Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Alat Musik Tradisional Kalimantan Barat


Kalimantan Barat adalah Provinsi yang terletak di Pulau kalimantan dengan ibukotanya di Pontianak. Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki provinsi "Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dilalui dengan kapal layar.

Dalam bidang seni musik, Kalimantan Barat menyimpan kekayaan alat musik tradisional. Alat musik tradisional asal Kalimantan Barat antara lain adalah :

Agukng


Agukng adalah alat musik tradisional yang kita kenal sebagai Gong. Alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul ini merupakan salah satu alat musik yang kerap dipakai dan dianggap sakral. Agukng atau Gong dapat ditemui hampir di seluruh kelompok Dayak dan dipercaya diturunkan langsung oleh para dewa dari kayangan untuk dimainkan dalam upacara. Instrumen ini dipercaya dapat mengusir roh jahat dan mendatangkan roh para leluhur atau makhluk gaib lainnya. Hal ini karena Agukng suara agukng adalah bunyi yang agung untuk mengiring kedatangan roh para leluhur atau makhluk gaib yang dapat membantu dalam melaksana ritual.

Sapek


Sapek (sebutan lain: sampek, sampiq) adalah alat musik dawai pada masyarakat Dayak di Kalimantan, baik di wilayah negara Indonesia, Malaysia, maupun Brunei. Dari ratusan kelompok masyarakat (etnis) dan sub-etnis Dayak, sapek paling banyak terdapat di Dayak Kayaan dan Kenyah. Alatnya tampak seperti gitar, dengan tubuh yang panjang dan leher yang sangat pendek mungkin leher alat lute terpendek di dunia.

Sangat beda dengan gitar, fret (batas nada, dalam istilah setempat disebut lasar) yang jumlahnya belasan itu hanya 2-3 saja, bahkan kadang tidak ada sama sekali yang terletak pada bagian leher. Hampir seluruh lasar terpasang di bagian tubuh. Keunikan lainnya, lasar-lasar itu bisa digeser atau dipindah-pindah, karena pemasangannya tidak tertanam permanen seperti gitar, melainkan ditempelkan dengan lem yang sangat kental dan tak pernah kering, yang terbuat dari madu-lebah. Dengan cara pemindahan lasar itulah laras atau "susunan-nada" (modus) sapek berganti-ganti.

Jika kita cermati struktur alatnya, sapek merupakan jenis lut-siter (lute-zither), yakni campuran antara lut (berleher, kawat terbentang melebihi tubuh) dan siter (bentangan kawat pada tubuh). Bahkan untuk sapek yang seluruh lasar-nya berada di bagian tubuh, ia adalah siter, dan leher dalam sapek seperti itu hanya berupa "sambungan" antara tubuh dan kepala (tempat di mana pengencang dawai menancap).

Hiasan di bagian kepala dan pangkal biasanya berbentuk binatang mitologis, yang dianggap punya kekuatan untuk menaklukan unsur apa pun yang akan mengganggu. Jenis binatang yang paling banyak diukirkan adalah burung engang dan anjing. Hiasan-hiasan yang berbentuk meliuk konon adalah binatang sejenis lintah, yang licin, yang pandai menelusup ke sana-sini seperti bunyi musik yang juga lihai menelusup hati, mencari dan membuat jalan pengembaraan batin.

Sapek biasa dimainkan sebagai instrumen menyendiri (melulu musik) atau juga untuk iringan tari. Sapek adalah salah satu musik Dayak yang spesial. Walaupun banyak orang yang bisa main, namun para pemain yang khusus memiliki teknik yang spesial pula, memiliki cara tersendiri baik untuk jari-jari tangan kiri (yang berpindah-pindah memainkan nada) maupun tangan kanannya yang memetik. (Endo Suanda, disarikan dari wawancara dengan Dominikus Ayub, pemain sapek di Pontianak, Kalimantan Barat).

Kangkuang


Kangkuang adalah alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul dan terbuat dari kayu yang diukir sedemikian rupa. Dibuat oleh masyarakat suku Dayak Banuaka di daerah Kapuas Hulu.

Keledi


Keledi adalah alat musik tiup tradisional yang berasal dari Kalimantan Barat. Keledik atau Kedire ini merupakan alat musik yang terbuat dari bambu dan benang. Keledi atau organ mulut dibuat dari buah labu yang sudah tua (berumur 5-6 bulan) kemudian dikeluarkan isinya, direndam selama satu bulan, dan selanjutnya dikeringkan. Buah labu dan batang-batang bambu disatukan dengan menggunakan perekat dari sarang kelulut (sejenis lebah hutan berukuran kecil). Alat musik ini menghasilkan nada pentatonik. keledi dimainkan untuk mengiringi nyanyian tradisional, tarian, teater tutur (berupa syair dalam nyanyian yang berisi nasihat dan petuah) serta saat upacara adat pada suku bangsa Dayak.

Entebong


Entebong adalah salah satu alat musik Kalimantan Barat yang terbuat dari kayu dan kulit binatang yang lebih kita kenal seperti kendang/gendang. Memang alat musik Entebong ini bentuknya seperti gendang yang dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik satu ini terdapat di Kabupaten Sekadau yang dibuat oleh suku Dayak Mualang.

Terah Umat

Terah umat ((https://budaya-indonesia.org))

Alat musik terah umat berasal dari Kalimantan Barat yang fungsinya tidak beda jauh dengan gamelan jawa.  Umat itu dalam bahasa daerah Kalimantan artinya adalah besi. Alat musik tradisional Kalimantan Barat ini memang terbuat dari besi yang dimainkan dengan cara dipukul, maka disebut dengan Terah Umat.

Sumber: Tradisikita

Mengenal Kabhanti dari Sulawesi Tenggara


Tradisi lisan merupakan salah satu bentuk ekspresi kebudayaan daerah yang jumlahnya beratus-ratus di seluruh Indonesia. Kemampuan tradisi lisan untuk melingkupi segala sendi kehidupan manusia, membuktikan bahwa nenek moyang kita di masa lampau telah mengenal ajaran kehidupan yang terkandung dalam tradisi lisan. Lord (1995: 1) mendefinisikan tradisi lisan sebagai sesuatu yang dituturkan dalam masyarakat. Penutur tidak menuliskan apa yang dituturkannya tetapi melisankannya, dan penerima tidak membacanya, namun mendengar. Senada dengan itu, Pudentia (2007: 27) mendefenisikan tradisi lisan sebagai wacana yang diucapkan atau disampaikan secara turun-temurun meliputi yang lisan dan yang beraksara, yang kesemuanya disampaikan secara lisan. Akan tetapi modus penyampaian tradisi lisan ini tidak hanya berupa kata-kata, tetapi juga gabungan antara kata-kata dan perbuatan tertentu yang menyertai kata-kata. Tradisi pun akan menyediakan seperangkat model untuk bertingkah laku yang meliputi etika, norma, dan adat istiadat. Lebih lanjut Taylor (dalam Daud, 2008: 258), mendefinisikan tradisi lisan sebagai bahan-bahan yang dihasilkan oleh masyarakat tradisional, yang berbentuk pertuturan, adat resam, atau amalan, di antaranya ritual, upacara adat, cerita rakyat, nyanyian rakyat, tarian, dan permainan.

