Gua Cerme terletak di dusun Srunggo, desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, tepatnya sekitar 22 km dari kota Yogya. Perjalanan menuju lokasi bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat. Jalanannya beraspal halus dengan beberapa kelokan dan tanjakan.
Menuju Gua Cerme (https://www.thearoengbinangproject.com)
Gua ini memiliki panjang total 1.300 meter. Lorong utama dari gua Cerme tembus ke Luweng Ploso sepanjang 950 meter, wilayah Panggang, Desa Ploso, Giritirto, Gunungkidul. Selebihnya ada beberapa percabangan, yakni di Gua Pandu, di bawah air terjun Grojogan Sewu, dan lorong buntu Air Suci.Dengan adanya aliran sungai di sepanjang gua, kami harus rela berbasah-basahan terendam air. Tak ada bagian yang berupa tanah lembab sekalipun, kecuali tebing gelap di kedua sisi gua. Kedalaman air memang tak terlalu dalam, hanya sekitar 10 cm sampai 1 meter. Namun di beberapa tempat, atap gua begitu rendah dan dekat dengan permukaan air, sehingga kami bahkan harus setengah merangkak untuk melewatinya. Namun meski medannya cukup menantang, penduduk setempat sejak dulu sering memasukinya hingga tembus ke entrance satunya. Sehingga bisa dibilang, gua ini cukup aman bagi pemula yang berniat menelusur gua (caving).
Turun tangga masuk Gua Cerme (https://www.thearoengbinangproject.com)
Tiket
Pos tiket (https://www.thearoengbinangproject.com)
Setelah melewati jalan lumayan lebar dari tanah yang diperkeras kami sampai di pos pembayaran tiket masuk ke Gua Cerme, dimana per orang dikenakan kurang lebih Rp.2.000, ditambah asuransi Rp. 250. Bila berkeinginan masuk ke dalam gua, tiket pemandu sekitar Rp. 30.000,-
Grade
Gua Cerme (https://www.travelmatekamu.com)
Gua Cerme dikenal sebagai gua wisata sejak tahun 1980-an. Dari tingkat kesulitannya, gua ini ada pada grade 2-3, artinya penelusur memerlukan peralatan khusus seperti helm dan sumber cahaya. Awalnya gua ini hanya digunakan sebagai sumber air yang dimanfaatkan oleh penduduk di sekitar lokasi. Resurgen atau mata air keluar dari dasar Luweng Ploso dengan debit pada musim kemarau sekitar 3 liter per detik dan pada musim hujan bisa mencapai 25 liter per detik. Sungai bawah tanah di dalam gua tidak berpotensi banjir pada musim hujan sekalipun. Penyebabnya adalah kemiringan lantai gua, sehingga air mengalir dengan cepat. Selain itu ada bendungan di mulut Gua Cerme yang menjadi pengatur ketinggian muka air. Biasanya pada musim hujan pintu bendungan dibuka sehingga muka air tidak melebihi tinggi satu meter.
Air terjun Gua Cerme (https://gateofjava.wordpress.com)
Air yang keluar dari mulut Gua Cerme dimanfaatkan oleh penduduk di dusun Srunggo dengan cara ditampung pada sebuah kolam besar untuk diendapkan, setelah itu dialirkan ke rumah penduduk menggunakan selang air. Sementara itu, air dari Luweng Ploso diambil menggunakan pompa air benam (submersible pump) dengan memanfaatkan tenaga matahari (solar cell). Teknologinya dibantu BPPT dan dinamakan Sistem Pompa Air Fotovoltaik. Pompa air ini telah beroperasi kurang lebih 10 tahun dan relatif tidak pernah bermasalah. Namun demikian, instalasi ini hanya difungsikan pada saat musim kemarau. Pada musim hujan instalasi tersebut diistirahatkan untuk menghemat biaya perawatan. Di salah satu bagian dalam gua, kami menjumpai ribuan kelelawar pemakan buah yang bergelantungan di langit-langit gua. Aroma tak sedap dari kotoran kelelawar (guano) cukup menyesakkan pernapasan. Namun hanya di bagian itu saja indera penciuman kami terganggu. Selebihnya udara di dalam gua cukup baik dan tidak pengap. Di Gua Cerme juga biasanya dapat dijumpai jangkrik gua, udang, dan ikan lele. Sebagian biota ini sudah mengalami adaptasi negatif yaitu kehilangan pigmen, sehingga warnanya menjadi transparan.
Gua Cerme (https://www.travelmatekamu.com)
Ornamen
Gua Cerme (https://www.travelmatekamu.com)
Juga dijumpai berbagai macam ornamen gua yang cukup lengkap. Seperti dijelaskan Bagus kepada Berita Indonesia, ornamen-ornamen yang kami jumpai tersebut dibedakan dari proses terbentuknya antara lain dripstone, yang terbentuk karena proses tetesan air. Jenisnya adalah stalaktit, stalakmit, pilar (column), sodastraw stalagtit, dan helektit.
Gua Cerme (https://jogjakini.wordpress.com)
Waktu Tempuh
Untuk menelusuri gua Cerme dibutuhkan waktu yang bervariasi. Untuk penelusuran normal, wisatawan biasanya membutuhkan waktu satu setengah sampai dua jam. Sementara untuk aktivitas dokumentasi biasanya lebih lama, antara 3-5 jam. Rombongan kami sendiri menghabiskan waktu lebih dari tiga jam sampai menembus ke entrance mulut Gua Cerme.
Sumber: Jogja Kini
Posting Komentar