Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Zalora


ZALORA sebagai online fashion destinasi terbesar di Asia Tenggara, didirikan pada awal tahun 2012. Zalora berada di Singapura, Indonesia, Malaysia & Brunei, Filipina, Thailand, Vietnam, Hong Kong dan akan memperluas hingga ke Taiwan, ZALORA Taiwan.

ZALORA Indonesia merupakan bagian dari ZALORA Group, yang didirikan pada akhir 2011 oleh Rocket Internet GmbH, yang mencakup Grup retail fashion online terkemuka di Asia Pasifik, The Iconic di Australia dan Selandia Baru.

Brand Paling Top

Beragam Koleksi

Cara Pembayaran dan Cara Pengiriman


Koleksi Wanita



Koleksi Pria



Koleksi Anak dan Balita



Wisata Sejarah di Majalengka Jawa Barat


Dalam Buku Sejarah Majalengka Karya N. Kartika yang mewawancarai Budayawan Ayatrohaedi, Nama Majalengka bila diartikan dalam bahasa Jawa Kuno yaitu kata ‘Maja’ merupakan nama buah dan kata ‘Lengka’ yang berati pahit, jadi kata 'Majalengka' adalah nama lain dari kata Majapahit. Majalengka sebagai ibukota kabupaten selanjutnya semakin dikuatkan dengan adanya Surat Staatsblad, 1887 No. 159 mengatur dan menjelaskan tentang batas-batas wilayah dari Kota Majalengka.

Rumah Adat Panjalin

Rumah Adat Panjalin (https://www.disparbud.jabarprov.go.id)

Rumah kuno itu terletak di RT/RW 1/5 Blok Rabu, Kampung Penjalin, Desa Panjalin, Cikalong Wetan, Kabupaten Majalengka. Lokasi ini berjarak sekitar 23 km dari Majalengka. Untuk mencapai ke lokasi relatif cukup mudah dengan berjalan kaki dan kendaraan roda dua, kendaraan roda empat hanya bisa menjangkau jalan besar yang terdapat di bagian timur kampung. Jarak antara jalan besar dan rumah adat sekitar 200 m. Secara astronomis rumah ini terletak pada koordinat 6º41’51” LS dan 108º21’25” BT.

Di dinding terdapat tulisan huruf Jawa (https://www.disparbud.jabarprov.go.id)

Tiang tanpa paku  (https://www.disparbud.jabarprov.go.id)

Ornamen untuk angin-angin  (https://www.disparbud.jabarprov.go.id)

Rumah Adat Panjalin dibangun oleh Raden Sanata, sekitar abad ke-17. Beliau merupakan salah seorang keturunan dari Talaga yang berguru di pondok pesantren Pager Gunung, dekat Kampung Penjalin. Raden Saneh menikahi Seruni yang merupakan putri dari sesepuh Kampung Penjalin, yaitu Raja Syahrani. Raja Syahrani sendiri merupakan keturunan dari Cirebon yang menetap, meninggal, dan dimakamkan di Panjalin. Di tempat ini beliau berkegiatan menyebarkan agama Islam. Rumah ini sangat mungkin peninggalan dari masa Islam, tetapi secara kronologis belum dapat dipastikan secara akurat.

Bagian dalam (https://www.disparbud.jabarprov.go.id)

Bagian dalam (https://www.disparbud.jabarprov.go.id)

Bangunan

Rumah ini terletak di tengah pemukiman kampung Penjalin. Rumah berupa rumah panggung dengan 16 tiang penyangga dari kayu, berukuran 9 x 9 m, dan menempati areal seluas 172 m2. Rumah dibagi menjadi dua bagian: ruang depan dan ruang dalam. Kedua bagian tersebut dibatasi dengan dinding papan kayu dan dilengkapi dengan pintu. Selain pembagian ruang rumah, rumah dilengkapi dengan pintu depan dan ventilasi. Rumah mempunyai satu pintu depan yang terletak di sisi timur bagian depan rumah dan untuk mencapai pintu digunakan tangga. Dinding rumah bagian depan dibuat dari papan kayu. Pada bagian atas pintu terdapat hiasan-hiasan geometris. Bagian dalam rumah berdinding bambu dan lantai juga terbuat dari bambu. Atap bengunan rumah berbentuk pelan-pelan dengan penutup atpnya dari genting.

