Gunung Papandayan (https://www.1001wisata.com)
Gunung Papandayan di Garut, Jawa Barat, dengan ketinggian 2.622 meter di atas permukaan laut (mdpl) bisa menjadi salah satu pilihan tempat pendakian, tepatnya berada di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, sekitar 70 km tenggara Kota Bandung.
Gunung Papandayan (https://infopaguci.blogspot.co.id)
Gunung Papandayan bertipe Stratovolcano, merupakan sebuah gunung berapi yang masih aktif, pernah meletus pada tahun 2002. Kawah papandayan dapat dijelajahi dari jarak dekat dan cukup aman untuk para pelancong. Kawah itu antara lain: Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk. Kawah-kawah itu dapat mengeluarkan asap dari celah bebatuan.
Kompleks kawah gunung Papandayan ini bisa didatangi oleh masyarakat umum yang bukan pendaki gunung sekalipun, ini dimungkinkan karena adanya jalan aspal mulus yang membentang dari bawah hingga kedekat kawah gunung ini.
Sejarah
Letusan Gunung Papandayan (https://infopaguci.blogspot.co.id)
Gunung Papandayan termasuk gunung api tipe A yaitu gunung api yang pernah meletus setelah tahun 1600. Letusan dan erupsi Gunung Papandayan tercatat dalam sejarah pada tahun 1772. Pada tahun tersebut Papandayan meletus dan menelan korban jiwa sekitar 2000 jiwa dan membumi hanguskan perkampungan disekitar kaki Gunung Papandayan. Erupsi yang terjadi pada tahun 1772 ini merupakan erupsi terbesar dimana sebagian material letusan gunung dilontarkan dan melanda daerah seluas 250 Km.Letusan diawali dengan dimuntahkannya lidah api yang sangat besar yang terjadi di kawah sentral. Awan dan abu panas meluncur ke arah timur laut dan sebagian besar erupsi dialirkan oleh sungai Ciparungpung dan Cibeureum ke arah hilir sungai.
Gunung Papandayan (https://prisa-apri.blogspot.co.id)
Daftar Erupsi dan Letusan Gunung Api Papandayan yang tercatat dalam Sejarah di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
N o | Tahun | Ketrangan |
1 | 1772 | Pada malam hari tanggal 11 dan 12 Agustus terjadi erupsi besar dari kawah sentral dan awan panas yang dilontarkan telah membunuh sekitar 2951 orang dan menghancurkan sekitar 40 perkampungan. |
2 | 1882 | 1882 Pada tanggal 28 Mei sore pada waktu hari cerah dan langit terang di Campaka Warna terdengar suara gemuruh di dalam tanah yang diduga berasal dari gunung Papandayan. |
3 | 1923 | Pada tanggal 11 Maret terjadi erupsi yang mengeluarkan lumpur beserta batu - batu yang dilontarkan hingga jarak 150 meter. Terdapat 7 buah erupsidalam kawah Baru dan letusa ini didahului oleh gempa yang terasa di Cisurupan. |
4 | 1924 | Pada tanggal 25 Januari kawah Mas suhunya naik dari 364 0 C menjadi 5000 C kemudian terjadi erupsi lumpur di kawah Mas dan kawah Baru. Pada tanggal 16 desember terdengar suara guntur dan ledakan dari kawah Baru, hutan sekitar menjadi gundul karena kejatuhan batu dan lumpur, bahan erupsi terlontar ke arah timur hampir mencapai Cisurupan. |
5 | 1925 | Pada tanggal 21 Februari terjadi erupsi lumpur pada kawah Nangklak yang kemudian disusul dengan semburan gas yang snagat kuat dengan hujan lumpur. |
6 | 1926 | Di kawah Mas terjadi erupsi lumpur kecil bercampur belerang. Di kawah Baru terjadi tiupan kuat yang melontarkan tepung belerang hingga mencapai jarak 300 meter ke arah timur laut danke jurusan barat daya mencapai 100 meter dan diakhiri dengan erupsi lumpur belerang. |
