oleh baris atau ayat pertama tadi.
2. Perkataan
Jumlah perkataan sebaris tidak tetap.
3. Suku Kata
Jumlah suku kata tidak tetap.
4. Rima
Rima akhir tidak tetap. 5. Maksud dari setiap pasal gurindam
Beberapa Pendapat
Dalam bukunya yang berjudul puisi lama St. takdir Alisyahbana memberikan keterangan tentang gurindam sebagai berikut: Gurindam biasanya terjadi dari sebuah kalimat majemuk, yang di bagi menjadi 2 baris bersajak.
Dr. J.S Badudu, dalam bukunya sari kesustraan Indonesia menjelaskan bahwa gurindam sebenarnya merupakan sebuah kalimat yang terbagi 2 dengan akhir baris berirama sama.
Gurindam termasuk ke dalam puisi lama yang banyak terdapat dalam masyarakat Melayu Indonesia. Gurindam yang terkenal adalah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji (1809-1872). Gurindam ini dinamakan Gurindam Dua Belas karena gurindam tersebut terdiri dari dua belas pasal. Hampir semua lariknya mempunyai rima yang sama dalam satu bait.
Makna Setiap Pasal
Pasal Pertama (1) Gurindam 12
Makna yang terkandung dalam Pasal Pertama, “memberi nasihat tentang agama (religius)”
Barang siapa tiada memegang agama.
Sekali-kali tiada boleh dibilang nama.
Maksudnya adalah setiap manusia harus memiliki agama karena agama sangat penting bagi kehidupan manusia, orang yang tidak mempunyai agama akan buta arah menjalankan hidupnya.
Barang siapa mengenal yang empat.
Maka yaitulah orang yang ma’rifat.
Untuk mencapai kesempurnaan didalam menjalani hidup, manusia harus mengenal empat zat yang menjadikan manusia mula-mula. 4 tersebut adalah syari’at, tarikat, hakikat dan makrifat.
Barang siapa mengenal Allah SWT.
Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah.
Orang yang mengenal Allah SWT, harus melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, tidak akan melanggar aturannya
Barang siapa mengenal diri.
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.
Orang yang tidak beragama tidak akan memiliki identitas diri dan tidak akan dekat dengan Allah SWT.
Barang siapa mengenal dunia.
Tahulah ia barang yang terpedaya.
Kita dapat mengetahui kebesaran Allah lewat manusia, makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna. Manusia yang berorientasi pada kebahagiaan atau hanya mencari kebahagiaan di dunia saja, sebenarnya ia akan tertipu dan menyadarinya bahwa di dunia itu hanya sesaat
Barang siapa mengenal akhirat.
Tahulah ia dunia mudharat.
Di dunia ini kita hanya hidup sesaat, setelah kita wafat setiap manusia akan dimintakan pertanggung jawabannya di akhirat nanti.
Pasal Kedua (2) Gurindam 12
Makna Yang Terkandung dalam Pasal Kedua, “menceritakan tentang orang -orang yang meninggalkan Sembahyang, Puasa, Zakat, dan Haji beserta akibatnya.
Barang siapa mengenal yang tersebut.
Tahulah ia makna takut.
Semakin seorang dekat dan mengetahui tentang agamanya pasti manusia tersebut akan takut dan orang tersebut harus menjalani Perintah-perintah-Nya dan wajib kita laksanakan
Barang siapa meninggalkan sembahyang.
Seperti rumah tiada bertiang.
Orang yang tidak sembahyang bagaikan rumah yang tidak mempunyai tiang, shalat merupakan pegangan hidup.
Barang siapa meninggalkan puasa.
Tidaklah mendapat dua termasa.
Orang yang meninggalkan ibadah puasa akan kehilangan dunia dan akhirat, berarti Allah tidak akan menjaga orang itu.
Barang siapa meninggalkan zakat.
Tiadalah hartanya beroleh berkat.
Harta dari orang yang tidak membayar zakat tidak diridhai oleh Allah. Itupun jika di dunia hidupnya senang apabila tidak memberikan sebagian harta nya maka, hidupnya tidak akan terasa senang.
Barang siapa meninggalkan haji.
Tiadalah ia menyempurnakan janji.
Orang yang tidak naik haji (apalagi jika ia mampu) tidak menyempurnakan janjinya sebagai orang Islam.
