Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Goa Maharani Lamongan Jawa Timur

Goa Maharani (https://surabayarek.com)

Goa Maharani terletak di Desa Tanjung Kodok, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, goa ini berjarak sekitar 500 meter dari pantai utara Jawa dan berada pada kedalaman 25 meter di bawah permukaan tanah. Goa dengan luas 2.500 m2 ini ditemukan pada 6 Agustus 1992 oleh sekelompok penambang fosfat yang dimandori oleh Sunyoto. Goa Maharani kemudian diresmikan oleh Bupati Lamongan pada tanggal 10 Maret 1994 sebagai salah satu obyek wisata di Kabupaten Lamongan.

Pintu masuk Goa Maharani (https://blog-pariwisata.blogspot.com)

Dan tidak jauh dari tempat wisata Goa Maharani ini bahkan hampir di depannya terdapat objek wisata yakni Wisata Bahari Lamongan ( WBL).

Nama maharani lahir dari mimpinya istri Sunyoto, sang mandor. Malam sebelum ditemukannya goa, dia bermimpi melihat cahaya bunga - bunga yang sangat indah berwarna - warni yang di jaga oleh dua ekor naga raksasa bermahkota. Dua ekor naga tersebut kini divisualisasikan berbentuk dua patung naga dengan dua burung garuda penjaga pintu masuk gua yang disebut Gerbang Paksi Tatsoko.

Panorama


Goa Maharani merupakan goa dengan keindahan alam yang unik daripada goa wisata lain. Hal ini dilihat dari stalagtit dan talagmit di goa ini masih bertumbuh dan memancarkan cahaya warna-warni saat terkena cahaya. Karenanya, layaknya goa Maharani ini disejajarkan dengan gua Altamira di Spanyol. Gua Mamonth di Amerika Serikat dan gua Carlsbad di Perancis.

Goa ini punya pesona yang memukau, keistimawaannya adalah stalaktit dan stalagmit dalam goa yang masih bisa tumbuh tiap 10 tahun meski hanya sepanjang 1 cm, bila terkena bias cahaya, stalaktit dan stalagmit itu akan memancarkan pendar cahaya yang cantik. Selain itu bentuknya yang unik jadi magent tersendiri bagi para wisatawan yang datang berkunjung, bentuk-bentuk stalaktit dan stalagmitnya menyerupai bentuk singgasana raja, tumbuhan juga hewan, dan banyak lagi bentuk-bentuk unik lainnya yang bisa anda lihat disana termasuk bentuk organ tubuh manusia juga ada, anda akan dibuat takjub dengan kebesaran Tuhan yang satu ini.

Goa Maharani (https://rentalmotordimalang.com)

Ketika sudah memasuki area goa Maharani para pengunjung di larang membawa tas, helem, jaket atau topi, para pengunjung bisa menitipkan barang-barang tersebut ke tempat penitipan yang sudah di sediakan secara gratis, di gua ini juga terdapat penjual buku yang menceritakan tentang seluk-beluk gua maharani, dan bagi pengunjung yang ingin berfoto di gua ini juga ada petugas yang bisa memotret pengunjung di lokasi gua dengan hasil foto paraloid maupun biasa.

Gua ini dibuka untuk umum setiap hari mulai pukul 07.30-12.00 WIB dan pukul 13.00-17.00 WIB.

Berbagai sumber

Menelusuri Goa Gong Pacitan Jawa Timur


Sahabat GPS Wisata, kami pilihkan artikel susur gua yang tidak usah berbasah-basahan air, hingga pakaian Anda tidak basah dan parfum di badan tidak akan pudar atau berubah.

Goa Gong terletak di Desa Bomo, Kecamatan Punung, Donorejo, sekitar 140 km arah selatan kota Solo atau 30 km arah Barat Daya Kota Pacitan. Goa ini merupakan salah satu goa terindah yang ada di Asia Tenggara.

Kawasan Pegunungan Sewu membentang dari Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan (https://nationalgeographic.co.id/)

Pegunungan di Pacitan adalah rangkaian pegunungan tandus di mulai dari Kebumen Jateng (Pegunungan Sewu), terputus di Wates Jogjakarta, dilanjutkan di Gunung Kidul (Yogyakarta) hingga Pacitan, Ponorogo, Trenggalek dan terus ke Malang dan Jember. Bukit-bukit diwilayah ini ujungnya berbentuk kerucut, berlipat2, ada pula yg spt tempurung kelapa. Di permukaannya terhampar tanah yang kering tandus yg ditanami sinkong, ubi kayu dan pohon jati.

Gua di Pacitan lorongnya panjang, stalaktit dan stalagmit nya begitu tipis, tembus pandang sinar lampu dan selalu meneteskan air. Kain gordennya (shawl drappery) tinggi membentang, menuntun Anda untuk mengagumi ciptaan yang Maha Sempurna. Ketika anda turun kedalam perut bumi, anda akan ternganga, karena di depan mata terhampar ruang amat luas, kolom2nya tinggi seperti istana Romawi. Jika lampu dipadamkan, anda terdiam, suara titik air nya terkesan begitu teratur dan ritmis, seolah dentingan suaranya yang memancarkan energi magis yang memancar dari kegelapan.

(httpss://rovicky.wordpress.com)

Nama

Dinamakan Goa Gong karena didalamnya terdapat sebuah batu yang jika dipukul akan menimbulkan bunyi seperti Gong yang ditabuh. Perjalanan menuju goa ini relatif mudah, dengan jalanan setapak yang sudah diperbaiki dengan baik.

Sepanjang jalan menuju Goa Gong akan melewati daerah perbukitan yang dengan goa-goa di dalamnya. Goa-goa di Pacitan ini pada umumnya terbentuk dari jenis batuan Karst, batu yang tampak hitam dan sangat keras. Pada awal mulanya Goa Gong diketemukan oleh dua orang penduduk lokal yang tanpa sengaja sedang ingin mencari sumber air.

Panorama

Pintu masuk Goa Gong (https://www.pbase.com)

Masuk ke dalam perut Goa Gong sejauh 300 meter ke bawah telah disediakan jalur-jalur khusus bagi para pengunjung berupa anak tangga dilengkapi besi pegangan agar pengunjung tidak tepelet, dapat juga digunakan sebagai putunjuk arah.. Untuk masuk ke dalam Goa Gong Anda tidak perlu memiliki perasaan takut akan gelap, mistis ataupun hal-hal lain, Goa Gong sangat jauh dari kesan tersebut. Meskipun tidak terlalu terang, namun lampu-lampu berwarna-warni merah, hijau, kuning, biru cukup membuat jelas pandangan. Lagipula memang cahaya terang tidak diperbolehkan untuk digunakan didalam, karena dapat mengurangi keindahan kondisi Goa. Untuk mengantisipasi panas di dalam Goa juga telah disediakan beberapa kipas angin berukuran besar supaya kondisi hawa dalam goa tidak pengap.