7 | 1927 | Pada tanggal 16 - 18 Februari terjadi kenaikan kegiatan di kawah Mas dan sampai sekarang masih terjadi kepulan asap fumarola dan solfatar serta bualan lumpur air panas. |
8 | 1942 | Pada tanggal 15 - 16 Agustus lahir lubang erupsi baru. |
9 | 1993 | Pada tanggal 17 Juli terjadi ledakan lumpur di kawah Baru. |
10 | 1998 | Bulan Juni terjadi aktifitas vulkanik yang cukup berarti, dengan terjadinya peningkatan jumlah gempa menurut catatan seismik, juga terjadinya semburan lumpur dan gas pada lubang fumarol kawah, yaitu pada kawah Mas, yang mencapai ketinggian kira-kira lima meter. |
11 | 2002 | Dimulai pada tanggal 11 November terjadi peningkatan aktifitas vulkanis di gunungapi Papandayan, erupsi yang besar terjadi di gunungapi Papandayan mulai 13 - 20 November, aktifitas menurun hingga tanggal 21 Desember, akibat dari erupsi ini terjadi longsoran pada dinding kawah Nangklak dan banjir disepanjang aliran sungai Cibeureum gede hingga ke sungai Cimanuk sejauh 7 km, merendam beberapa unit rumah dan menyebabkan erosi besar sepanjang alirannya. |
Writed by Gungun Gunawan (https://infopaguci.blogspot.co.id)
Jalur Pendakian
Mekipun untuk mencapai kawasan kawah gunung ini bisa didatangin dengan kendaraan, bagi para pendaki gunung tantangan di gunung ini masih ada, yaitu jalur trekking dari alun-alun Pondok Salada hingga kepuncak gunung ini dan kemudian turun melipiri punggungan puncak gunung ini dan jalan setapak dari jalur ini berakhir di belakang daerah parkiran kendaraan. Jalur trekking ini memakan waktu kurang lebih 6 jam.
Parkiran – Alun-alun Pondok Salada
Dari parkiran jalur setapak dimulai mendekati kawah dan kemudian membelah kawah, hati-hati saat melangkah karena dibebeberapa tempat terdapat bagian yang gembur dengan suhu yang cukup panas dan kaki bisa terperosok. Kemudian jalur setapak membelok kekanan dan saat keluar dari komplek kawah ini jalan setapak terus mendatar hingga sampai di sebuah warung and disini terdapat sebuah lapangan yang cukup menampung lebih dari 30 tenda. Jalur setapak menuju Pondok Salada bisa ditemukan didepan warung ini dan sekitar lima menit berjalan dari warung ini kita akan sampai di Pondok Salada. Di Pondok Salada ini ada sungai kecil berair jernih mengandung belerang.
Pondok Salada – Alun-alun Tegal Alun
Dari Pondok Salada jalur setapak mendaki sebuah punggungan yang ada didepan Pondok Salada, keadaan jalur setapaknya sedikit hancur, banyak batu-batu besar seperti aliran sungai kering. Setelah menyelesaikan etape tanjakan yang cukup curam ini jalan setapak menjadi datar dan kemudian berbelok ke kiri dan kemudian menyusuri punggung gunung. Hati-hati saat menyusuri pungungan ini karena di sebelah kiri jurang dalam yang berjarak hanya setengah meter dari jalan setapak. Tak lama setelah keluar dari kawasan hutan yang tidak begitu lebat, kita akan sampai disebuah alun-alun yang cukup besar. Yang dikenal dengan nama Alun-alun Tegal Alun, di bagian ujung dari alun-alun ini (di hitung dari tempat kita muncul) ada sebuah sungai kecil yang mengalir jernih. Sebelum mencapai alun-alun ini terlebih dahulu kita akan melewati sebuah lapangan mirip sebuh kawah mati.