Kabhanti merupakan salah satu bentuk tradisi lisan yang ada pada masyarakat Suku Muna. Kabhanti memiliki ciri yang hampir sama dengan pantun atau puisi lama. Kabhanti diciptakan oleh masyarakat Suku Muna. Tradisi berucap pantun yang ada pada masyarakat Suku Muna, Sulawesi Tenggara ini telah lama ada di Pulau Muna.

Kabhanti merupakan tradisi berucap pantun, baik yang diucapkan sendiri ( monolog ) maupun secara berbalas dalam suatu kelompok (kelompok Laki-laki maupun kelompok perempuan. Isi dari kabhanti biasanya mengemukakan serta menyampaikan hal hal yang berupa pesan moral bagi masyarakat, nilai nilai keagamaan, petunjuk kehidupan atau petuah, sindiran, percintaan, serta nilai nilai budaya dan adat istiadat. Bagi masyarakat muna, kabhanti bertujuan untuk memperkokoh nilai dan norma dalam masyarakat. Kabhanti biasa dilantunkan oleh seorang pelantun kabhanti yang telah mahir. Kabhanti biasanya dibawakan dengan cara dilantunkan atau dinyanyikan, serta di iringi dengan alat musik gambus. Kabhanti pada umumnya ditampilkan pada saat ada hajatan besar dalam masyarakat, seperti pada saat pernikahan, khitanan, upacara adat karia, dan hajatan besar lainnya dalam masyarakat muna.

Secara umum, kabhanti dapat dibagi menjadi 5 jenis berdasarkan penggunaannya.

1. Kabhanti Kantola
2. Kabhanti Watulea
3. Kabhanti Gambusu
4. Kabhanti Modero
5. Kabhanti Kusapi

1. Kabhanti Kantola

Kabhanti Kantola (https://www.slideshare.net)

Yaitu kabhanti yang digunakan pada waktu bermain kantola. Kantola adalah sejenis permainan tradisional, dimana para pemain berdiri berhadapan antara pemain pria dan wanita. Mereka berbalas pantun dengan irama lagu ruuruunte atau ruuruuntete. Irama ruuruunte ini menggunakan paling tinggi lima nada. Acara kantola biasanya dilaksanakan pada malam hari di musim kemarau setelah selesai panen ubi kayu dan ubi jalar. Adapun bentuk syair kabhanti seperti ini, sepintas lalu dapat kita katakan prosa liris yakni prosa yang mementingkan irama. Akan tetapi bila kita teliti benar sebagian dapat digolongkan bentuk pantun yang disebut talibun yakni pantun yang lebih dari empat baris tetapi genap jumlahnya.

2. Kabhanti Watulea

Aadalah kabhanti yang menggunakan irama watulea. Kabhanti macam ini biasanya dinyanyikan pada waktu menebas hutan atau berkebun. Sambil bekerja mereka menyanyi bersama-sama atau sendirian. Kadang-kadang dinyanyikan agar tidak kesepian di tempat kesunyian. Syair kabhanti watulea sebenarnya hanya dua baris dan masing-masing baris terdiri dari tiga kata atau dua kata bila kata itu agak panjang. Karena pada waktu mengulangi menyanyikannya diantarai dengan kalimat E……..ingka kotughu daano, sehingga seolah olah pantun itu terdiri dari tiga baris.

3. Kabhanti gambusu 

Yakni pantun yang dinyanyikan dengan diiringi oleh irama gambus. Biasanya menggunakan gambus kuno yaitu gambus yang bentuknya sederhana, tidak seperti gambus yang kita lihat pada layar televisi. Kadang-kadang instrumen yang digunakan bukan hanya gambus akan tetapi dilengkapi dengan biola, kecapi, serta botol kosong yang ditabu atau dipukul dengan sendok atau paku mengikuti irama lagu dan bunyi instrumen-instrumen enak didengar. Walaupun bukan hanya gambus yang digunakan pada waktu bermain, tetapi pantun yang dinyanyikan disebut kabhanti gambusu (pantun gambus). Kabhanti gambusubiasanya disajikan pada acara pesta kampung misalnya pernikahan, khitanan, dan jenis kegiatan lainnya yang ada dalam masyarakat muna.

4. Kabhanti Modero

Sebenarnya sama dengan kabhanti gambusu. Kabhanti gambusu sering pula dinyanyikan pada waktu bermain modero. Oleh sebab itukabhanti gambusu disebut pula kabhanti modero. Modero adalah tari daerah yang hampir sama dengan tari lulo (tari daerah Sulawesi Tenggara). Para pemain saling bergandengan tangan membentuk lingkaran sambil menyanyi seirama dengan langkah dalam tarian.

5. Kabhanti Kusapi

Kabhanti Kusapi

Yakni pantun yang dinyanyikan dengan diiringi oleh irama gambusu kusapi

Mengenal Makna Gurindam Dua Belas dari Kepulauan Riau

Gurindam 12 (https://syafrein.wordpress.com)

Gurindam secara sederhana memiliki arti sebagai sebuah puisi. Gurindam 12 adalah sekumpulan syair yang diciptakan oleh Raja Ali Haji di Pulau Penyengat. Adapun beliau adalah seorang sastrawan di Kepulauan Riau pada masanya dan diakui sebagai salah satu Pahlawan Nasional.

Mengenai sebab-sebab Raja Ali Haji menciptakan gurindam adalah sebagai mas kawin yang diberikan kepada Engku Puteri Hamidah yang tinggal di Pulau Penyengat. Mas kawin ini dipahatkan di batu marmer sebagai bukti rasa cintanya.

Dalam kata-kata yang termaktub di gurindam tersebut sangat kental sekali nuansa keislaman, dikarenakan gurindam tersebut memang berisi wejangan maupun nasehat yang sangat berguna dan bersifat universal bagi masyarakat, khususnya masyarakat dimana Raja Ali Haji itu tinggal, yaitu masyarakat Melayu. Hal ini dimungkinkan karena dominannya unsur Islam dalam kehidupan bermasyarakat di kebudayaan Melayu sebagai dampak dari lancarnya proses Islamisasi di wilayah tersebut, khususnya kepulauan Riau.

Dari bahasa yang di bentuk menjadi sebuah kata lalu menjadi kalimat yang mempunyai makna yang terkandung di dalamnya dan ciri-ciri yang terkandung Dalam Gurindam 12.

1. Rangkap

Di dalam setiap pasal di Gurindam mempunyai dua baris dalam serangkap atau beberapa baris dalam serangkap. Setiap baris ke baris di dalam gurindam 12 membawa makna yang lengkap dan saling berkesinambungan antara baris pertama terhadap baris berikutnya. Baris pertama biasanya dikenali sebagai “syarat” dan baris kedua sebagai “jawab”. Baris pertama atau “syarat” menyatakan suatu pikiran atau peristiwa sedangkan baris kedua atau “jawab” menyatakan keterangan atau menjelaskan apa yang telah dinyatakan oleh baris atau ayat pertama tadi.

2. Perkataan

Jumlah perkataan sebaris tidak tetap.

3. Suku Kata

Jumlah suku kata tidak tetap.

4. Rima

Rima akhir tidak tetap. 5. Maksud dari setiap pasal gurindam

Beberapa Pendapat

Dalam bukunya yang berjudul puisi lama St. takdir Alisyahbana memberikan keterangan tentang gurindam sebagai berikut: Gurindam biasanya terjadi dari sebuah kalimat majemuk, yang di bagi menjadi 2 baris bersajak.