Rute masuk ke Goa Gong (https://yuiword.com)

Semakin kedalam, pengunjung akan dibuat takjub dengan pemandangan-pemandangan yang luar biasa indahnya, paling tidak itulah yang saya rasakan. Stalagtit dan stalagmit yang ada dalam gua akan menghipnotis setiap mata yang memandangnya. Lampu-lampu neon yang berwarna-warni menambah keeksotikan goa ini. Stalagnit dan stalagmit diabadikan dengan diberi nama, Cello Giri, Selo Citro Cipto Agung, Cello Pakuan Bomo, Cello Adi Citro Buwono, Cello Bantaran Angin dan Cello Susuh Angin.

Sendang (https://yuiword.com)

Di dalam Goa Gong terdapat lima sendang yang bernilai magis bagi yang mempercayainya. Sendang-sendang tersebut antara lain: Sendang Jampi Rogo, Sendang Panguripan, Sendang Relung Jiwo, Sendang Kamulyan, dan Sendang Relung Nisto yang dipercaya memiliki nilai magis untuk menyembuhkan penyakit. Gua Gong memiliki beberapa ruangan. Ruang pertama adalah ruang Sendang Bidadari yang terdapat sendang kecil dengan air dingin dan bersih di dalamnya. Di sebelahnya adalah ruang Bidadari, yang menurut cerita, di ruangan ini kadang melintas bayangan seorang wanita cantik yang menyerupai bidadari.

Marmer (https://yuiword.com)

Ruang ketiga dan keempat adalah ruang kristal dan marmer, di mana di dalam ruangan tersebut tersimpan batu kristal dan marmer dengan kualitas yang mendekati sempurna. Ruangan kelima merupakan ruangan yang paling lapang. Di tempat ini pernah diadakan konser musik empat negara (Indonesia, Swiss, Inggris, dan Perancis) dalam rangka mempromosikan keberadaan Gua Gong ke mancanegara. Ruang keenam adalah ruang pertapaan, dan ruang terakhir adalah ruang Batu Gong. Di ruangan ini terdapat batu-batu yang apabila kita tabuh akan mengeluarkan bunyi seperti Gong.

Stalagtit Goa Gong (https://teguhhariawan.wordpress.com)

Jika datang pada saat musim penghujan Goa Gong akan dipenuhi oleh tetesan-tetesan air yang jatuh dari langit-langit Goa, dan danau-danau yang terdapat di dalam perut Goa juga akan terisi penuh air. Namun saat aku berkesempatan datang kesana kebetulan sedang pada saat musim kemarau, sehingga bajuku tetap kering. Satu hal yang harus menjadi perhatian jika kamu berkunjung ke Goa Gong, ada baiknya kamu tidak menyentuh batuan-batuan yang ada di dalam sana, terutama kristal dan marmer. Karena beberapa batu marmer telah tampak menghitam akibat banyak dipegang oleh tangan-tangan jahil pengunjung. Hendaknya kita juga mau ikut bertanggung jawab sebagai pengunjung untuk melestarikan keindahan Goa Gong.

Berbagai sumber

Menelusuri Gua Barat Penuh Tantangan


GOA BARAT terletak di Dusun Pulamarta, Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Goa itu dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum, menempuh jarak 42 kilometer dari Kota Kebumen atau 21 kilometer dari Gombong. Lokasi mulut goa itu tidak jauh dari perkampungan. Dengan berjalan kaki, hanya dibutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai di mulut goa tersebut.

Sejak ditemukan 1945 Goa Barat belum dikelola secara baik, sampai saat ini Goa Barat dibiarkan pesona keindahannya seolah tidak diperuntukan bagi khalayak umum. Namun keindahan maupun kecantikan Goa tersebut berikut dengan isinya tetap bertahan dan manantang untuk ditaklukan....

Pada 1996, Presiden Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia Cahyo Alkantana menjadi orang pertama yang berhasil menerobos Gua Barat hingga hampir ke ujung. Dia menelusuri Barat bersama tim gabungan Indonesia-Prancis. Tahun berikutnya banyak pakar goa seperti dari Jepang dan Belgia juga mengadakan penelitian di Goa Barat.

Kadang harus melewati sungai sedalam paha. Bahkan sampai sedada. Tapi tetap bisa dilewati  (https://diasporaiqbal.blogspot.com)

Panjang Goa Barat belum diketahui secara pasti. Pernah dipetakan oleh penelusur Goa asal negara Prancis sepanjang 6,5 Kilometer, namun belum ada titik terang adanya pintu keluar dari goa.

Gua Barat beberapa tahun lalu dikembangkan untuk wisata minat khusus yang dikelola pemerintah Desa Jatijajar. Pengelola menyediakan peralatan susur gua, seperti helm, pakaian khusus, sepatu bot, dan headlamp, serta pemandu. Bagi pengunjung yan ingin menyelusuri Goa Barat tentu harus punya keberanian tinggi, mengingat medan yang ditempuh akan sulit. Sedikit catatan, alangkah baiknya jika pengunjung datang bersama rombongan, jadi akan lebih seru dan memudahkan pemandu.

Bagi para penelusur yang mempunyai jiwa petualang, maka melakukan caving di Goa Barat ini merupakan sebuah tantangan tersendiri. Sepanjang perjalanan, para penelusur harus berjalan penuh hati-hati mengikuti aliran air sungai bawah tanah. Bahkan kadang para penelusur sampai harus menenggelamkan diri pada air setinggi dada, melangkahi bebatuan lancip dipinggir sungai bawah tanah, menghindari kubangan air yang dalam, merayapi jeram setinggi tiga meter, serta juga harus berjalan merunduk dalam lorong sempit. Walaupun begitu, untuk masalah safety dan juga keamanan selama perjalanan, para penelusur nggak perlu khawatir karena ada para pemandunya sudah profesional.

Nama

Nama Goa Barat berasal dari karakter alamiah yang melekat pada goa ini, yaitu angin kencang dari arah dalam goa yang menghembus ke mulut goa. Angin kencang ini dalam bahasa Jawa disebut angin barat. Saat musim tertentu, angin barat sangat kencang sehingga menimbulkan suara berisik bahkan membuat pohon bambu di depan mulut goa bergerak tiada henti. Tatkala kami menyusuri lorong-lorong Goa Barat, suasana di dalam goa tidaklah pengap dan di beberapa titik terasakan semilir angin.