Tegal Alun – Puncak
Dari tegal Alur jalan setapak menuju arah puncak berada di seberang sungai kecil, jalan setapak yang tidak begitu jelas ini kemudian membelok kearah kanan memasukui hutan, Hati-hati saat berada di kawasan ini mungkin karena jalur ini jarang di tempuh sehingga terkadang jalur jalan setapaknya tiba-tiba menghilang tapi jika jeli kita akan banyak menemukan string line atau ikatan tali raffia berwarna merah dan bitu yang di ikatkan pada ranting pohon sebagai penanda jalan. Dikawasan puncak Gunung Papandayan tidak banyak yang bisa dinikmati selain pemandangan kawah. Dipuncak ini tidak ada tiang trianggulasi nya atau tiang penunjuk ketinggian. Tidak ada tanda selain saat sampai di puncak gunung ini jalan setapak seterusnya akan menurun. Jika anda membawa altimeter atau GPS maka akan mudah menentukan puncaknya. Puncak gunung ini hanya pelataran kecil saja dan tersamar dengan jalan setapak yang membelahnya.
Puncak – Parkiran
Dari puncak jalan setapak kemudian menurun, lama-kelamaan jalan setapaknya turun curam mengikuti tepian punggungan puncak hati-hati dengan langkah anda karena disebelah kiri jurang menganga kearah kawasan kawah. Jalan setapak di kawasan ini banyak ditumbuhi oleh rimbunnya tumbuhan dan pohon yang banyak ranting-ranting dahan yang menjorok hingga ketanah sehingga saat melewati etape ini kita harus membungkuk dan terkadang merangkak. Dari puncak ke parkiran butuh waktu sekitar tiga jam dan kita akan muncul di bagian belakang parkiran ada sebuah sungai yang mengalir dan airnya jernih
Flora dan Fauna
Edelweis (https://stenisia.wordpress.com)
Kawasan Gunung Papandayan memiliki banyak keanekaragaman tumbuhan yang beragam seperti: Flora yang terdapat umumnya didominir oleh pohon Suagi (Vaccinium valium) dan Edelweis (Anaphalis javanica), sedangkan bentuk vegetasi lainnya adalah Puspa (Schima walichii), Saninten (Castanopsis argentea), Kihujan (Engelhardia spicata), Jamuju (Podocaspus imbricatus), Pasang (Quercus sp), Manglid (Magnolia glauca). Sepanjang Perjalanan kita akan menemukan Tumbuhan Endemik yang unik, tumbuhan liar yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan ataupun obat seperti Begonia, Poh-pohan, Tepus, Honje, Umbi-umbian, Bimbit dan masih banyak lagi jenis lainnya dan Tanaman berbahaya untuk manusia, misalnya yang dapat menimbulakan rasa gatal jika tersentuh oleh kulit, seperti daun pulus dan tareptep.
Selain tumbuhan-tumbuhan diatas, kita juga dapat menjumpai dan mengamati beberapa satwa liar yang hidup di hutan Papandayan ini, seperti monyet surili, lutung, babi hutan, mencek dan macan tutul. Didaerah pinggiran hutan dekat perkebunan kita akan menjumpai dengan mudah binatang tando, sigung dan careh.
Menurut catatan dokumen kolonial Belanda, dahulu kala masih dapat dijumpai banteng, rusa dan pelanduk yang terlihat merumput di Tegal Panjang. Pemangsa berupa harimau jawa juga masih sering muncul. Tetapi sekarang semuanya hanya tinggal kenangan saja, satwa-satwa tersebut telah punah.
Akses Menuju Lokasi
Naik Bis jurusan Garut yang langsung ke Terminal Guntur, bisa dari Jakarta (Primajasa pool BKN Cililitan atau bis dari Kp. Rambutan), Bandung (Terminal Cicaheum ataupun Leuwi Panjang), Bekasi, atau Tasikmalaya.Kemudian naik angkot putih biru jurusan Cikajang. Jangan sampai salah memilih angkot putih biru tua jurusan Copong, atau putih biru muda jurusan Cilawu. Ongkos per orang: sekitar Rp 15.000, Turunlah di Alun-alun Cisurupan.
Di Alun-alun Cisurupan ada beberapa minimarket untuk membeli logistik yang masih kurang. Selain itu juga ada pasar kecil jika membutuhkan logistik yang lain. Dari Alun-alun Cisurupan, naiklah Ojek atau jika tim dalam kelompok besar, sewalah satu Pick Up untuk mengangkut sampai kawah, Ongkos sekitar per Orang : Rp 30.000,-
Posting Komentar