Dr. J.S Badudu, dalam bukunya sari kesustraan Indonesia menjelaskan bahwa gurindam sebenarnya merupakan sebuah kalimat yang terbagi 2 dengan akhir baris berirama sama.

Gurindam termasuk ke dalam puisi lama yang banyak terdapat dalam masyarakat Melayu Indonesia. Gurindam yang terkenal adalah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji (1809-1872). Gurindam ini dinamakan Gurindam Dua Belas karena gurindam tersebut terdiri dari dua belas pasal. Hampir semua lariknya mempunyai rima yang sama dalam satu bait.

Makna Setiap Pasal

Pasal Pertama (1) Gurindam 12

Makna yang terkandung dalam Pasal Pertama, “memberi nasihat tentang agama (religius)”

Barang siapa tiada memegang agama.
Sekali-kali tiada boleh dibilang nama.

Maksudnya adalah setiap manusia harus memiliki agama karena agama sangat penting bagi kehidupan manusia, orang yang tidak mempunyai agama akan buta arah menjalankan hidupnya.

Barang siapa mengenal yang empat.
Maka yaitulah orang yang ma’rifat.

Untuk mencapai kesempurnaan didalam menjalani hidup, manusia harus mengenal empat zat yang menjadikan manusia mula-mula. 4 tersebut adalah syari’at, tarikat, hakikat dan makrifat.

Barang siapa mengenal Allah SWT. 
Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah.

Orang yang mengenal Allah SWT, harus melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, tidak akan melanggar aturannya

Barang siapa mengenal diri.
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri. 

Orang yang tidak beragama tidak akan memiliki identitas diri dan tidak akan dekat dengan Allah SWT.

Barang siapa mengenal dunia.
Tahulah ia barang yang terpedaya.

Kita dapat mengetahui kebesaran Allah lewat manusia, makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna. Manusia yang berorientasi pada kebahagiaan atau hanya mencari kebahagiaan di dunia saja, sebenarnya ia akan tertipu dan menyadarinya bahwa di dunia itu hanya sesaat

Barang siapa mengenal akhirat.
Tahulah ia dunia mudharat.

Di dunia ini kita hanya hidup sesaat, setelah kita wafat setiap manusia akan dimintakan pertanggung jawabannya di akhirat nanti.

Pasal Kedua (2) Gurindam 12 

Makna Yang Terkandung dalam Pasal Kedua, “menceritakan tentang orang -orang yang meninggalkan Sembahyang, Puasa, Zakat, dan Haji beserta akibatnya.

Barang siapa mengenal yang tersebut.
Tahulah ia makna takut.

Semakin seorang dekat dan mengetahui tentang agamanya pasti manusia tersebut akan takut dan orang tersebut harus menjalani Perintah-perintah-Nya dan wajib kita laksanakan

Barang siapa meninggalkan sembahyang.
Seperti rumah tiada bertiang.

Orang yang tidak sembahyang bagaikan rumah yang tidak mempunyai tiang, shalat merupakan pegangan hidup.

Barang siapa meninggalkan puasa.
Tidaklah mendapat dua termasa.

Orang yang meninggalkan ibadah puasa akan kehilangan dunia dan akhirat, berarti Allah tidak akan menjaga orang itu.

Barang siapa meninggalkan zakat. 
Tiadalah hartanya beroleh berkat.

Harta dari orang yang tidak membayar zakat tidak diridhai oleh Allah. Itupun jika di dunia hidupnya senang apabila tidak memberikan sebagian harta nya maka, hidupnya tidak akan terasa senang.

Barang siapa meninggalkan haji.
Tiadalah ia menyempurnakan janji.

Orang yang tidak naik haji (apalagi jika ia mampu) tidak menyempurnakan janjinya sebagai orang Islam.

Pasal Ketiga (3) Gurindam 12

Makna yang terkandung dalam Pasal Ketiga, “tentang budi pekerti, yaitu menahan kata-kata yang tidak perlu dan makan seperlunya”

Apabila terpelihara mata. 
Sedikitlah cita-cita.

Mata harus di pergunakan sebaik-baiknya jangan sampai kita meliahat apa yang dilarang oleh allah SWT.

Apabila terpelihara kuping.
Khabar yang jahat tiadalah damping.

Telinga harus dijauhkan dari segala macam bentuk gunjingan dan hasutan.

Apabila terpelihara lidah. 
Niscaya dapat daripadanya faedah. 

Orang yang menjaga omongannya akan mendapatkan manfaat.

Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan.
Daripada segala berat dan ringan.

Jangan mengambil barang yang bukan hak kita

Apabila perut terlalu penuh.
Keluarlah fi’il yang tidak senonoh. 

Nafsu harus dijaga supaya tidak melakukan perbuatan yang dilarang.

Anggota tengah hendaklah ingat.
Di situlah banyak orang yang hilang semangat. 

Hidup harus dijalani penuh semangat.

Hendaklah peliharakan kaki.
Daripada berjalan yang membawa rugi.

Jangan merugikan diri dengan melakukan hal-hal yang mubajir dan maksiat. Melangkahlah dijalan yang benar dan di ridhoi

Pasal keempat (4) Gurindam 12

Makna yang terkandung dalam Pasal Keempat, “tentang tabiat yang mulia, yang muncul dari hati (nurani) dan akal pikiran (budi)”.

Hati itu kerajaan di dalam tubuh.
Jikalau zalim segala anggota tubuh pun rubuh.

Jagalah hati dari perbuatan yang di larang oleh agama.

Apabila dengki sudah bertanah.
Datanglah daripadanya beberapa anak panah. 

Hati yang dengki hanya akan merugikan diri sendiri.

Mengumpat dan memuji hendaklah pikir.
Di situlah banyak orang yang tergelincir.

Berbicara harus dipikir supaya tidak celaka karenanya.

Pekerjaan marah jangan dibela. 
Nanti hilang akal di kepala.

Amarah adalah perbuatan sia-sia, jaga lah amarah kita.

Jika sedikitpun berbuat bohong. 
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung. 

Orang yang pernah berbohong, sedikit apa pun dustanya, akan terus tampak di mata orang lain.

Tanda orang yang amat celaka. 
Aib dirinya tiada ia sangka.

Orang yang paling celaka adalah orang yang tidak menyadari kesalahannya sendiri sampai harus dikatakan oleh orang lain.

Bakhil jangan diberi singgah. 
Itulah perompak yang amat gagah. 

Sifat pelit akan menguras hartanya sendiri, berarti dengan menjadi dermawan justru harta kita akan bertambah

Barang siapa yang sudah besar.
Janganlah kelakuannya membuat kasar. 

Jagalah setiap perbuatan kita

Barang siapa perkataan kotor. 
Mulutnya itu umpama ketor.

Kelakuan dan kata-kata hendaklah selalu halus dan bersih.

Di manakah salah diri.
Jika tidak orang lain yang berperi. 

Jika kita berbuat kesalahan kita harus minta maaf.

Pekerjaan takbur jangan direpih.
Sebelum mati didapat juga sepih. 

Jangan mengambil pekerjaan yang haram.

Pasal Kelima (5) Gurindam 12 

Makna yang Terkandung dalam Pasak Kelima, “tentang pentingnya pendidikan dan memperluas pergaulan dengan kaum terpelajar”

Jika hendak mengenal orang berbangsa. 
Lihat kepada budi dan bahasa.