Pemboran Pertama Minyakbumi di Indonesia

Ilustrasi Pemboran Minyakbumi (https://www.iatmi-smui.ui.ac.id)

Diawali dengan laporan penemuan minyak bumi oleh Corps of the Mining Engineers, institusi milik Belanda, pada dekade 1850-an, antara lain di Karawang (1850), Semarang (1853), Kalimantan Barat (1857), Palembang (1858), Rembang dan Bojonegoro (1858), Surabaya dan Lamongan (1858). Temuan minyak terus berlanjut pada dekade berikutnya, antara lain di daerah Demak (1862), Muara Enim (1864), Purbalingga (1864) dan Madura (1866). Cornelis de Groot, yang saat itu menjabat sebagai Head of the Department of Mines, pada tahun 1864 melakukan tinjauan hasil eksplorasi dan melaporkan adanya area yang prospektif. Laporannya itulah yang dianggap sebagai milestone sejarah perminyakan Indonesia (Abdoel Kadir, 2004).

Peta Pemboran di Cibodas (https://tatangmanguny.wordpress.com)

Selanjutnya, pada tahun 1871 seorang pedagang Belanda Jan Reerink menemukan adanya rembesan minyak di daerah Majalengka, daerah di lereng Gunung Ciremai, sebelah barat daya kota Cirebon, Jawa Barat. Minyak tersebut merembes dari lapisan batuan tersier yang tersingkap ke permukaan. Berdasarkan temuan itu, ia lalu melakukan pengeboran minyak pertama di Indonesia dengan menggunakan pompa yg digerakkan oleh sapi. Total sumur yang dibor sebanyak empat sumur, Sumur pertama itu dinamai Maja-1 atau Cibodas Tangat-1 dan menghasilkan 6000 liter minyak bumi yang merupakan produksi minyak bumi pertama di Indonesia.

Ilustrasi Penutupan Sumur Minyakbumi (https://freddyilhamsyah.wordpress.com)

Pengeboran ini berlangsung hanya berselang dua belas tahun setelah pengeboran minyak pertama di dunia oleh Kolonel Edwin L Drake dan William Smith de Titusville (1859), di negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat. Dengan demikian, pengelolaan minyak bumi di Hindia Belanda termasuk pionir (tertua) di dunia. Namun, sektor pertambangan, khususnya minyak bumi, belum menjadi andalan pendapatan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Hal ini bisa dilihat dari adanya Indische Mijnwet, produk undang-undang pertambangan pertama, yang baru dibuat pada tahun 1899. Kemudian Reerink juga melakukan pengeboran di Panais, Majalengka, Cipinang dan Palimanan, dengan mengunakan pompa bertenaga uap yang didatangkan dari Canada, menghasilkan minyak yang sangat kental yg disertai dengan air panas yang memancur setinggi 15 meter. Pada 1876 permohonan pinjaman modalnya ditolak NV Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM), sehingga akhirnya ia memutuskan menutup sumur-sumur tersebut dan kembali ke usaha dagang sebelumnya.

Gedung Jangkung

Model Gedung Jangkung (https://madjalengkatiheula.blogspot.co.id)

Terletak di persimpangan yang menghubungkan Jl. KH. Abdul Halim dengan Jl. Imam Bonjol dan Jl. Trikora, Desa Majalengka Kulon, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka, diperkirakan usianya lebih dari 1 abad, kemungkinan kurang lebih tahun 1900-an.

Bangunan

Bangunan Gedung Jangkung berada di sudut persimpangan jalan, sehingga bangunan ini merupakan bangunan sudut. Seperti lazimnya bangunan sudut, lahan tanah Gedung Jangkung berdiri cukuplah luas (42 x 28 m), sehingga masih terdapat lahan yang lapang untuk digunakan sebagai taman di bagian depan dan samping yang berbatasan dengan jalan. Luas bangunannya saja ± 28 x 19 m.

Gedung Jangkung (https://twitter.com)

Penyebutan Gedung Jangkung oleh masyarakat dikarenakan bangunan ini memiliki menara pada satu sudut bangunannya, yaitu di sudut barat daya, sesuai dengan sudut persimpangan. Bangunan berdiri di atas batur dengan ketinggian ± 75 cm. Pada bagian muka rumah tidak terdapat serambi. Pintu utama dinaungi oleh porch berkerangka atap dari bahan kayu dan beratap seng. Porch ditopang oleh pilar dengan ornament yang cukup indah yang secara keseluhan menampilkan bentuk pelengkung. Pintu depan berupa pintu tinggi dengan dua daun pintu berpanel kaca yang diapit oleh dua jendela di kanan dan kirinya. untuk menyesuaikan bentuk pintu utama dengan porch, maka di atas pintu dan jendela ditempatkan susunan bovenlight berupa kaca-kaca jendela tinggi yang tampaknya dapat pula dibuka bila perlu.