Pasal Ketiga (3) Gurindam 12
Makna yang terkandung dalam Pasal Ketiga, “tentang budi pekerti, yaitu menahan kata-kata yang tidak perlu dan makan seperlunya”
Apabila terpelihara mata.
Sedikitlah cita-cita.
Mata harus di pergunakan sebaik-baiknya jangan sampai kita meliahat apa yang dilarang oleh allah SWT.
Apabila terpelihara kuping.
Khabar yang jahat tiadalah damping.
Telinga harus dijauhkan dari segala macam bentuk gunjingan dan hasutan.
Apabila terpelihara lidah.
Niscaya dapat daripadanya faedah.
Orang yang menjaga omongannya akan mendapatkan manfaat.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan.
Daripada segala berat dan ringan.
Jangan mengambil barang yang bukan hak kita
Apabila perut terlalu penuh.
Keluarlah fi’il yang tidak senonoh.
Nafsu harus dijaga supaya tidak melakukan perbuatan yang dilarang.
Anggota tengah hendaklah ingat.
Di situlah banyak orang yang hilang semangat.
Hidup harus dijalani penuh semangat.
Hendaklah peliharakan kaki.
Daripada berjalan yang membawa rugi.
Jangan merugikan diri dengan melakukan hal-hal yang mubajir dan maksiat. Melangkahlah dijalan yang benar dan di ridhoi
Pasal keempat (4) Gurindam 12
Makna yang terkandung dalam Pasal Keempat, “tentang tabiat yang mulia, yang muncul dari hati (nurani) dan akal pikiran (budi)”.
Hati itu kerajaan di dalam tubuh.
Jikalau zalim segala anggota tubuh pun rubuh.
Jagalah hati dari perbuatan yang di larang oleh agama.
Apabila dengki sudah bertanah.
Datanglah daripadanya beberapa anak panah.
Hati yang dengki hanya akan merugikan diri sendiri.
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir.
Di situlah banyak orang yang tergelincir.
Berbicara harus dipikir supaya tidak celaka karenanya.
Pekerjaan marah jangan dibela.
Nanti hilang akal di kepala.
Amarah adalah perbuatan sia-sia, jaga lah amarah kita.
Jika sedikitpun berbuat bohong.
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung.
Orang yang pernah berbohong, sedikit apa pun dustanya, akan terus tampak di mata orang lain.
Tanda orang yang amat celaka.
Aib dirinya tiada ia sangka.
Orang yang paling celaka adalah orang yang tidak menyadari kesalahannya sendiri sampai harus dikatakan oleh orang lain.
Bakhil jangan diberi singgah.
Itulah perompak yang amat gagah.
Sifat pelit akan menguras hartanya sendiri, berarti dengan menjadi dermawan justru harta kita akan bertambah
Barang siapa yang sudah besar.
Janganlah kelakuannya membuat kasar.
Jagalah setiap perbuatan kita
Barang siapa perkataan kotor.
Mulutnya itu umpama ketor.
Kelakuan dan kata-kata hendaklah selalu halus dan bersih.
Di manakah salah diri.
Jika tidak orang lain yang berperi.
Jika kita berbuat kesalahan kita harus minta maaf.
Pekerjaan takbur jangan direpih.
Sebelum mati didapat juga sepih.
Jangan mengambil pekerjaan yang haram.
Pasal Kelima (5) Gurindam 12
Makna yang Terkandung dalam Pasak Kelima, “tentang pentingnya pendidikan dan memperluas pergaulan dengan kaum terpelajar”
Jika hendak mengenal orang berbangsa.
Lihat kepada budi dan bahasa.
Orang yang mulia dan berbangsa dapat kita lihat dari perilaku dan tutur katanya.
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia.
Sangat memeliharakan yang sia-sia.
Orang yang bahagia adalah orang yang berhemat dan tidak melakukan perbuatan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia.
Lihatlah kepada kelakuan dia.
Untuk mengetahui apakah orang itu mulia maka lihatlah sikapnya.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu.
Bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Orang yang pandai tidak pernah jemu untuk belajar dan memetik pelajaran dari hidupnya di dunia.
Jika hendak mengenal orang yang berakal.
Di dalam dunia mengambil bekal.
Orang yang berakal adalah orang yang teleh mempersiapkan bekal waktu hidp di dunia ini.
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai.
Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.
Jika ingin mengetahui sifat baik dari seseorang maka lihatlah saat di bergaul dengan masyarakat.