Air Terjun

Supermen’s Big Sister (https://lintaskebumen.wordpress.com)

Goa Barat merupakan sebuah goa yang memiliki 100 air terjun di dalamnya, penamaannya dimana jumlah air terjun saking banyaknya diketemukan. Aneka air terjun ini berketinggian 0,5-10 meter yang menjadi jalur tirta dari mata air di kedalaman karst hingga keluar menjadi sungai permukaan. Dan salah satu dari 100 air terjun tersebut mempunyai ketinggian mencapai 32 meter. Wow sangat tinggi sekali bukan. Karena saking deras airnya serta ketinggiannya yang luar biasa, sampai – sampai para penelusur goa yang sudah internasional memberi nama Supermen’s Big Sister.

Beberapa air terjun di Goa Barat memiliki nama yang dulu disematkan tim ekspedisi Indonesia-Prancis, seperti Jump Ulysess (8 meter), Takatsavone (8 meter) dan Sister Morphine (5 meter).

Panorama

Mulut Goa Barat, jaraknya hanya sekitar 200 meter dari basecamp. Berhenti sejenak di mulut Goa untuk berdoa memohon keselamatan dan perlindungan pada Allah SWT. selama melakukan caving ini. Seratus meter pertama dari mulut Goa jalan yang dilalui sudah berupa cor-coran (semen) dan lampu di dinding Goa juga sudah terpasang.

Riyono (49) mandor hutan yang biasa memandu penelusur goa mengatakan, panjang Goa Barat diperkirakan mencapai 50 kilometer. Ujung goa itu diperkirakan berada di laut kawasan Karangbolong. Untuk menelusuri diperkirakan membutuhkan waktu 10 hari.

Perjalanan di Goa Barat adalah menelusuri sungai (https://diasporaiqbal.blogspot.com)

Ia sendiri mengaku sudah pernah menelusuri sampai tujuh hari di dalam goa, pada tahun 2002. Saat itu bersama beberapa warga setempat, memandu empat caver dari Perancis dan Belgia. Tahun 2005 ia kembali memandu empat caver dari Jepang. Namun mereka hanya bertahan selama empat hari saja. "Mereka mengadakan penelitian tentang goa," katanya.

Memasuki mulut goa yang cukup kecil, penelusur sudah disambut stalakmit-stalaktit yang masih hidup di dinding atas goa. Jika terus menelusuri sampai kedalaman sekitar 200 meter akan ada fenomena alam yang sangat menakjubkan.

Pintu masuk Goa Barat cukup sempit (https://diasporaiqbal.blogspot.com)

Di dalam goa itu ternyata terdapat sebuah aliran sungai bawah tanah dengan air yang jernih. Air tersebut muncul dari tanah yang mengalir sepanjang 1.000 meter lalu masuk kembali ke dalam tanah. Balai Pengelolaan Sumberdaya Air (PSDA) Progo Bogowonto Luk Ulo (Probolo) pernah mengukur kapasitas sumber air di di goa tersebut mencapai 255 liter/detik.

Sampai di sungai tersebut, perjalanan semakin berat. Hanya mereka yang memiliki keahlian dan peralatan yang memadai saja yang bisa melanjutkan perjalanan. Jika hanya menggunakan peralatan sederhana lebih baik merasa puas lalu kembali daripada mengancam keselamatan.

Ornamen

Sepanjang perjalanan dihibur aneka stalagtit dan stalagmit sambil menyusuri lorong sungai bawah tanah (https://diasporaiqbal.blogspot.com)

Cermatilah ragam ornamen stalagtit dan stalagmit yang menghias manis pada setiap langit, dinding dan lantai di Goa Barat. Sepanjang perjalanan, tak bosannya kami dihibur orkestra aneka batuan yang berwujud unik, seperti batu jenggot, batu tirai, batu korden, batu kuncup, batu kristal, dan masih banyak rupa batuan lainnya. Kadang, jemari kami juga menyentuh bebatuan kapur yang telah keras mengkristal.

Batu Tirai Garuda, Ditemui setelah 2,5 jam perjalanan di dalam Goa (https://diasporaiqbal.blogspot.com)

Di ruang goa yang dinamakan Sawahan, kami terkesima pada lanskap tanah yang terbentuk alami menjadi petak-petak selayaknya sawah. Tentu saja, butuh waktu ribuan tahun agar air menggerus tanah yang mengeras ini bisa mencipta keindahan di dalam perut bumi yang langka. Sayangnya, sebagian Sawahan ini sudah rusak, hanya tersisa di pinggiran yang tak terjangkau dari jejak kaki para penelusur goa.

Ruang Goa Sawahan (https://diasporaiqbal.blogspot.com)

Goa Barat juga menyediakan lorong-lorong lain yang memiliki karakteristik khas. Misalnya, lorong Batu Makam menyuguhkan bebatuan mirip nisan yang sering digunakan warga sebagai tempat ‘mujahadah’. Ada juga lorong Kratonan menawarkan hiasan lantai dan langit-langitnya yang dipenuhi bebatuan kristal memutih yang bisa berkelipan saat ditemarami cahaya redup.

Peta Goa Barat

Peta Goa Barat yang pernah diteliti 

Saran dan Waktu

Disarankan bagi para penelusur melakukan kegiatan caving memakai peralatan yang memadai dan juga ditemani oleh para pemandu. Hal ini dikarenakan medannya yang tidak mudah dan sangat berbahaya sekali. Selama melakukan kegiatan caving para penelusur membutuhkan waktu sampai kurang lebih 7 jam. Lelah itu pasti, namun semua itu akan terbayar lunas oleh keindahan pemandangan di dalam Goa Barat ini. Selamat berlibur dan have fun para penelusur....

Informasi lebih lanjut hubungi

LKM Argojati Desa Jatijajar 
Dusun Pulamarta, Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Pengurus Wisata Goa Barat : +62 813 2712 0420 (Bp. Yadi), +62 822 2684 4234 (Bp. Yudi)
Website: https://goa-barat.blogspot.com
FB: https://id-id.facebook.com/pages/GOA-BARAT/128044450726306

Berbagai sumber

Petualangan Seru Cave Tubing di Kalisuci


Kawasan karst Kalisuci berada di Dukuh Jetis, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Gunungkidul. Jarak tempuk sekitar 50 km dari Yogyakarta atau 10 km dari Wonosari. (Baca juga: Gua Pindul Gunung Kidul Yogyakarta)

Kalisuci berlokasi di dalam perut bumi di bawah tanah, melewati gua-gua. Inilah salah satu segmen kawasan karst Gunungsewu yang membentang hingga tiga kabupaten, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Wonogiri, Jawa Tengah, dan Pacitan, Jawa Timur, mencakup sepuluh wilayah kecamatan seluas 13.000 kilometer persegi.