Serambi muka berada sisi utara bersisian dengan jalan masuk menuju ke halaman belakang. Pada bagian atas serambi terdapat satu lantai lagi, mungkin sebagai serambi terbuka yang pada tepiannya dibatasi oleh pagar setinggi 50 cm dengan ornament yang indah. Tangga naik menuju lantai atas tersebut berada di sisi belakang serambi.

Gedung Jangkung dibuat dengan ruangan-ruangan yang memiliki plafon tinggi, sehingga hampir di sepanjang dindingnya dipenuhi oleh jendela-jendela yang tinggi pada bagian bawah dan atas. Rumah ini juga memiliki pintu lain di bagian samping dan belakang. Typanum bagian sisi barat memiliki ornament ukiran kayu yang cukup menarik, pada bagian bawahnya terdapat kanopi dengan atap asbes dalam susunan berlian (diamond pattern). Bahan dan bentuk pasangan atap seperti ini juga terlihat pada bagian menara dengan kondisi yang telah rusak.

Wisata Sejarah di Banjar Jawa Barat


Banjar adalah sebuah Kotamadya, Provinsi Jawa Barat. Kota Banjar berada di perbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, yakni dengan Kabupaten Cilacap. Banjar merupakan menjadi pintu gerbang utama jalur lintas selatan Jawa Barat. Untuk membedakannya dengan Banjarnegara yang berada di Jawa Tengah, kota ini sering disebut juga Banjar Patroman (dari nama asal "Banjar Pataruman").

Stasiun Kereta Api

Stasiun Kereta Api Banjar lama yang tidak digunakan lagi (https://www.harapanrakyat.com)

Tidak banyak yang mengetahui tentang stasiun banjar yang lama,karena sekarang sudah dibangun stasiun yang baru di sebelahnya. Stasiun ini telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Para penjajah menyuruh masyarakat Indonesia untuk membangun jalan kereta dengan cara kerja rodi (kerja paksa) tanpa upah sepeser pun dan salah satunya membangun stasiun Banjar.

Stasiun ini menghubungkan jalan dari Banjar ke Pangandaran,Tetapi sekarang stasiun ini sudah tidak digunakan lagi,karena jalan kereta api dari Banjar ke Pangandaran sudah tidak dipakai lagi. Sekarang jalan kereta api dari Banjar hanya menghubungkan dari arah barat (seperti Jakarta, Bandung, dan lain sebagainya) ke arah timur (seperti,Surabaya, Solo, Yogyakarta,dan lain sebagainya).

Stasiun Kereta Api Banjar baru (https://heritage.kereta-api.co.id)

Stasiun Banjar (BJR) adalah stasiun kereta api yang terletak di Banjar, Jawa Barat. Stasiun yang terletak pada ketinggian +32 m ini adalah stasiun paling timur yang berada di Daerah Operasi II Bandung. Stasiun ini biasa menjadi tempat berhenti kereta api untuk berganti masinis, lokomotif, maupun penambahan gerbong kereta api di jalur selatan. Dari stasiun ini, terdapat percabangan jalur rel menuju Pangandaran hingga Cijulang, yang sudah tidak aktif sejak tanggal 3 Februari 1981. Di stasiun ini terdapat pula dipo lokomotif, dan bekas meja pembalik.

Stasiun Banjar telah dirancang sebagai stasiun besar dengan memiliki banjak jalur karena digunakan untuk pergantian lokomotif dan terdapat jalur cabang ke arah Cijulang sejauh 83 km. Lokomotif dari rangkaian kereta api ke arah Yogyakarta akan diganti dengan lokomotif untuk daerah datar seperti lokomotif uap seri C51, D50, D51 atau F10. Sementara lokomotif dari rangkaian kereta api ke arah Bandung akan diganti dengan lokomotif untuk daerah pegunungan seperti lokomotif uap seri CC10, CC50 atau DD52.