Pasal Keenam (6) Gurindam 12
Makna Yang Terkandung dalam Pasal Keenam, “tentang pergaulan, yang menyarankan untuk mencari sahabat yang baik, demikian pula guru sejati yang dapat mengajarkan mana yang baik dan buruk”.
Cahari olehmu akan sahabat.
Yang boleh dijadikan obat.
Sahabat yang setia dan dapat membantu kita.
Cahari olehmu akan guru.
Yang boleh tahukan tiap seteru.
Carilah guru yang serba tahu dan tidak menyembunyikan hal-hal buruk.
Cahari olehmu akan isteri.
Yang boleh menyerahkan diri.
Istri yang patut diambil adalah istri yang berbakti.
Cahari olehmu akan kawan.
Pilih segala orang yang setiawan.
Carilah teman yang setia diasaat kita senang maupun susah.
Cahari olehmu akan abdi.
Yang ada baik sedikit budi.
Pengikut, pembantu, budak yang baik untuk diambil adalah abdi yang berbudi.
Pasal Ketujuh (7) Gurindam 12
Makna yang terkandung dalam Pasal Ketujuh, “berisi nasihat agar orang tua membangun akhlak dan budi pekerti anak-anaknya sejak kecil dengan sebaik mungkin. Jika tidak, kelak orang tua yang akan repot sendiri”
Apabila banyak berkata-kata.
Di situlah jalan masuk dusta.
Orang yang banyak bicara memperbesar kemungkinan berdusta.
Apabila banyak berlebih-lebihan suka.
Itu tanda hampirkan duka.
Terlalu mengharapkan sesuatu akan menimbulkan kekecewaan yang mendalam saat sesuatu itu tidak seperti yang diharapkan.
Apabila kita kurang siasat.
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
Setiap pekerjaan harus ada persiapannya.
Apabila anak tidak dilatih.
Jika besar bapanya letih.
Anak yang tidak di didik semasa kecilnya akan menyebabkan saat anak itu sudah tumbuh dewasa akan membangkan orang tua.
Apabila banyak mencacat orang.
Itulah tanda dirinya kurang.
Jangan suka menghina orang lain.
Apabila orang yang banyak tidur.
Sia-sia sajalah umur.
Pergunakan lah waktu sebaik-baiknya.
Apabila mendengar akan kabar.
Menerimanya itu hendaklah sabar.
Jika menerima kabar duka atau kabar yang kurang menyenangkan maka kita harus sabar dan menerima dengan lapang dada.
Apabila mendengar akan aduan.
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan.
Jangan mudah terpengaruh akan omongan orang lain.
Apabila perkataan yang lemah lembut.
Lekaslah segala orang mengikut.
Perkataan yang lemah-lembut akan lebih didengar orang daripada perkataan yang kasar.
Apabila perkataan yang amat kasar.
Lekaslah orang sekalian gusar.
Perkataan orang yang kasar membuat orang yang berada didekatnya resah.
Apabila pekerjaan yang amat benar.
Tidak boleh orang berbuat onar.
Orang yang benar jangan disalahkan (difitnah atau dikambinghitamkan).
Pasal Kedelapan (8) Gurindam 12
Makna yang Terkandung dalam Pasal Kedelapan “ berisi nasihat agar orang tidak percaya pada orang yang culas dan tidak berprasangka buruk terhadap seseorang”.
Barang siapa khianat akan dirinya.
Apalagi kepada lainnya.
Orang yang ingkar dan aniaya terhadap dirinya sendiri tidak dapat dipercaya.
Kepada dirinya ia aniaya.
Orang itu jangan engkau percaya.
Jangan percaya terhadap orang yang suka menganiyaya orang lain.
Lidah suka membenarkan dirinya.
Daripada yang lain dapat kesalahannya.
Jangan suka menyalahkan orang lain, dan mengganggpa bahwa diri kita paling benar.
Daripada memuji diri hendaklah sabar.
Biar daripada orang datangnya kabar.
Pujian tidak usah dibuat sendiri tapi tunggulah datangnya dari orang lain.
Orang yang suka menampakkan jasa.
Setengah daripadanya syirik mengaku kuasa.
Jangan menginginkan imbalan dari setiap jasa yang telah kita perbuat.
Kejahatan diri disembunyikan.
Kebajikan diri diamkan.
Sifat-sifat jelek dalam diri kita jangan ditampakkan, begitu pula kebaikan-kebaikan yang telah kita perbuat.