Petualangan dimulai dari sini! (https://ranselhitam.wordpress.com)

Sebelum menempuh petualangan ini, kami lebih dulu menemui ahli gua Cahyo Alkantana. Menurutnya, Kalisuci adalah salah satu dari tiga cave tubing di dunia selain Meksiko dan Selandia Baru. Gua yang dilewati Gua Suci, Gua Glatik, Gua Gelung, Gua Buri Omah, Gua Grubug, Gua Jomblang.

Keunikan fenomena bentukan alam, karst permukaan berupa bentukan depresi yang runtuh membentuk gua-gua vertikal dan bentukan positiff berupa bukit karst berbentuk kerucut. Di bawah permukaan berupa aliran sungai bawah tanah yang mengalir di gua-gua horizontal. Inilah suatu sistem aliran sungai bawah tanah yang saling berhubungan satu sama lain di kawasan karst Gunungkidul.

Gua Glatik (https://ranselhitam.wordpress.com)

Menurut Cahyo Alkantana kawasan karst tidak miskin air, biasanya ditambang, sebagai upaya menyambung hidup di kawasan gersang. Melalui proses ribuan tahun tercipta gua-gua yang menyimpan sumber air melimpah. Sebagian besar masyarakat setempat beternak, bercocok tanam. Tanah berbatu sulit ditanami, air langka. Batu gamping tidak menyimpan air hujan. Batu gamping ditambang, batu bongkahan diolah jadi semen, keramik atau kosmetik. Risiko penambangan batu gamping. Keropos bisa ambruk sewaktu-waktu.

Di balik kawasan karst menyimpan potensi air jauh di bawah permukaan. Sumber air melimpah di dalam gua-gua. Lapisan tanah di kawasan karst terbilang tipis. Di bawahnya lapisan batu gamping berongga. Air hujan merembes di lapisan batu bercampur karbondioksida dari udara. Hasilnya senyawa asam karbonat yang perlahan mengikis rongga-rongga batu gamping. Proses bergenerasi rongga terkikis semakin lebar dan luas menjadi gua.

Cave Tubing Kalisuci (https://www.berbaginegeri.com)

Lubang besar membuat tetesan air mudah turun hingga ratusan meter menuju lapisan batu kedap air. Tetesan air yang terkumpul menjadi aliran sungai bawah tanah Gua Suci. Melalui Kalisuci alirannya masuk ke dalam rongga gua. Terhubung lubang-lubang raksasa di atasnya. Masyarakat setempat menyembutnya luweng. Luweng terjadi akibat proses erosi bertahun-tahun. Lama kelamaan atap lorong runtuh atau lazim disebut collapsed sink hole. Sepanjang Kalisuci ada dua luweng, Gelatik dan Gelung. Berujung di kolam air besar dalam gua.

Kalisuci dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Kawasan Ekokarst. Hampir dua dekade silam sudah diusulkan oleh International Union Speleology kawasan Karts Gunungsewu termasuk Kalisuci sebagai salah satu warisan alam dunia. Menurut ukurannya, terluas di DI Yogyakarta. Wisata alam beragam dari gua, sungai bawah tanah, telaga dan pantai. Gua-gua dengan pahatan alam indah tersembunyi.

Cave Tubing

Cave Tubing Kalisuci (https://nationalgeographic.co.id)

Tube atau ban dalam bekas pakai yang kami naiki bergerak perlahan aliran air Kalisuci (bahasa Jawa yang berarti sungai berair jernih). Tiba pada satu titik, gerak tube kami tahan, agar bisa leluasa beberapa jenak menikmati keindahan pahatan alam gua-gua di Gunung Kidul yang spektakuler.

Cave tubing memadukan rafting arum jeram dan caving susur gua. Sepaket petualangan seru yang memberi tantangan tersendiri. Saat menaiki tube, sesekali tangan jadi dayung, mengaayuh agar tube melaju saat tersangkut bebatuan. Beberapa titik penuh bebatuan. kadang harus mengangkut ban, berjalan lalu naik tube lagi.

Anak kecil aja berani tuh....

Sebelum memulai cave tubing, perlu mengenakan jaket, helm, dan semua peralatan yang diperlukan terpasang dengan sempurna di tubuh, dari ban pelampung, ban dalam, helm pengaman, juga sepatu boat. Plus alat-alat safety seperti deker. Sensasi di antara percik air jernih, suara alam. Lalu biarkan tube hanyut sekitar 2,5 – 3 jam, sejauh sekitar 600 meter. Sesudahnya kami naik lereng bukit sekitar hampir 100 m menuju basecamp. Mendaki bukit di kemiringan 90 derajat sambil berpegangan tali tambang. Lelah.

Pembentukan

Cahyo Alkantana, sebagai ahli susur gua, sudah mengeksplorasi Kalisuci sejak semasa kuliah pada awal tahun 1980-an. Pemandangan spektakuler Kalisuci membuatnya percaya situs ini bisa dikembangkan dengan berbasis masyarakat. "Sebab keindahannya tidak kalah dibanding cave tubing di Meksiko dan Selandia Baru. "Saya promosikan ke teman untuk adventure, sekaligus pendidikan dan pemetaan. Kalusuci tergolong mudah grade-nya. Cocok dikembangkan mass tourism caring capasity 200 orang. Apalagi view bagus: ornamen memasuki suatu sumur, seperti keluar masuk."

Cave tubing baru dimulai 2010 lalu. Semula mulut Kalisuci biasa digunakan untuk mencuci. Sekali ber-cave tubing waktu tempuh tiga jam dengan jarak tempuh 600-700 meter. Cukup untuk merasakan petualangan yang memuaskan. Anggota Karang Taruna bertugas menjaga. Cave tubing memang butuh operator, jika tidak akan berisiko sekali. Pengunjung tidak akan berani, karena dalam gua menakutkan. Tim Cahyo turut supervisi, adakan pengawasan rutin.