Orang yang mulia dan berbangsa dapat kita lihat dari perilaku dan tutur katanya.

Jika hendak mengenal orang yang berbahagia.
Sangat memeliharakan yang sia-sia.

Orang yang bahagia adalah orang yang berhemat dan tidak melakukan perbuatan yang sia-sia.

Jika hendak mengenal orang mulia.
Lihatlah kepada kelakuan dia.

Untuk mengetahui apakah orang itu mulia maka lihatlah sikapnya.

Jika hendak mengenal orang yang berilmu.
Bertanya dan belajar tiadalah jemu.

Orang yang pandai tidak pernah jemu untuk belajar dan memetik pelajaran dari hidupnya di dunia.

Jika hendak mengenal orang yang berakal.
Di dalam dunia mengambil bekal.

Orang yang berakal adalah orang yang teleh mempersiapkan bekal waktu hidp di dunia ini.

Jika hendak mengenal orang yang baik perangai.
Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.

Jika ingin mengetahui sifat baik dari seseorang maka lihatlah saat di bergaul dengan masyarakat.

Pasal Keenam (6) Gurindam 12 

Makna Yang Terkandung dalam Pasal Keenam, “tentang pergaulan, yang menyarankan untuk mencari sahabat yang baik, demikian pula guru sejati yang dapat mengajarkan mana yang baik dan buruk”.

Cahari olehmu akan sahabat.
Yang boleh dijadikan obat.

Sahabat yang setia dan dapat membantu kita.

Cahari olehmu akan guru.
Yang boleh tahukan tiap seteru.

Carilah guru yang serba tahu dan tidak menyembunyikan hal-hal buruk.

Cahari olehmu akan isteri.
Yang boleh menyerahkan diri.

Istri yang patut diambil adalah istri yang berbakti.

Cahari olehmu akan kawan.
Pilih segala orang yang setiawan. 

Carilah teman yang setia diasaat kita senang maupun susah.

Cahari olehmu akan abdi. 
Yang ada baik sedikit budi. 

Pengikut, pembantu, budak yang baik untuk diambil adalah abdi yang berbudi.

Pasal Ketujuh (7) Gurindam 12 

Makna yang terkandung dalam Pasal Ketujuh, “berisi nasihat agar orang tua membangun akhlak dan budi pekerti anak-anaknya sejak kecil dengan sebaik mungkin. Jika tidak, kelak orang tua yang akan repot sendiri”

Apabila banyak berkata-kata.
Di situlah jalan masuk dusta.

Orang yang banyak bicara memperbesar kemungkinan berdusta.

Apabila banyak berlebih-lebihan suka.
Itu tanda hampirkan duka.

Terlalu mengharapkan sesuatu akan menimbulkan kekecewaan yang mendalam saat sesuatu itu tidak seperti yang diharapkan.

Apabila kita kurang siasat.
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat.

Setiap pekerjaan harus ada persiapannya.

Apabila anak tidak dilatih.
Jika besar bapanya letih.

Anak yang tidak di didik semasa kecilnya akan menyebabkan saat anak itu sudah tumbuh dewasa akan membangkan orang tua.

Apabila banyak mencacat orang.
Itulah tanda dirinya kurang.

Jangan suka menghina orang lain.

Apabila orang yang banyak tidur.
Sia-sia sajalah umur.

Pergunakan lah waktu sebaik-baiknya.

Apabila mendengar akan kabar.
Menerimanya itu hendaklah sabar.

Jika menerima kabar duka atau kabar yang kurang menyenangkan maka kita harus sabar dan menerima dengan lapang dada.

Apabila mendengar akan aduan.
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan.

Jangan mudah terpengaruh akan omongan orang lain.

Apabila perkataan yang lemah lembut.
Lekaslah segala orang mengikut.

Perkataan yang lemah-lembut akan lebih didengar orang daripada perkataan yang kasar.

Apabila perkataan yang amat kasar.
Lekaslah orang sekalian gusar.

Perkataan orang yang kasar membuat orang yang berada didekatnya resah.

Apabila pekerjaan yang amat benar.
Tidak boleh orang berbuat onar.

Orang yang benar jangan disalahkan (difitnah atau dikambinghitamkan).

Pasal Kedelapan (8) Gurindam 12 

Makna yang Terkandung dalam Pasal Kedelapan “ berisi nasihat agar orang tidak percaya pada orang yang culas dan tidak berprasangka buruk terhadap seseorang”.

Barang siapa khianat akan dirinya.
Apalagi kepada lainnya.

Orang yang ingkar dan aniaya terhadap dirinya sendiri tidak dapat dipercaya.

Kepada dirinya ia aniaya.
Orang itu jangan engkau percaya.

Jangan percaya terhadap orang yang suka menganiyaya orang lain.

Lidah suka membenarkan dirinya.
Daripada yang lain dapat kesalahannya.

Jangan suka menyalahkan orang lain, dan mengganggpa bahwa diri kita paling benar.

Daripada memuji diri hendaklah sabar.
Biar daripada orang datangnya kabar.

Pujian tidak usah dibuat sendiri tapi tunggulah datangnya dari orang lain.

Orang yang suka menampakkan jasa.
Setengah daripadanya syirik mengaku kuasa.

Jangan menginginkan imbalan dari setiap jasa yang telah kita perbuat.

Kejahatan diri disembunyikan.
Kebajikan diri diamkan.

Sifat-sifat jelek dalam diri kita jangan ditampakkan, begitu pula kebaikan-kebaikan yang telah kita perbuat.

Ke’aiban orang jangan dibuka.
Ke’aiban diri hendaklah sangka.

Jangan membuka aib atau keburukan dari orang lain, kesalahan diri sendiri harus disadar.

Pasal ke Sembilan (9) Gurindam 12 

Makna Yang Terkandung dalam Pasal Kesembilan, “berisi nasihat tentang moral pergaulan pria wanita dan tentang pendidikan. Hendaknya dalam pergaulan antara pria wanita ada pengendalian diri dan setiap orang selalu rajin beribadah agar kuat imannya”.

Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan.
Bukannya manusia yaitulah syaitan.

Manusia yang sudah mengetahui bahwa pekerjaan yang di larang oleh allah swt, maka manusia tersebut tidak dapat di katakan manusia.

Kejahatan seorang perempuan tua.
Itulah iblis punya penggawa.

Kejahatan seorang perempuan tua bagaikan pimpinan setan.

Kepada segala hamba-hamba raja.
Di situlah syaitan tempatnya manja.

Jangan engkau tergoda akan kekayaan pada raja.

Kebanyakan orang yang muda-muda.
Di situlah syaitan tempat bergoda.

Semasa muda jagalah iman kita jangan sampai tergoda oleh rayuan setan.

Perkumpulan laki-laki dengan perempuan.
Di situlah syaitan punya jamuan.

Jika terdapat seorang lelaki dan seorang perempuan maka disitu pulalah setan berada untuk menggangu iman orang tersebut.

Adapun orang tua yang hemat.
Syaitan tak suka membuat sahabat.

Orang yang semasa mudanya tidak menyia-nyiakan waktu dan selalu melangkah di jalan Allah SWT., maka setan akan menjauhi orang tersebut.

Jika orang muda kuat berguru.
Dengan syaitan jadi berseteru.

Orang muda yang gemar belajar dijauhi oleh setan.

