Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Tenun Majalaya Bandung Jawa Barat

Posted by Adat Dunia

Ilustrasi Kain Sarung (https://www.gayahidupku.com)

Majalaya adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Daerah ini bisa dijangkau dari arah keluar tol Buah Batu - Bojongsoang - Baleendah - Ciparay - Majalaya. Daerah ini pun bisa diakses dari daerah Rancaekek.

Majalaya merupakan cikal bakal industri tekstil modern di Indonesia. Walau perkembangannya baru terasa tahun 1930-an dipelopori beberapa pengusaha tekstil lokal seperti Ondjo Argadinata dan Abdulgani, namun geliatnya sebenarnya telah dimulai sejak 1910.

Saat itu, sudah ada perempuan-perempuan yang menekuni alat tenun kentreung atau banyak disebut gedhogan dengan bahan baku kapas dan bahan pewarna dari kebun. Namun, skalanya masih sangat terbatas, dan hanya untuk konsumsi rumah tangga saja.

Pada 1921, pemerintah kolonial Belanda mendirikan Textile Inrichting Bandeng atau kelak bernama Sekolah Tinggi Tekstil Bandung. Pada 1928, empat gadis asal Majalaya, Emas Mariam, Endah Suhaenda, Oya Rohana, dan Cicih dikirim ke Bandung untuk belajar tenun menggunakan alat tenun semi otomatis yang tidak membutuhkan listrik disebut alat tenun bukan mesin (ATBM). Emas, Endah, dan Oya-lah yang kelak mewariskan teknik tenun dan membangun dinasti-dinasti usaha tekstil rakyat Majalaya.

Majalaya 1936 (https://www.wisatabdg.com)

Pasca kemerdekaan, Majalaya disiapkan Pemerintah Indonesia menjadi pusat tekstil nasional guna memenuhi kebutuhan sandang, yang kala itu masih ditopang impor. Matsuo H (The Development of Javaneses Cotton Industry, 1970) menuliskan, industri tenun Majalaya mencapai puncak kejayaan pada awal 1960-an. Saat itu, mereka memproduksi 40 persen dari total produksi kain di Indonesia. Akhir 1964, Majalaya menguasai 25 persen dari 12.882 alat tenun mesin (ATM) di Jabar. Hampir seluruhnya berada di Desa Majalaya dan Padasuka (saat ini dimekarkan menjadi tiga desa: Sukamaju, Padamulya, dan Sukamukti).

Di kalangan bandar sarung Pasar Tanah Abang (Jakarta) dan Pasar Turi (Surabaya), kata "made in Majalaya" sangat akrab di telinga. Sejak 1960-an, istilah itu berarti sarung kelas ekonomi menengah ke bawah. Dari Majalaya, kota kecil 22 km sebelah tenggara kota Bandung- itu, setiap harinya ribuan kodi sarung tenun dibongkar di pasar grosir tadi.

Pasar Tanah Abang Jakarta menjadi terminal distribusi sarung Majalaya buat kota-kota di Indonesia Barat, seperti Palembang, Padang, Medan, dan Banda Aceh. Sedangkan Pasar Turi Surabaya, mendistribusikan sarung Majalaya untuk kota-kota di Indonesia Timur, seperti Ujungpandang, Gorontalo dan Ambon.

Ramai-ramai pakai Sarung (https://caritahuuu.blogspot.com)

Tokoh pengusaha tekstil Majalaya Satja Natapura menyebutkan, saat krisis ekonomi mengguncang Indonesia pada 1998, hampir separuh usaha tekstil di Majalaya kolaps. Jika sebelumnya jumlah industri rakyat masih sekitar 250, setelah krisis menyusut jadi 130 pabrik. Bahkan, ia memperkirakan saat ini industri tekstil rakyat yang masih tersisa tak lebih dari 100 usaha. Umumnya pengusaha tenun sarung Majalaya saat ini adalah generasi kedua dan ketiga yang mewarisi usaha orangtua.

Ragam Hias (Motif)

Ragam hias Sarung Majalaya (https://www.wisatabdg.com)

Ciri-ciri sarung Majalaya mudah dikenali. Motifnya monoton kotak-kotak atau perpaduan lurik horisontal-vertikal, serat benangnya sedikit kasar. Acapkali pintalan dan rajutannya sedikit renggang dan mudah berbulu.

Mulai menggeliat lagi

Sarung tenun Majalaya (https://www.inilahkoran.com)

Terlepas dari istilah rezeki musiman, peningkatan order pada Ramadhan ini punya arti tersendiri bagi usaha rakyat berskala kecil yang tersisa di Majalaya. Paling tidak, untuk sementara waktu, industri tenun tradisional itu pelan-pelan menggeliat lagi. Seakan mendapat suntikan energi baru, suara mesin tenun tak lagi selirih tiga-empat bulan yang lalu. Pekerja yang dirumahkan lantaran krisis ekonomi, dipekerjakan lagi.

Puluhan pabrik tenun yang selama ini hanya mempertahankan hidup dengan mengerjakan pesanan rajutan karung tepung terigu, ikut-ikutan menyisihkan sebagian waktunya untuk membuat sarung.

Jabar Ngagaya menggunakan Sarung Majalaya (https://www.rmoljabar.com)

Di samping kelihaian sendiri, pengusaha tesktil kerap meraih order berkat kemitraan Koperasi Pengusaha Pertekstilan (Koppertek) dengan pihak luar. Begitu pula dalam urusan pengadaan bahan baku benang. Lewat koperasi dan bandar-bandar benang di Majalaya, para pengusaha sarung tidak terlalu sulit mendapatkan benang dari berbagai jenis, seperti polyester dan katun. Untuk setiap kodi sarung (sepuluh lembar sarung) dibutuhkan sekitar 6 kg benang yang dibeli dalam satuan bal (satu bal setara dengan 181,44 kg benang). Polyester dibeli Rp 35.000-Rp 40.000/kg, katun 20-S antara Rp 900.000 - Rp 1.000.000/bal. Dalam krisis ekonomi, harga bahan tersebut bisa naik 30 persen. Keuntungan yang mereka raih tidaklah terlalu besar. Paling banter 10-20 persen dari harga pokok produksi (HPP).

Dengan meningkatnya produksi, kebutuhan akan benang otomatis terdongkrak, tetapi pengusaha tenun tidak pernah risau. Benang bisa juga diperoleh dari bahan sisa pabrik tenun modern. Bahan tak terpakai karena salah desain di pabrik tekstil besar, didaur-ulang pabrik tenun konvensional, harganya pun lebih murah 30-50 persen.

Sarung Majalaya motif polos (https://sitinuraidah999.blogspot.com/)

Bagian baju berbahan polyester "gagalan" itu didaur-ulang dengan mengolahnya menjadi lembaran-lembaran benang. Dari dua ton "gagalan" bisa dihasilkan satu ton benang polyester.

Tak mau kalah oleh produk sarung kelas atas, pengusaha tenun Majalaya suka memberi embel-embel pada produknya berupa cap yang mirip merek sarung papan atas yang lagi ngetren. Misalnya pada tahun 1970-an, ketika sarung cap "padi" lagi naik daun, Majalaya berusaha bonceng tenar dengan membuat cap "padi jaya" atau "padi mas". Ketika cap "gajah" sedang terkenal, mereka ikut-ikutan merancang label semisal cap "gajah mangga", "gajah duduk", atau "gajah jongkok". Dalam skala terbatas, tekstil rakyat juga masih dipesan untuk membuat pakaian perlengkapan tentara, polisi dan pakaian sekolah.

Related Post



Posting Komentar