Karakteristik daerah karst di musim hujan itu bahaya sekali. Fluktuasi sampai ke atas itu bahaya sekali. Cahyo sebagai founder dan konsultan. Kalisuci harus diperlakukan hati-hati. Pengelola harus tahu kapan bisa menahan kapan close, kapan open. Safety dahulukan, secara standar internasional daerah tangkapan hujan di sana. Jangan emosi ada tamu banyak.

Pemandangan

Cave Tubing Kalisuci (https://liburanjogja.co.id)

Kami pandangi interior Kalisuci sembari menyimak penuturan pemandau tentang ciri-ciri fenomena di permukaan (ekokarst) meliputi bentukan positif seperti perbukitan karst yang berbentuk kerucut (conical limestone) dan kubah (doline), sedang bentuk negatifnya berupa lembah-lembah (poltje) dan telaga karst. Juga, fenomena di bawah permukaan (endokarst) meliputi gua-gua lengkap dengan stalagmit dan stalagtit serta aliran sungai bawah tanah.

Sungai berair jernih berlebar lima hingga sepuluh meter ini bermuara di Laut Selatan. Dari ketinggian tebing, tampak aliran sungai berkelok-kelok. Gradasi warna fantastis: tanah kecokelatan, tebing karst dan daun-daun meranggas, air biru kehijauan. Benderang sinar matahari berganti gelap pekat dalam luar. Di dalam, kami beroleh pencahayaan dari headlamp.

Stalaktit Kalisuci (https://wisatajawa.wordpress.com)

Tampak tetesan air dari stalaktit, sebagian berupa batu kristal. Kelelawar berkelebat dan bergantungan di langit-langit gua. Terasa hening, sejuk, air dingin. Suasana yang membuat betah. Bagi petualang, arus cukup deras dalam gua terbilang memukau. Gua Buri Omah berada di belakang permukiman warga. Masyarakat turun ke bawah mencari air di musim kering. Sumber air melimpah Kalisuci, sungai permukaan yang masuk ke lubang batu atau gua. Kendaraan mengarungi sungai dalam gua. Muara sekitar 30 km di Pantai Baron. Debit airnya besar sekali. Saat musim hujan debit air bisa mencapai langit-langit gua.

Lorong Gua Suci sejauh 150 m. Ornamen gua indah. Lalu Luweng Gelatikan dimana atap lorong runtuh collapsed sink hole. Vegetasi tumbuh bambu beringin fikus atau pakis-pakisan berkerabat dengan beringin. Lubang kedua ada downline disebut gelung. Karakter Gua Gelatik mirip Gua Suci. Aliran sungai berkelok, berjarak lebih pendek. Lalu Luweng Gelung.

Proses terjadi mirip Luweng Gelatik. Vegetasi didominasi pepohonan bambu. Sama-sama memiliki kelembaban tanah cukup tinggi. Penetrasi sinar matahari terbilang minim, tanah basah, subur. Terakhir Gua Gelung, ada sump atau sungai berbentuk kolam tidak punya rongga lagi.

Informasi lebih lanjut hubungi

Kelompok Sadar Wisata Kalisuci
Dukuh Jetis, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Gunungkidul
Telp.: +62 877 3879 4513 (Muslam Winarto)
BBM: Pin 25C17D57, 2A10C404
Website: https://kalisucicavetubing.blogspot.com
email : cavetubing@ymail.com, cavetubingkalisuci@gmail.com
Facebook: Kalisuci Cave Tubing
Twitter: @kalisucicavetub

Sumber bacaan: Nationalgeographic 1 dan Nationalgeographic-2

Goa Cerme Imogiri Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta


Gua Cerme terletak di dusun Srunggo, desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, tepatnya sekitar 22 km dari kota Yogya. Perjalanan menuju lokasi bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat. Jalanannya beraspal halus dengan beberapa kelokan dan tanjakan.

Menuju Gua Cerme (https://www.thearoengbinangproject.com)

Gua ini memiliki panjang total 1.300 meter. Lorong utama dari gua Cerme tembus ke Luweng Ploso sepanjang 950 meter, wilayah Panggang, Desa Ploso, Giritirto, Gunungkidul. Selebihnya ada beberapa percabangan, yakni di Gua Pandu, di bawah air terjun Grojogan Sewu, dan lorong buntu Air Suci.Dengan adanya aliran sungai di sepanjang gua, kami harus rela berbasah-basahan terendam air. Tak ada bagian yang berupa tanah lembab sekalipun, kecuali tebing gelap di kedua sisi gua. Kedalaman air memang tak terlalu dalam, hanya sekitar 10 cm sampai 1 meter. Namun di beberapa tempat, atap gua begitu rendah dan dekat dengan permukaan air, sehingga kami bahkan harus setengah merangkak untuk melewatinya. Namun meski medannya cukup menantang, penduduk setempat sejak dulu sering memasukinya hingga tembus ke entrance satunya. Sehingga bisa dibilang, gua ini cukup aman bagi pemula yang berniat menelusur gua (caving).

Turun tangga masuk Gua Cerme (https://www.thearoengbinangproject.com)

Tiket

Pos tiket (https://www.thearoengbinangproject.com)

Setelah melewati jalan lumayan lebar dari tanah yang diperkeras kami sampai di pos pembayaran tiket masuk ke Gua Cerme, dimana per orang dikenakan kurang lebih Rp.2.000, ditambah asuransi Rp. 250. Bila berkeinginan masuk ke dalam gua, tiket pemandu sekitar Rp. 30.000,-

Grade

Gua Cerme (https://www.travelmatekamu.com)

Gua Cerme dikenal sebagai gua wisata sejak tahun 1980-an. Dari tingkat kesulitannya, gua ini ada pada grade 2-3, artinya penelusur memerlukan peralatan khusus seperti helm dan sumber cahaya. Awalnya gua ini hanya digunakan sebagai sumber air yang dimanfaatkan oleh penduduk di sekitar lokasi. Resurgen atau mata air keluar dari dasar Luweng Ploso dengan debit pada musim kemarau sekitar 3 liter per detik dan pada musim hujan bisa mencapai 25 liter per detik. Sungai bawah tanah di dalam gua tidak berpotensi banjir pada musim hujan sekalipun. Penyebabnya adalah kemiringan lantai gua, sehingga air mengalir dengan cepat. Selain itu ada bendungan di mulut Gua Cerme yang menjadi pengatur ketinggian muka air. Biasanya pada musim hujan pintu bendungan dibuka sehingga muka air tidak melebihi tinggi satu meter.