Pasal ke Sepuluh (10) Gurindam 12 

Makna yang Terkandung dalam Pasal Kesepuluh, “berisi nasihat keagamaan dan budi pekerti, yaitu kewajiban anak untuk menghormati orang tuanya”.

Dengan bapak jangan durhaka.
Supaya Allah tidak murka.

Jangan durharka terhadap bapak.

Dengan ibu hendaklah hormat.
Supaya badan dapat selamat.

Setiap anak harus hormat dan patuh terhadap ibunya karena surga di telapak kaki ibu dan ibu mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan anaknya.

Dengan anak janganlah lalai
Supaya boleh naik ke tengah balai

Jagalah anak karena anak merupakan titipan tuhan.

Dengan kawan hendaklah adil.
Supaya tangannya jadi kapil.

Bersikap adilah sesama teman.

Pasal ke-11 (sebelas) Gurindam 12

Adapun mengenai pemaknaan gurindam tersebut, bait pertama, “hendaklah berjasa kepada yang sebangsa”

Makna dari kalimat tersebut adalah himbauan kepada manusia untuk selalu bisa bermanfaat kepada sesama, sebab dalam Islam memang sangat dianjurkan sekali untuk saling memberikan manfaat, seperti misalnya dalam sebuah hadis, “seorang muslim adalah saudara bagi orang islam yang lain, yang tidak akan menganiayanya, tidak akan membiarkannya (ataupun menyerahkannya kepada musuhnya). Barangsiapa menyampaikan hajat (kepentingan) saudaranya, maka Allah akan mengabulkan hajat orang itu. Barang siapa yang memberikan kemudahan bagi seorang muslim yang sedang kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan padanya ketika kesulitan pada Hari Kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi rahasia seorang muslim, maka Allah akan menutupi baginya rahasianya pada Hari Kiamat.” (HR. Muslim).

Untuk makna dari bait kedua gurindam pasal kesebelas, “hendaklah jadi kepala, buang perangai yang cela”.

Sangat erat kaitannya dengan kepemimpinan dalam Islam yang sangat mengutamakan akhlak yang mulia. Bukankah Rasulullah memiliki sifat-sifat terbaik dan jauh dari sifat yang tercela, yaitu Fathanah, Amanah, Shiddiq, dan Tabligh. Sehingga seorang pemimpin (kepala) hendaklah memiliki rasa tanggung jawab dan menjauhi akhlak yang tercela, “Kamu semua dalah pemimpin, dan kamu semua akan ditanya (bertanggungjawab) atas pimpinannya. Maka imam adalah pemimpin yang bertanggungjawab terhadap rakyatnya. Dan seorang suami adalah pemimpin terhadap keluarganya dan akan ditanya tentang pimpinannya. Dan seorang isteri adalah pemimpin pada rumah tangga suaminya maupun anak anaknya dan bertanggungjawab terhadap pimpinannya. Seorang anak menjadi pemimpin terhadap ayahnya dan bertanggungjawab terhadap apa yang telah dipimpinnya.. Dan seorang pelayan adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan bertanggungjawaab atas pimpinannya. Maka kamu semua adalah pemimpin dan kamu semua adalah bertanggungjawab terhadap rakyat (hasil pimpinannya, anak buahnya, pekerjaanya)” (HR. Bukhari)

Kemudian bait yang ketiga

Hendaklah memegang amanat, buanglah khianat Dapat direnungkan sebagai upaya agar menjadi orang yang terpercaya, sebagaimana dalam sebuah hadis, “Laksanakanlah amanat(kewajiban) pada orang yang mempercayakan diri padamu, dan janganlah berkhianat (menipu) pada orang yang menipumu” (HR. Turmudzi)

Untuk bait yang keempat.

Hendak marah dahulukan hajat Dalam sebuah hadis, riwayat Abu Daud disebutkan, “Barangsiapa yang menahan kemarahan, padahal dia sanggup untuk melepaskan kemarahan itu, maka Allah akan memenuhi hati orang itu berupa keamanan dan keimanan” (HR. Abu Daud) Secara sederhana berati ini sebuah nasehat bahwa marah itu adalah sesuatu yang tidak baik dan dianjurkan untuk melaksanakan hajat misalnya silaturrahim, bertadabur alam, rihlah ataupun yang sejenisnya untuk mengurangi rasa marah itu dan mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada manusia.

Bait yang kelima

Hendak dimulai jangan melalui Maksud dari bait ini adalah bahwa sebagala sesuatu perlu awal untuk dimulai

Bait keenam

Hendak ramai, muliakan perangai Bait ini sangat berkaitan dengan akhlak yang baik. Artinya jika seseorang ingin mendapatkan sesuatu ataupun silaturrahimnya semakin dipermudah oleh Allah, maka salah satu jalannya adalah dengan memperbaiki perangai (tingkah laku/akhlak), “Tidak ada sesuatu yang lebih memperberat timbangan pahala kebaikan (pada Hari Kiamat) kecuali budi pekerti (akhlak) yang baik” (HR. Abu Daud)

Makna yang terkandung dalam Pasal sebelas, “berisi nasihat kepada para pemimpin agar menghindari tindakan yang tercela, berusaha melaksanakan amanat anak buah dalam tugasnya, serta tidak berkhianat”.

Hendaklah berjasa.
Kepada yang sebangsa.

Berjasalah bagi negara dan bangsa, optimalkan setiap kemampuan yang kita punya sehingga kita bisa mengharumkan nama bangsa.

Hendak jadi kepala. 
Buang perangai yang cela. 

Jadilah pemimpin yang tidak mempunyai sikap tercela Hendaklah memegang amanat Buanglah khianat Semoga bermanfaat, :

Pasal ke Duabelas (12) Gurindam 12

Raja mufakat dengan menteri.
Seperti kebun berpagarkan duri. 

Hubungan raja dengan menteri adalah saling menjaga satu sama lain, dan harus bekerjasama.

Betul hati kepada raja.
Tanda jadi sebarang kerja. 

Raja yang baik atau raja yang mendapat petunjuk dari Allah adalah raja yang adil terhadap rakyatnya.

Hukum adil atas rakyat.
Tanda raja beroleh inayat. 

Hukum harus didasari oleh hak asasi manusia.

Kasihkan orang yang berilmu.
Tanda rahmat atas dirimu.

Orang yang berilmu akan dikaruniai oleh Allah dan dihormati orang lain.

Hormat akan orang yang pandai.
Tanda mengenal kasa dan cindai.

Hormatilah setiap manusia.

Ingatkan dirinya mati.
Itulah asal berbuat bakti. 

Bila manusia mengingat kematiannya nanti, ia akan lebih berbakti pada Allah.

Akhirat itu terlalu nyata.
Kepada hati yang tidak buta. 

Orang yang tidak buta hatinya tahu kalau akhirat itu benar-benar ada.

Sumber: Huteri

Ketupat Lemak, Masakan Khas Lebaran yang Tinggal Nama


Apa bedanya ketupat lemak dengan ketupat yang sering kita jumpai pada Lebaran? Sayang makanan ini nyaris punah.

Lebaran baru saja berlalu. Ketupat, lontong, opor sudah bersih dari meja makan setelah selama merayakan Idulfitri, setia mengisi meja makan di hampir semua rumah tangga.

Yang menarik, kalau ketupat pada umumnya dari beras, di Kalimantan Barat dikenal ketupat yang memakai bahan ketan. Sayangnya, makanan yang dikenal dengan ketupat lemak itu nyaris hanya tinggal cerita.