Jalur Kereta Api Banjar – Pangandaran – Cijulang (Banci)

Jalur kereta api Banjar - Pangandaran - Cijulang (https://yanuaridho.wordpress.com)

Jalur kereta api ini, menghubungkan kecamatan-kecamatan yang berada di Ciamis Selatan pada massa-nya. Pembangunan jalur kereta api ini dibangun pada masa pemerintahan hindia belanda pada tahun 1898 atas usulan F.J. Nellensteyn. Pembangunan jalur kereta api ini dilatarbelakangi kepentingan ekonomi, karena dahulu di sekitar Banjar terdapat banyak perkebunan yang sangat memerlukan sarana transportasi memadai untuk proses pengangkutan. Semua perkebunan di Wilayah Ciamis selatan merupakan perkebunan milik kalangan swasta dari Eropa.

Jalur kereta api Banjar - Pangandaran - Cijulang atau Banci, dibangun tahun 1911. Karena alamnya berbukit-bukit, di jalur ini Anda bisa menjumpai terowongan terpanjang dan terpendek di Indonesia.

Pamandangan alam yang menawan pada Jalur kereta api Banjar - Pangandaran - Cijulang (https://www.kaskus.co.id)

Ada empat terowongan yang dibangun pada 1911-1914 dan hingga kini kondisinya secara umum masih utuh kecuali rel kereta api di dalam terowongan yang sudah dijarah.

Terowongan kereta api itu adalah terowongan Philip sepanjang 283 meter, terowongan Hendrik (105 meter), terowongan Juliana (127,4 meter), dan terowongan Wilhelmina (1.116 meter). Terowongan Wilhelmina merupakan terowongan terpanjang di Indonesia. Sayang, terowongan bersejarah itu dibiarkan telantar.

Tak jauh dari terowongan Hendrik, terbentang jembatan Cikacepit sepanjang 190 meter. Jembatan ini dibuat dari rangka baja, dengan lebar tak lebih dari 1,7 meter hanya menyisakan rangka. Besi rel hilang entah ke mana, dijarah orang tak bertanggung jawab.

Toko Loteng

Toko Loteng (https://www.harapanrakyat.com)

Terletak di di jalan Kantor Pos dekat perempatan Pasar Banjar. Gedung dua tingkat yang dibangun tahun 1930-an merupakan salah satu toko emas tertua, dikenal dengan sebutan Toko Loteng. Seharusnya gedung itu dilindungi sebagai gedung bersejarah.

Bioskop Kenanga (Bioskop Rialto)

Bioskop Kenanga lama

Gedung bioskop itu dibangun pada tahun 1947 bernama Rialto, pemiliknya orang Belanda bernama tuan Bosca tinggal di Jalan Pasirkaliki Bandung, beberapa gedung bioskop di bangun di sekitar alun-alun dan di jalan Braga, Bandung. Tuan Bos ini juga membangun bioskop di Karawang, Garut, Ciamis dan Banjar.

Bioskop Kenanga kondisi sekarang (https://www.harapanrakyat.com)

Bioskop Rialto, dibangun di Banjar awalnya untuk tempat hiburan orang-orang Belanda yang bekerja di perkebunan karet Batulawang di Kabupaten Ciamis, dan perkebunan karet Montjolimo, Mergo Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap.

Bangunan bioskop milik tuan Bos ini, arsitektur Belanda (art-deco), termasuk bioskop Rialto, letaknya sangat strategis berdekatan dengan pasar, stamplat angkutan umum, stasiun KA, losmen/penginapan, dan tempat hiburan lainnya seperti sandiwara.

Wisata Sejarah di Pangandaran Jawa Barat


Kabupaten Pangandaran adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Ibukotanya adalah Parigi. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar di utara, Kabupaten Cilacap di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten Tasikmalaya di barat.

Pangandaran berasal dari dua buah kata “Pangan” dan “Daran” yang artinya pangan adalah “Makanan” dan daran adalah “Pendatang”. Jadi Pangandaran artinya “Sumber Makanan Para Pendatang”. Lalu para sesepuh terdahulu memberi nama desa Pananjung, karena menurut para sesepuh terdahulu di samping daerah itu terdapat tanjung di daerah ini pun banyak sekali terdapat keramat-keramat di beberapa tempat. Pananjung artinya dalam bahasa sunda pangnanjung-nanjungna (paling subur atau paling makmur).