Ke’aiban orang jangan dibuka.
Ke’aiban diri hendaklah sangka.
Jangan membuka aib atau keburukan dari orang lain, kesalahan diri sendiri harus disadar.
Pasal ke Sembilan (9) Gurindam 12
Makna Yang Terkandung dalam Pasal Kesembilan, “berisi nasihat tentang moral pergaulan pria wanita dan tentang pendidikan. Hendaknya dalam pergaulan antara pria wanita ada pengendalian diri dan setiap orang selalu rajin beribadah agar kuat imannya”.
Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan.
Bukannya manusia yaitulah syaitan.
Manusia yang sudah mengetahui bahwa pekerjaan yang di larang oleh allah swt, maka manusia tersebut tidak dapat di katakan manusia.
Kejahatan seorang perempuan tua.
Itulah iblis punya penggawa.
Kejahatan seorang perempuan tua bagaikan pimpinan setan.
Kepada segala hamba-hamba raja.
Di situlah syaitan tempatnya manja.
Jangan engkau tergoda akan kekayaan pada raja.
Kebanyakan orang yang muda-muda.
Di situlah syaitan tempat bergoda.
Semasa muda jagalah iman kita jangan sampai tergoda oleh rayuan setan.
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan.
Di situlah syaitan punya jamuan.
Jika terdapat seorang lelaki dan seorang perempuan maka disitu pulalah setan berada untuk menggangu iman orang tersebut.
Adapun orang tua yang hemat.
Syaitan tak suka membuat sahabat.
Orang yang semasa mudanya tidak menyia-nyiakan waktu dan selalu melangkah di jalan Allah SWT., maka setan akan menjauhi orang tersebut.
Jika orang muda kuat berguru.
Dengan syaitan jadi berseteru.
Orang muda yang gemar belajar dijauhi oleh setan.
Pasal ke Sepuluh (10) Gurindam 12
Makna yang Terkandung dalam Pasal Kesepuluh, “berisi nasihat keagamaan dan budi pekerti, yaitu kewajiban anak untuk menghormati orang tuanya”.
Dengan bapak jangan durhaka.
Supaya Allah tidak murka.
Jangan durharka terhadap bapak.
Dengan ibu hendaklah hormat.
Supaya badan dapat selamat.
Setiap anak harus hormat dan patuh terhadap ibunya karena surga di telapak kaki ibu dan ibu mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan anaknya.
Dengan anak janganlah lalai
Supaya boleh naik ke tengah balai
Jagalah anak karena anak merupakan titipan tuhan.
Dengan kawan hendaklah adil.
Supaya tangannya jadi kapil.
Bersikap adilah sesama teman.
Pasal ke-11 (sebelas) Gurindam 12
Adapun mengenai pemaknaan gurindam tersebut, bait pertama, “hendaklah berjasa kepada yang sebangsa”
Makna dari kalimat tersebut adalah himbauan kepada manusia untuk selalu bisa bermanfaat kepada sesama, sebab dalam Islam memang sangat dianjurkan sekali untuk saling memberikan manfaat, seperti misalnya dalam sebuah hadis, “seorang muslim adalah saudara bagi orang islam yang lain, yang tidak akan menganiayanya, tidak akan membiarkannya (ataupun menyerahkannya kepada musuhnya). Barangsiapa menyampaikan hajat (kepentingan) saudaranya, maka Allah akan mengabulkan hajat orang itu. Barang siapa yang memberikan kemudahan bagi seorang muslim yang sedang kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan padanya ketika kesulitan pada Hari Kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi rahasia seorang muslim, maka Allah akan menutupi baginya rahasianya pada Hari Kiamat.” (HR. Muslim).
Untuk makna dari bait kedua gurindam pasal kesebelas, “hendaklah jadi kepala, buang perangai yang cela”.