Seperti yang diceritakan oleh Nazariyah, warga di Purnama, Pontianak. Wanita yang sekarang berusia 67 tahun ini, menikmati ketupat lemak hanya pada masa kecilnya di Sanggau, sekitar 1957-1959. Sebagian besar warga, ketika itu, setiap menjelang Idulfitri, membuat ketupat lemak.

Bahkan, dulu, sebelum Lebaran, ia yang anak Daeng Mansyur, perancang dan pembuat jembatan gantung di Sanggau pada 1938 sering disuruh mengantar ketupat lemak kepada warga Tionghoa, kenalan orangtuanya, dengan mengendarai sepeda. Warga Tionghoa akan membalas dengan mengirim gula dan kopi, yang dimasukkan di dalam rantang makanan.

Namun, setelah dewasa, dia melihat hanya satu-dua rumah yang menghidangkan ketupat lemak saat Lebaran. “Banyak yang sudah tak tahu cara membuatnya,” kata Nazariyah. Ketika pindah ke Pontianak, pada Lebaran 1980-an, ia melihat ketupat lemak hanya disajikan oleh seorang tetangganya. Nazariyah dan keempat saudaranya bisa membuat ketupat lemak, tetapi ketika ketiga putrinya masih kecil, kalau ingin makan ketupat lemak saat Lebaran, ia memesan khusus kepada tetangganya.

Sumber: Warisanindonesia

Among Tebal, Asa Petani Tembakau


Memasuki masa tanam, petani tembakau di lereng Gunung Sindoro, Sumbing, dan Perahu setiap tahun melakukan ritual Among Tebal. Mereka memohon kepada Tuhan panen tahun ini melimpah.

KABUT tebal warna melingkari lereng Gunung Sumbing membuat udara dingin terasa menusuk tulang. Ratusan warga berkumpul di rumah Kepala Desa Legoksari, Kecamatan Tlogorejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, sibuk menyiapkan sesaji untuk ritual Among Tebal atau awal tanam tembakau tahun ini.

Bagi petani tembakau, Among Tebal wajib dilakukan karena sudah menjadi tradisi turuntemurun dari nenek moyang. Tujuannya, meminta kepada Tuhan agar bibit tembakau yang ditanam tumbuh subur dan terhindar dari serangan hama. “Memohon bisa mendatangkan rezeki yang halal,” kata Subakir, Kepala Desa Legoksari.

Sesaji yang disiapkan berupa empat macam tumpeng nasi, tiga ingkung ayam (ayam utuh tanpa dipotong, Red.), dan jajanan pasar ditata rapi berjajar di ruang depan rumah. Para tamu yang hadir disuguhi teh panas dan makanan kecil. Adapun warga lain menyiapkan bibit tembakau di keranjang plastik di sekitar ladang untuk mengawali tanam tembakau.

Sejumlah pemuda mengusung berbagai sesaji untuk memulai ritual, mereka berjalan menuju sebuah mata air Kali Ringin, berjarak sekitar 500 meter dari rumah kepala desa. Dua tokoh adat berpakaian khas Jawa mendekati mata air, seorang di antara mereka membawa sebuah kendi (tempat air terbuat dari tanah liat, Red.).

Mereka duduk bersila sambil membakar kemenyan dan berdoa, kemudian mengisi kendi dengan air dari mata air tersebut. Air dalam kendi dan sejumlah sesaji diangkut menggunakan mobil bak terbuka menuju lereng Gunung Sumbing bagian atas, sambil diikuti warga dari belakang.

Begitu sampai di ladang tanah kas desa yang akan ditanami tembakau, mereka berhenti dan menggelar terpal plastik sebagai alas meletakkan sesaji, warga duduk bersila membentuk lingkaran mengelilingi sesaji. Para petani yang bekerja di ladang ikut bergabung mengikuti ritual Among Tebal.

Sumber: Warisanindonesia

Tenongan Pesan Damai dari Lereng Sindoro


Setiap bulan Sura (Muharam) warga sebuah desa, yang banyak melahirkan penari lengger, menggelar tradisi tenongan yang mampu meretas sekat perbedaan agama dan keyakinan.

NUN di lereng Gunung Sindoro, ratusan warga yang kebanyakan kaum perempuan berjalan beriringan membawa tenong—tempat makanan yang terbuat dari anyaman bambu. Tenong yang berisi aneka makanan itu diletakkan di atas kepala (disunggi—bahasa Jawa) untuk sesajen ritual tenongan atau disebut juga tarakan di Padepokan Kesenian, Dusun Giyanti, Desa Kadipaten, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, baru-baru ini.

Tradisi tenongan dilakukan setiap tahun pada bulan Sura (Muharam) penanggalan Jawa, meneruskan tradisi yang sudah dilakukan oleh nenek moyang warga di dusun berhawa sejuk itu. Tenong yang dihias menggunakan kertas warna-warni itu dijadikan tempat menaruh makanan, seperti jajanan pasar, buah-buahan, dan ubiubian hasil kebun. ”Hingga sekarang, keberadaan ritual tenongan tetap dipertahankan,” ujar sesepuh Dusun Giyanti, Sosro Wardoyo.

Dahulu, masyarakat setempat menggunakan tenong sebagai tempat menaruh beras untuk nyumbang ketika tetangga mempunyai hajatan, mulai dari acara pernikahan, khitanan, hingga selamatan. Tenong terbuat dari bilah bambu yang dihaluskan, kemudian dianyam satu per satu hingga membentuk lingkaran. Kini tenong sudah jarang dijumpai karena keberadaannya tergeser oleh baskom yang terbuat dari aluminium.

Upaya warga Dusun Giyanti mempertahankan tenong, salah satunya adalah dengan menggelar tradisi tenongan yang setiap tahun dilakukan di bulan Sura karena diyakini sebagai bulan berdirinya dusun yang telah melahirkan banyak seniman lengger, kesenian khas Wonosobo. Rangkaian prosesi ritual tenongan diawali dengan ziarah ke makam sesepuh desa bernama Adipati Mertoloyo sebagai tokoh dan cikal bakal Dusun Giyanti. Seusai berdoa di makam, satu per satu warga yang membawa tenong mengikuti barisan para peziarah berjalan keliling menyusuri setiap sudut desa.

Kemudian mereka berkumpul di pesanggrahan kesenian yang didirikan pada tahun 1960 oleh Ki Hadi Suwarno. Hampir semua penduduk desa keluar dari rumah dengan membawa tenong berisi aneka jajanan pasar mengikuti prosesi ritual tenongan hingga selesai.

Setelah berkeliling kampung, warga meletakkan tenongnya di sepanjang jalan dan halaman pesanggrahan.

Sesepuh desa dan seorang penari lengger, menata sesaji di sebelah pohon beringin di areal pesanggrahan, sambil membaca beberapa mantra yang isinya memohon keselamatan, rezeki, kesuburan tanah, dan kesejahteraan kepada Yang Maha Kuasa. Doa bersama itu juga diikuti warga dari tetangga Dusun Giyanti.

Dalam prosesi itu, sebagian besar warga mengenakan pakaian batik dan pakaian adat Jawa, beskap. Tak jauh dari tempat tersebut, sejumlah tarian seperti lengger, barongan, dan kuda lumping (jaran eblek—bahasa Jawa) sibuk mempersiapkan pertunjukan, membuat suasana desa semakin meriah.