Air terjun Gua Cerme (https://gateofjava.wordpress.com)

Air yang keluar dari mulut Gua Cerme dimanfaatkan oleh penduduk di dusun Srunggo dengan cara ditampung pada sebuah kolam besar untuk diendapkan, setelah itu dialirkan ke rumah penduduk menggunakan selang air. Sementara itu, air dari Luweng Ploso diambil menggunakan pompa air benam (submersible pump) dengan memanfaatkan tenaga matahari (solar cell). Teknologinya dibantu BPPT dan dinamakan Sistem Pompa Air Fotovoltaik. Pompa air ini telah beroperasi kurang lebih 10 tahun dan relatif tidak pernah bermasalah. Namun demikian, instalasi ini hanya difungsikan pada saat musim kemarau. Pada musim hujan instalasi tersebut diistirahatkan untuk menghemat biaya perawatan. Di salah satu bagian dalam gua, kami menjumpai ribuan kelelawar pemakan buah yang bergelantungan di langit-langit gua. Aroma tak sedap dari kotoran kelelawar (guano) cukup menyesakkan pernapasan. Namun hanya di bagian itu saja indera penciuman kami terganggu. Selebihnya udara di dalam gua cukup baik dan tidak pengap. Di Gua Cerme juga biasanya dapat dijumpai jangkrik gua, udang, dan ikan lele. Sebagian biota ini sudah mengalami adaptasi negatif yaitu kehilangan pigmen, sehingga warnanya menjadi transparan.

Gua Cerme (https://www.travelmatekamu.com)

Ornamen

Gua Cerme (https://www.travelmatekamu.com)

Juga dijumpai berbagai macam ornamen gua yang cukup lengkap. Seperti dijelaskan Bagus kepada Berita Indonesia, ornamen-ornamen yang kami jumpai tersebut dibedakan dari proses terbentuknya antara lain dripstone, yang terbentuk karena proses tetesan air. Jenisnya adalah stalaktit, stalakmit, pilar (column), sodastraw stalagtit, dan helektit.

Gua Cerme (https://jogjakini.wordpress.com)

Waktu Tempuh

Untuk menelusuri gua Cerme dibutuhkan waktu yang bervariasi. Untuk penelusuran normal, wisatawan biasanya membutuhkan waktu satu setengah sampai dua jam. Sementara untuk aktivitas dokumentasi biasanya lebih lama, antara 3-5 jam. Rombongan kami sendiri menghabiskan waktu lebih dari tiga jam sampai menembus ke entrance mulut Gua Cerme.

Sumber: Jogja Kini

Wisata Sejarah di Purwakarta Jawa Barat


Kota Purwakarta memiliki sejarah yang sangat panjang. Berdasarkan sumber otentik berupa besluit (keputusan), Purwakarta diresmikan tanggal 20 Juli 1831. Berarti sampai saat ini itu telah berusia lebih dari satu abad. Dalam perjalanan sejarahnya, Purwakarta memiliki status dan fungsi sebagai pusat pemerintahan kabupaten. Semula sebagai ibukota Kabupaten Karawang (1831-1950), kemudian menjadi ibukota Kabupaten Purwakarta (1968- sekarang).

Sejalan dengan fungsi utamanya itu, sejak awal keberadaannya di Purwakarta dibangun sarana dan fasilitas, baik untuk kepentingan jalannya pemerintahan maupun untuk kehidupan sosial budaya. Sarana dan fasilitas dimaksud terutama adalah Bumi Ageung, Pendopo, Situ Buleud, Masjid Agung dibangun oleh pihak pemerintah pribumi, dan Gedung Keresidenan, Gedung Kembar, Stasion Kereta Api dibangun oleh pihak pemerintah kolonial. Bangunan-bangunan yang didirikan oleh pihak kolonial itu, sekarang sudah menjadi milik Pemerintah Kabupaten Purwakarta.

Gedung Negara


Gedung Negara yang dibangun semasa zaman kolonial Belanda tahun 1854 dengan gaya arsitektur Eropa, kini berdiri megah sebagai Kantor Bupati Kabupaten Purwakarta, tepatnya di Jalan Gandanegara No. 25. Disamping gedung ini arsitekturnya antik, juga memiliki nilai sejarah perjuangan bagi masyarakat Purwakarta, baik di masa Pemerintahan kolonial Belanda maupun Pemerintahan Jepang.

Bumi Ageung Purwakarta

Bumi Ageung, tempat tinggal sementara Bupati R.A. Suriawinata beserta keluarga (https://roedi-hartono.blogspot.com)

Bumi Ageung Purwakarta terletak di jalan Siliwangi, Kampung Langensari, Desa Nagri Kidul, Kecamatan Purwakarta.

Bumi Ageung dibangun dalam proses perpindahan ibu kota Kabupaten Karawang dari Wanayasa ke Sindangkasih (Purwakarta). Dapat dipastikan bangunan itu didirikan oleh penduduk Distrik Sindangkasih atas perintah Bupati Karawang, R.A. Suriawinata (Dalem Solawat). Bangunan itu didirikan setelah bupati menetapkan sebagian lahan Sindangkasih akan dibangun menjadi ibukota baru Kabupaten Karawang (paruh pertama tahun 1830).

Selama kota Purwakarta dan pendopo dibangun, Bupati R.A. Suriawinata beserta keluarga tinggal di Bumi Ageung yang difungsikan sebagai pendopo sementara. Bangunan itu sampai sekarang masih berdiri. Mengapa bangunan itu disebut Bumi Ageung, belum diperoleh informasi yang akurat. Boleh jadi karena bangunan itu “walaupun untuk sementara waktu” digunakan sebagai tempat tinggal sekaligus kantor bupati. Berapa lama Bumi Ageung berfungsi sebagai pendopo sementara, belum diketahui. Mungkin tidak ada dokumen yang mencatat tentang hal itu.

Setelah kota Purwakarta diresmikan dan pendopo selesai dibangun, Bupati R.A. Suriawinata beserta keluarga pindah ke pendopo. Namun sangat disayangkan, sumber yang menyatakan kapan tepatnya pendopo selesai dibangun, belum ditemukan, bahkan mungkin tidak ada.

Pendopo Kabupaten Purwakarta

Pendopo Kabupaten Purwakarta jaman kolonial Belanda (https://www.kaskus.co.id)

Pendopo ini terletak di jalan Gandanagara, Kampung Kaum, Desa Cipaisan, Kecamatan Purwakarta, koordinat GPS: 6° 33' 24" S, 107° 26' 32" E.