Sangat erat kaitannya dengan kepemimpinan dalam Islam yang sangat mengutamakan akhlak yang mulia. Bukankah Rasulullah memiliki sifat-sifat terbaik dan jauh dari sifat yang tercela, yaitu Fathanah, Amanah, Shiddiq, dan Tabligh. Sehingga seorang pemimpin (kepala) hendaklah memiliki rasa tanggung jawab dan menjauhi akhlak yang tercela, “Kamu semua dalah pemimpin, dan kamu semua akan ditanya (bertanggungjawab) atas pimpinannya. Maka imam adalah pemimpin yang bertanggungjawab terhadap rakyatnya. Dan seorang suami adalah pemimpin terhadap keluarganya dan akan ditanya tentang pimpinannya. Dan seorang isteri adalah pemimpin pada rumah tangga suaminya maupun anak anaknya dan bertanggungjawab terhadap pimpinannya. Seorang anak menjadi pemimpin terhadap ayahnya dan bertanggungjawab terhadap apa yang telah dipimpinnya.. Dan seorang pelayan adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan bertanggungjawaab atas pimpinannya. Maka kamu semua adalah pemimpin dan kamu semua adalah bertanggungjawab terhadap rakyat (hasil pimpinannya, anak buahnya, pekerjaanya)” (HR. Bukhari)
Kemudian bait yang ketiga
Hendaklah memegang amanat, buanglah khianat Dapat direnungkan sebagai upaya agar menjadi orang yang terpercaya, sebagaimana dalam sebuah hadis, “Laksanakanlah amanat(kewajiban) pada orang yang mempercayakan diri padamu, dan janganlah berkhianat (menipu) pada orang yang menipumu” (HR. Turmudzi)
Untuk bait yang keempat.
Hendak marah dahulukan hajat Dalam sebuah hadis, riwayat Abu Daud disebutkan, “Barangsiapa yang menahan kemarahan, padahal dia sanggup untuk melepaskan kemarahan itu, maka Allah akan memenuhi hati orang itu berupa keamanan dan keimanan” (HR. Abu Daud) Secara sederhana berati ini sebuah nasehat bahwa marah itu adalah sesuatu yang tidak baik dan dianjurkan untuk melaksanakan hajat misalnya silaturrahim, bertadabur alam, rihlah ataupun yang sejenisnya untuk mengurangi rasa marah itu dan mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada manusia.
Bait yang kelima
Hendak dimulai jangan melalui Maksud dari bait ini adalah bahwa sebagala sesuatu perlu awal untuk dimulai
Bait keenam
Hendak ramai, muliakan perangai Bait ini sangat berkaitan dengan akhlak yang baik. Artinya jika seseorang ingin mendapatkan sesuatu ataupun silaturrahimnya semakin dipermudah oleh Allah, maka salah satu jalannya adalah dengan memperbaiki perangai (tingkah laku/akhlak), “Tidak ada sesuatu yang lebih memperberat timbangan pahala kebaikan (pada Hari Kiamat) kecuali budi pekerti (akhlak) yang baik” (HR. Abu Daud)
Makna yang terkandung dalam Pasal sebelas, “berisi nasihat kepada para pemimpin agar menghindari tindakan yang tercela, berusaha melaksanakan amanat anak buah dalam tugasnya, serta tidak berkhianat”.
Hendaklah berjasa.
Kepada yang sebangsa.
Berjasalah bagi negara dan bangsa, optimalkan setiap kemampuan yang kita punya sehingga kita bisa mengharumkan nama bangsa.
Hendak jadi kepala.
Buang perangai yang cela.
Jadilah pemimpin yang tidak mempunyai sikap tercela Hendaklah memegang amanat Buanglah khianat Semoga bermanfaat, :
Pasal ke Duabelas (12) Gurindam 12
Raja mufakat dengan menteri.
Seperti kebun berpagarkan duri.
Hubungan raja dengan menteri adalah saling menjaga satu sama lain, dan harus bekerjasama.
Betul hati kepada raja.
Tanda jadi sebarang kerja.
Raja yang baik atau raja yang mendapat petunjuk dari Allah adalah raja yang adil terhadap rakyatnya.
Hukum adil atas rakyat.
Tanda raja beroleh inayat.
Hukum harus didasari oleh hak asasi manusia.
Kasihkan orang yang berilmu.
Tanda rahmat atas dirimu.
Orang yang berilmu akan dikaruniai oleh Allah dan dihormati orang lain.
Hormat akan orang yang pandai.
Tanda mengenal kasa dan cindai.
Hormatilah setiap manusia.
Ingatkan dirinya mati.
Itulah asal berbuat bakti.
Bila manusia mengingat kematiannya nanti, ia akan lebih berbakti pada Allah.
Akhirat itu terlalu nyata.
Kepada hati yang tidak buta.
Orang yang tidak buta hatinya tahu kalau akhirat itu benar-benar ada.
Sumber: Huteri
Posting Komentar