Kaum muda juga berpakaian adat Jawa, menata seperangkat gamelan serta topeng menunggu giliran tampil, sambil menyiapkan makan bersama yang menjadi acara utama tenongan. “Bagi warga Dusun Giyanti, tradisi tenongan merupakan kegiatan yang wajib dilakukan karena dipercaya sebagai bulan yang penuh kemuliaan,” ujar Sosro Wardoyo lagi.

Sumber: Warisanindonesia

Inspirasi Kebaya Pengantin Simpel Modern dari 6 Desainer Indonesia


Semakin bertambahnya tahun, tren mode pun mulai beralih dari kompleks ke simpel. Begitupun untuk pilihan kebaya pengantin sekarang ini. Para desainer banyak pula yang kembali menawarkan siluet klasik dibanding futuristik, karena terlihat lebih elegan dan juga timeless. Salah satunya adalah kebaya rancangan desainer Tuty Adib yang akan merancang busana pengantin untuk menantu Presiden Jokowi, Selvi Ananda. Selain rancangan Tuty, para desainer lokal berikut juga memiliki koleksi kebaya bergaya minimalis yang tak kalah cantik dan modern, seperti apa?

1. Ikat Indonesia


Warna putih masih menjadi warna favorit untuk tampil anggun dan terlihat bersih di hari pernikahan. Jika tak ingin tampil biasa dengan kebaya putih model klasik, namun juga tak mau terlihat heboh dengan payet, Anda bisa ambil inspirasi dari kebaya rancangan Didiet Maulana untuk IKAT Indonesia berikut. Sang desainer menambahkan cape dari bahan lace sebagai aksentuasi yang membuat penampilan kebaya putih lebih dramatis.

2. Era Soekamto


Era Soekamto menawarkan kebaya dalam bentuk yang modern dan mewah untuk koleksinya di Bazaar Fashion Festival 2014 lalu. Meski tanpa payet di sepanjang kebaya, creative director dari Iwan Tirta itu memberi sentuhan kemewahan dengan aplikasi bahan tulle yang menutupi bagian kebaya klasik sehingga terlihat seperti cape. Untuk tampilan kebaya yang versatile, cape ini juga bisa dilepas dan pasang sebagai pengganti veil atau penutup kepala.

3. Oscar Lawalata


Potongan kebaya minimalis berikutnya datang dari koleksi Oscar Lawalata yang berjudul Embroidery of Life. Oscar mengatakan dirinya terinspirasi dari gaya peranakan, sehingga siluet terlihat longgar seperti baju kurung. Meski tampil klasik, namun detail sulaman yang dikerjakan tangan membuat kebaya ini terlihat cantik dan anggun.

4. Sebastian Gunawan


Inspirasi kebaya berikutnya datang dari Sebastian Gunawan. Desainer yang akrab disapa Seba ini menawarkan sisi feminin dengan permainan bordir. Tanpa harus memakai payet, busana pengantin terlihat dramatis berkat cape yang memanjang ke belakang. Untuk kebaya pengantin, Anda bisa mengganti bagian bawah gaun dengan kain bercorak budaya Indonesia sehingga lebih terkesan klasik.

5. Adjie Notonegoro


Di perhelatan Jakarta Fashion and Food Festival tahun ini, Adjie Notonegoro kembali menawarkan koleksi kebayanya kepada klasik. Kali ini, sang desainer tak banyak bermain dengan payet dan memilih model klasik seperti kutu baru atau kartini, dengan bawahan kain batik. Meski klasik, kesan modern tetap terlihat dengan pemakaian material menerawang di beberapa bagian.

6. Marga Alam


Desainer Marga Alam juga tak banyak berkreasi dengan payet. Namun untuk memberi sentuhan yang mewah, sang desainer menampilkan detail seperti bordir dan juga material emas sebagai aksen. Kebaya pun dibuat memanjang menyapu lantai untuk kesan dramatis.

Sumber: Wolipop

Musa Widyatmodjo Berusaha Konsisten Menggarap Koleksi Busana Pria


Di tengah melajunya industri fashion Indonesia, lini busana pria seakan masih lambat beranjak. Ini terlihat dari minimnya desainer dan brand Indonesia yang menggarap busana pria. Banyak yang kurang all out masuk ke celah ini karena pasar yang cenderung kurang merespon, akhirnya lini busana pria banyak yang dibuat sebagai pelengkap dari target market utama yaitu busana wanita.

Bagi Musa Widyatmodjo, awal keseriusannya untuk menggarap label men’s wear juga berhubungan erat dengan label eksklusifnya -Musa Widyatmodjo- yang selama ini khusus ditujukan untuk para perempuan. Banyak feedback dari konsumen yang meminta untuk dibuatkan busana untuk pria, dengan sentuhan personal seperti halnya busana wanita yang didesainnya. Dalam rentang waktu yang cukup lama, Musa pun mengamati bahwa mulai ada kebangkitan kaum pria untuk lebih memerhatikan penampilan dirinya, baik pada saat santai maupun formal. Karena produk Indonesia dirasa belum cukup ada yang ‘representatif’ dari segi kualitas bagi para pria mapan tersebut, akhirnya mereka kembali lagi memakai label-label mancanegara yang sudah terkenal.


Menanggapi produk desainer Indonesia untuk busana pria yang cenderung lambat diserap pasar, Musa menyadari memang proses transformasi selera pria Indonesia untuk berbusana lebih fashionable akan memakan waktu yang lama. “Mungkin kita sekarang melihat para pria Italia yang sangat keren dan modis, itupun melalui proses yang sangat lama. Proses edukasi yang melibatkan semua ekosistem mode di sana. Jadi label men’s wear yang saya rintis ini memang tidak untuk dipetik hasilnya dalam waktu singkat, tetapi nanti dalam jangka panjang. Desainer itu membangun brand untuk longterm, untuk 20-25 tahun yang akan datang,” paparnya.

Mode yang bertanggungjawab


Selain ikut memajukan fashion Indonesia khususnya untuk segmen busana pria, Musa juga beberapa kali menyebutkan bahwa persembahannya ini sebagai bagian dari pertanggungjawabannya sebagai fashion designer yang mengolah wastra Indonesia. Di balik setiap produk yang dihasilkannya selalu ada konsep pemikiran yang jelas. “It’s about the details. Ada ide yang dituangkan kemudian proses riset yang harus dilakukan. Tujuannya adalah bagaimana mengkomersialkan idealisme tersebut”. Musa tidak ingin membuat busana pria yang bisa dibeli di tempat lain. Harus selalu memiliki detail yang berbeda.

Mengolah Wastra Nusantara

Selama 24 tahun karirnya sebagai fashion designer, Musa selalu setia untuk menggali potensi wastra dan kriya dari seluruh Indonesia. Tetapi ia tidak ingin dikatakan sebagai desainer etnik. Musa lebih mengidentifikasi diri sebagai desainer pengolah wastra Indonesia menjadi karya fashion berselera global.

Sumber: Femaledaily

Gelaran Wastra Nusantara Di Jogja Fashion Festival 2015


Bertempat di Atrium Plaza Ambarrukmo, Yogyakarta, pada tanggal 6 Maret 2015, rangkaian peragaan busana dalam gelaran Jogja Fashion Festival (JFF) yang ketiga pun dimulai. Diawali dengan Moslem Fashion Runway yang melayangkan berbagai busana muslim dari beberapa desainer di antaranya Afif Syakur (Apip's Kerajinan Batik), Moda Store, Dhani Budidarma (Lhemarikoe), Tatok & Ardy (C Label), Lima Luthfi Majid dan lainnya.