Poendopo Kabupaten Purwakarta (https://roedi-hartono.blogspot.com)

Bangunan ini dibangun secara permanen berlanggam Indische Empire Stijl yang cantik dan anggun dipadu dengan ornamen Sunda. Adapun fungsi pendopo di jaman dulu, selain sebagai kantor pemerintahan, juga berfungsi sebagai tempat tinggal bupati. Renovasi pendopo diperkirakan pada tahun 1854 atau 1856, dengan perubahan atap bangunan yang diganti dengan genteng dan lantai berupa bangunan ditembok. Badan bangunan tetap mempertahankan arsitektur tradisional. Bagi Anda pencinta wisata sejarah dan arsitektur, Anda wajib untuk berkunjung ke pendopo ini.

Gedung Karesidenan Purwakarta

Gedung Karesidenan Purwakarta jaman kolonial Belanda (https://www.kaskus.co.id)

Gedung Karesidenan terletak di jalan K.K. Singawinata, Kampus Ceplak, Desa Nagri Kidul, Kecamatan Purwakarta, koordinat GPS : 06° 33' 543" S, 107° 26' 803" E.

Pembangunan Gedung Karesidenan berkaitan erat dengan status Purwakarta sebagai ibukota Karesidenan Karawang. Pada awal masa pemerintahan Bupati Sastra Adiningrat I (tahun 1854), Purwakarta menjadi ibukota Keresidenan Karawang. Akan tetapi, untuk beberapa waktu lamanya, residen Karawang tetap berkedudukan di kota Karawang. Dalam waktu tertentu ia datang ke Purwakarta. Hal itu disebabkan di kota Purwakarta belum dibangun gedung keresidenan dan belum ada sarana transportasi yang memadai. Kedudukan kota Purwakarta sebagai pusat pemerintahan keresidenan, telah menimbulkan perubahan situasi kota tersebut. Sejak waktu itu dinamika kehidupan di kota Purwakarta makin mengarah pada kehidupan modern.

Gedung Karesidenan di Purwakarta baru dibangun seiring dengan pembangunan jalan kereta api antara Batavia – Padalarang lewat Purwakarta pada awal abad ke-20. Jalur kereta api Karawang – Purwakarta (41 kilometer) diresmikan tanggal 27 Desember 1902. Jalur itu sampai di Padalarang tahun 1906. Dengan demikian, gedung keresidenan di Purwakarta mungkin dibangun sekitar tahun 1902.

Setelah gedung karesidenan selesai dibangun dan transportasi kereta api Batavia – Padalarang lewat Purwakarta dibuka, residen Karawang pindah dari Karawang ke Purwakarta. Keberadaan gedung keresidenan dengan arsitektur modern, mengubah suasana kota mengarah ke kota modern. Pada zaman Pendudukan Jepang, gedung tersebut menjadi Honbu Kenpeitai (Markas Polisi) Jepang, bagian dari pasukan Detasemen Syoji. Rupanya pihak Jepang memahami arti penting Purwakarta bagi mereka. Sejak waktu itu situasi dan kondisi di Purwakarta tentu mengalami perubahan, baik dalam bidang pemerintahan maupun dalam bidang sosial ekonomi. Pada zaman revolusi kemerdekaan, Gedung Keresidenan difungsikan sebagai Markas Resimen V pimpinan Letnan Kolonel Sumarna.

Gedung Karesidenan Purwakarta (https://www.kaskus.co.id)

Gedung Karesidenan menempati lahan yang cukup luas. Bangunan utama berada di tengah halaman. Di depan bangunan utama terdapat taman, demikian juga di samping kiri dan kanan. Arsitektur gedung utama berlanggam Indische Empire Stijl. Bentuk dan gaya bangunan itu mirip dengan Gedung Pakuan (bekas Gedung Keresidenan Priangan) di kota Bandung. Lantai bangunan ditinggikan sekitar 0,5 m dari halaman. Untuk memasuki bangunan utama terdapat dua jalan berupa tangga yang terdapat di bagian tengah. Ruangan yang berada paling depan merupakan serambi terbuka beratap seperti kanopi dari bahan seng.

Tiang penyangga atap serambi berbentuk segi delapan dengan gaya khas kolonial dari bahan kayu. Pembatas serambi depan bagian bawah merupakan semacam pagar kayu bermotif trawangan. Pada bagian serambi depan ini terdapat dua kamar yang berada di ujung kanan dan kiri. Pintu masuk kamar berhadap-hadapan pada sisi dalam. Jendela kamar berdaun ganda. Daun jendela bagian luar merupakan jendela kayu disusun bersap-sap (jalusi) dan bagian dalam jendela kaca. Serambi dan ruang dalam dihubungkan oleh pintu depan yang bentuknya seperti pintu kamar. Atap bangunan utama dari bahan genteng berbentuk persegi. Antara atap bangunan utama dan atap serambi terdapat lubang ventilasi yang ditutup dengan ukiran kayu trawangan bermotif bintang atau bunga bersudut. Hiasan seperti ini juga terdapat pada bagian samping.

Di kanan dan kiri bangunan utama terdapat bangunan semacam paviliun beratap rumah kampung memanjang ke belakang. Antara pavilyun dan bangunan induk dihubungkan melalui koridor terbuka (doorloop). Sekarang gedung Karesidenan difungsikan untuk kantor Badan Koordinasi Wilayah Purwakarta.

Keletakan Gedung Karesidenan di jantung kota Purwakarta menjadikan gedung ini sangat strategis. Artinya masyarakat baik lokal maupun pendatang akan mudah menganal sejarah Purwakarta. Tetap dipertahankannya baik arsitektur maupun fungsi menjadikan gedung ini sebagai sarana untuk lebih memahami Purwakarta khususnya dari aspek sejarah sosial politik dan sejarah arsitektur khususnya.

Gedung Kembar

Gedung Kembar jaman kolonial Belanda (https://www.panoramio.com)

Gedung Kembar terletak di jalan K.K. Singawinata, Kampus Ceplak, Desa Nagri Kidul, Kecamatan Purwakarta, koordinat GPS : 6° 33' 13" S, 107° 26' 45" E.

Gedung Kembar (https://geolocation.ws)

Kesederhanaan gedung bergaya arsitektur Eropa ini tetap akan memesona siapa pun yang melihatnya, termasuk Anda. Dalam nuansanya yang megah sekaligus anggung, Gedung Kembar digunakan sebagai markas BKR (Barisan Keamanan Rakyat) pada masa revolusi kemerdekaan.

Gedung Kembar (https://pnpmmpdpurwakarta.blogspot.com)

Sesuai dengan namanya, Gedung Kembar merupakan dua buah bangunan dengan bentuk yang sama dan terletak berdampingan. Diduga kedua bangunan itu didirikan pada paruh kedua abad ke-19 M, setelah Kota Purwakarta ditetapkan sebagai ibukota Karesidenan Karawang (sejak 1854).

Stasiun Kereta Api Purwakarta

Stasiun Kereta Api Purwakarta jaman kolonial Belanda (https://www.kaskus.co.id)

Stasiun ini terletak di Jl. K.K. Singawinata, Kampus Ceplak, Desa Nagri Kidul, Kecamatan Purwakarta, koordinat : 6° 33' 9" S, 107° 26' 46" E.

Stasiun Kereta Api Purwakarta (https://www.kaskus.co.id)

Salah satu bangunan pusaka lainnya di Purwakarta yang bisa Anda kunjungi dan lihat dari dekat adalah stasiun kereta api, yang dibangun secara bertahap pada masa kolonial Belanda antara tahun 1881-1884 dan diresmikan pada tanggal 27 Desember 1902. Bangunan ini memiliki arsitektur yang khas sesuai dengan fungsinya. Sampai saat ini, bangunan ini tidak mengalami perubahan. Jika Anda berkesempatan mengunjungi stasiun ini, jangan lupa untuk membawa kamera karena ada beberapa sudut yang bagus untuk fotografi. Atau bila tersedia waktu lebih banyak, buatlah tur stasiun kereta api dengan memasukkan unsur Stasiun KA Purwakarta sebelum melanjutkan ke daerah sebelum Bandung yang memiliki panorama menakjubkan.

Rumah Adat Citalang

Rumah Adat Citalang (https://roedi-hartono.blogspot.com)

Rumah Adat Citalang merupakan salah satu contoh bentuk rumah tradisional masyarakat Purwakarta. Rumah yang masih dipertahankan keasliannya ini berada di Gang Patinggi III, Kampung Karangsari, Desa Citalang, Kecamatan Purwakarta tepatnya pada posisi koordinat 06° 32' 371" Lintang Selatan dan 107° 27' 822" Bujur Timur. Lingkungan sekitar rumah adat Citalang berupa perkampungan yang tidak begitu padat. Keletakan rumah berada pada lahan di sebelah selatan jalan kampung. Meskipun statusnya sebagai jalan kampung, namun jalan ini sudah diaspal lumayan bagus. Di kanan dan kiri pekarangan rumah berupa pekarangan rumah masyarakat sedangkan di depan dan belakang berupa kebun.

Bangunan rumah berada tepat di tengah lahan pekarangan yang luasnya 1.350 m2. Sisi depan pekarangan (utara) berpagar besi, sedang tiga sisi lainnya berpagar tanaman. Gerbang masuk tepat berada di tengah-tengah sisi utara. Posisi demikian ini lurus dengan pintu rumah. Halaman sekeliling rumah dimanfaatkan untuk kebun. Bangunan rumah merupakan berkolong atau rumah panggung setinggi sekitar 0,8 m berdenah empat persegi panjang berukuran 10 x 15 m. Batu tatapakan yang berfungsi menopang rumah berjumlah 28. Lantai dibuat dari bahan bambu yang dijalin (bilik). Atap rumah berbentuk limas memanjang ke belakang dari bahan genting. Tangga untuk memasuki rumah merupakan tangga tembok bata terdiri tiga undakan. Ruangan paling depan merupakan serambi terbuka.

Pada sudut timur laut serambi menghadap ke luar terdapat papan nama bertuliskan ”CAGAR BUDAYA BANGUNAN DAN BENDA KUNA KAMPUNG KARANGSARI DESA CITALANG PURWAKARTA”. Sisi depan bagian kanan dan kiri serambi berpagar bilik bambu. Pagar demikian juga terdapat di kedua sisi samping. Tinggi pagar serambi ini sekitar 0,7 m. Atap serambi disangga delapan tiang bersap dua baris masing-masing empat tiang. Bentuk tiang persegi bercat warna hijau. Pada dua tiang yang berada di bagian dalam terdapat hiasan tanduk rusa dengan tiruan kepala rusa. Lantai serambi dan juga seluruh rumah dari bahan anyaman bambu. Pintu masuk utama hanya satu berada di tengah, dengan dua daun pintu. Di kanan kiri pintu masuk terdapat jendela yang bentuknya sama dengan pintu. Ruang dalam merupakan ruangan luas. Kamar hanya dijumpai di sisi barat bagian tengah. Pada sisi timur terdapat tiga jendela. Jendela di sisi barat terdapat di bagian kamar dan kiri kanan kamar. Di bagian belakang terdapat serambi belakang.

Rumah Adat Citalang adalah peninggalan dari Rd. Mas Sumadireja yang dibangun ± 1905, dirancang oleh M. Nata Wireja (Amil Desa Citalang) dan M. Ruki (Sesepuh Kampung Palumbungan) dengan menggunakan peralatan yang sederhana. Rumah tersebut dibangun untuk rumah tempat tinggal. Pada saat dibangun Rd. Mas Sumadireja menjabat sebagai Kepala Desa Citalang III atau dengan sebutan Patinggi III. Rd. Mas Sumadireja adalah putra dari Bupati Brebes (Jawa Tengah) yang ditugaskan untuk berjuang mengusir penjajah ke Batavia (Jakarta) bersama 3 orang saudaranya dan masing-masing membawa prajuritnya.

Akibat dari pertempuran dan ketidakseimbangan kekuatan dengan pasukan Belanda, maka beliau terdesak dan mundur. Beberapi kali beliau berpindah daerah  dalam menghindari desakan dari pasukan Belanda, mulai dari Karawang, Purwakarta, Citalang Plered hingga yang terakhir beliau tinggal di Desa Citalang Purwakarta. Beliau menetap  di Desa Citalang Purwakarta hingga akhir hayatnya pada tahun 1921. Rd. Mas Sumadireja meninggal dunia dan dimakamkan di Pemakaman Pasir Kerabau Citalang. Rumah adat Citalang sekarang ini merupakan milik keluarga Bapa Endang Anali.

Objek ini sangat layak untuk dijadikan salah satu tujuan wisata di Purwakarta. Kesederhanaan, keuletan, dan kegigihan Rd. Mas Sumadireja tercermin dari kondisi rumah adat tersebut. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa dari rumah adat ini dapat diperoleh pelajaran tentang bangunan dari bahan yang tidak tahan lama.

Sumber: Disparbud Prop Jawa Barat