Pada sesi kedua, deretan busana muslim terganti oleh Archipelago Fashion Runway yang menawarkan pilihan busana khas wastra Nusantara. Senada dengan tema yang diusung JFF kali ini "Urban Ultimate", 20 desainer dari berbagai kota dengan bangga mengangkat kain tradisional asal daerah masing-masing. Diantaranya Nadi Karmadi asal Bali yang mengetengahkan kain endek yang sengaja diolah menjadi mini dress, celana asimetris, dan cape. Atau Fei dan Sriwahyuni, duo ibu dan anak asal Kalimantan yang mencoba mengangkat batik Kalimantan dengan motif khas Kalimantan seperti burung dan motif mangrove (bakau).


Berbicara mengenai busana Nusantara tentunya tak melulu mengenai wastra. Kebaya yang menjadi busana nasional wanita pun tidak luput mewarnai panggung runway. Beberapa di antaranya Wiwid Hosanna (Hosanna Moda) yang memberikan sesuatu yang berbeda. Jika umumnya kebaya dipadukan dengan batik atau songket, Wiwid menerapkan kain jumputan sebagai padanan kebaya yang elegan dengan sentuhan warna tosca, marun, hijau serta tembaga. Begitu pun Ferry Setiawan yang menghadirkan delapan koleksi kebaya bertema "Juliette". Bermain dengan palet pastel seperti dusty pink, baby pink dan salem, kebaya rancangan Ferry tersebut semakin tampak menawan dengan penerapan detil berupa mutiara dan swarovski.

Kemeriahan Jogja Fashion Festival masih akan berlanjut hingga Sabtu malam, 7 Maret 2015, dimana akan ditutup dengan gelaran busana terakhir dari beberapa desainer terbaik. Tak ketinggalan, penampilan spesial dari Bunga Citra Lestari dan late nite shopping yang akan dimulai dari pukul 20.00 hingga 24.00 WIB. Dimana sebagian besar tenant akan memberikan potongan harga hingga 70%.


Sumber: Weddingku

Lahirnya sang Preview


Itang Yunasz memang sangat berbakat untuk menyatukan antara kreasi dan sisi binis dalam usahanya. Ia jugalah yang mengawali deretan desainer yang biasanya berlomba mencari lokasi butik di tempat-tempat yang ditengarai sebagai daerah papan atas, Itang justru melirik pusat grosir Tanah Abang. Pilihan tepat, karena ia dengan ketekunan dan penguasaan marketing dalam bisnis bahkan bisa mengembangkan usahanya dan tetap menunjukkan kelasnya.



Pada pergelaran 30 April lalu dalam ‘Puspa Ragam Andalas’, Itang juga melahirkan rancangan untuk para jejaka muda : Preview. Koleksi Preview tampil lebih dandy. Motif bordir yang biasanya tampil senada dengan warna bahan, kini hadir dalam warna kontras, dengan ukuran yang diperbesar.



Padanan kemeja koko berlengan pendek mau pun berlengan panjang berupa celana-sarung berwarna polos atau celana lurus, atau jodhpur dari kain songket berwarna terang. Gaya, tetapi tetap tampil maskulin.

Sumber: Fashionpromagazine

Inspirasi Keelokan Andalas


Sosok wanita wanita muda masa kini digambarkan Itang Yunasz, sang desainer busana muslim, sebagai sosok kuat yang semakin sadar untuk menampilkan gaya personal. Sosok perempuan berpenampilan feminin, bergaya elegan, tetapi juga bisa tampil unik.



Itang yang sudah bertahun tahun khusus menekuni bisnis busana muslim makin lama makin kreatif dalam menghasilkan desain-desain busana muslim yang nampak modern sesuai perkembangan dunia fashion tetapi tetap santun. Bukan hal yang mudah untuk akhirnya menempatkan desain desain busananya dalam papan atas busana muslim. Perkembangan usahanya nampak dalam berbagai lini yang dihasilkannya.



Akhir april lalu di tengah Pusat Grosir blok B Tanah Abang, Innercourt lantai Lg, Itang menghadirkan peragaan busana dalam ‘Puspa Ragam Andalas’, dan menjadikannya sebagai inspirasi utama koleksi Kamilaa (busana dara) dan Preview (busana jejaka). Kekayaan budaya Sumatra atau Andalas menginspirasi dirinya untuk melahirkan rancangan terbaru ini yang dipersiapkan menjelang Ramadhan mendatang. “Saya merangkai keindahan yang saya rekam dalam benak saat berkunjung ke pulau Sumatera. Andalas menyimpan kekayaan ragam songket dari ujung Aceh hingga Palembang, yang saya terjemahkan ke dalam gaya busana era tahun 80an, namun dengan gaya terkini untuk trend mendatang ”, ujar Itang Yunasz.



Itang mengedepankan siluet sederhana namun mengayakan, misalnya pada rok lurus yang diwiru rapat, atau rok melebar yang disusun dari pecahan bahan bermotif patchwork. Koleksi yang menghidupkan kembali gaya busana era tahun 80an. Warna -warna biru, turquoise, hijau, kuning kenari, merah marun, shocking pink, hingga oranye ditampilkannya dalam pergelaran itu. Keindahan songket mengilhaminya melahirkan motif songket yang dicetak di atas bahan, hingga sulaman dan bordir ini berkesan kaya motif. Motif cetak dalam lini Kamilaa menjadi primadona.




Pergelaran busana muslim ini memberi banyak inspirasi untuk berdandan dalam balutan busana muslim yang kaya ragam, kaya gaya, kaya warna , modern dan tetap santun.




Sumber: Fashionpromagazine

Candi Klero Kabupaten Semarang Jawa Tengah

Gang menuju candi Klero dari Jalan raya Semarang - Solo

Candi Klero disebut juga candi Tengaran berada di dusun.Ngentak, Desa Klero, Kec. Tengaran, Kab.Semarang. Letak bangunan kira kira 500 meter dari jalan raya Semarang arah Solo. Karena jalan menuju candi yang sempit dan melewati kebun warga, mengesankan jauh dari jalan raya.

Struktur bangunan candi seperti bertingkat dua. (https://pockrockadventure.wordpress.com)

Bangunan ini merupakan peinggalan umat hindu, ini bisa dibuktikan dengan adanya alat upacara berupa Yoni dan Arca Siwa. Arca Siwa sudah diamankan dan disimpan oleh Dinas Purbakala Jawa Tengah di Semarang. Meski begitu candi ini berdiri sendiri, yang tidak biasanya kalau candi Hindu sering di jumpai dengan bangunan candi lain di sekitarnya.

Yoni sebagai alat upacara.

Struktur bangunan candi lebih rendah sekitar satu meter dari tanah sekitar, sehingga sekiling candi dilakukan penggalian yang lebarnya 14 akali 14 meter. Tinggi candi dari teras penggalian atau dasar candi kurang lebih 4 meter. Bangunan candi terlihat berundak atau tingkat. Tingkat pertama sebagai dasar candi yang tingginya sekitar 1.4 meter dengan lebar kurang lebih 4 x 6 meter yang berfungsi sebagai teras. Bagian atasnya adalah candi itu sendiri yang didalamnya terdapat yoni.

Sumber: PNRI