Bekas Stasiun Kereta Api Pangandaran

Bekas Stasiun Pangandaran (https://news.mypangandaran.com)

Stasiun ini dibangun sejak tahun 1921, merupakan Stasiun tersibuk di Kabupaten Pangandaraan saat itu. Karena tempat transit penumpang dan pengangkutan barang serta rempah-rempah dari hasil perkebunan di Kecamatan Banjar, Banjarsari, Padaherang, Kalipucang, Cijulang dan Parigi. Pada tahun 1997, stasiun dan jalur ini sempat diaktifkan dan dilewati berberapa lokomotif seperti BB300 dan D301. Namun akhirnya jalur BANCI (Banjar - Cijulang) ini ditutup kembali saat krisis ekonomi yang melanda seluruh Asia.

Terowongan Wilhelmina

Terowongan Wilhelmina sedang dibangun

Terowongan ini merupakan terowongan terpanjang di Indonesia, yang memiliki panjang terowongan mencapai 1.208 meter, terletak di Kecamatan Kalipucang.

Terowongan Wilhelmina dibangun oleh perusahaan kereta api zaman Belanda, SS (Staats Spoorwegen) pada tahun 1914 dan mulai digunakan pada 1 Januari 1921. Nama Wilhelmina diambil dari nama seorang ratu dari Kerajaan Belanda yang memiliki nama lengkap Wilhelmina Helena Pauline Maria. Wilhelmina menjadi Ratu Kerajaan Belanda pada tahun 1890 hingga 1948.

Terowongan Wilhelmina (https://news.mypangandaran.com)

Masyarakat setempat sering menyebut terowongan Wilhelmina dengan sebutan terowongan Sumber. Hingga pada 3 Pebruari 1981, dikarenakan matinya jalur kereta api Banjar-Cijulang maka mati pula terowongan ini dan tidak digunakan lagi, kini kondisinyapun sangat memperihatinkan, rel didalamnya sudah hilang entah kemana. Terowongannya pun dipenuhi rumput dan semak belukar dan terkesan angker. Alasannya adalah karena mahalnya biaya operasional dan sedikitnya pemasukan dari para penumpang kereta api di jalur itu.

Gedung Uyeng

Gedung Uyeng (https://anaxpangandaran.blogspot.co.id)

Bangunan berarsistektur Belanda ini terletak di Dusun Bojongsari tepatnya di Jalan Babakan KM 0.5, Pangandaran. Bangunan yang sudah terlihat tua ini pun terkesan Angker. Sejak tanahnya di beli oleh pengusaha Susi Puji Hastuti (Menteri Kelautan dan Perikanan, Era Pemerintahan Presiden Jokowi), bangunan ini terlihat lebih cantik dan nyaman walaupun suasana sepi masih sangat terlihat akibat dikelilingi tanah kosong yang luas, buat anda yang pernah makan di Yans Seafood Pangandaran, gedung ini terletak tepat diseberangnya. Beberapa Photografer lebih suka melakukan hunting di tempat ini. Ditempat ini juga sering dipakai Syuting film laga pada era 90-an.

Gedung Uyeng (https://anaxpangandaran.blogspot.co.id)

Goa Jepang Pananjung

Goa Jepang Pananjung (https://news.mypangandaran.com)

Goa jepang terletak di Cagar Alam Pantai Pangandaran, goa yang dibangun oleh pemerintah jepang pada tahun 1941-1945, dengan menggunakan kerja paksa selama kurang lebih 1 tahun, bertujuan untuk memantau atau mengawasi pendaratan pihak Belanda di Pantai Pangandaran. Setiap tanggal 17 Agustus warga Jepang yang berada di Pangandaran melakukan upacara khusus sebagai tanda penghormatan terhadap nenek moyang nya.

Gua Jepang ini terbuat dari tembok beton yang tertimbun tanah sebagai benteng pertahanan dengan lubang - lubang pengintai ke arah laut untuk mengawasi pendaratan tentara sekutu.

Rumah Tinggal

Rumah Tinggal  (https://news.mypangandaran.com)

Rumah yang ini merupakan rumah yang dibangun oleh orang Belanda saat itu, namun kini kondisi nya sudah rusak parah karena tidak terurus. Rumah yang terletak di desa Paledah, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran ini pernah menjadi tempat menginap pihak Belanda ketika akan menyebrang ke Sungai Citanduy untuk memantau perkebunan di Jawa Tengah.

Rumah Tinggal

Rumah Tinggal (https://www.mypangandaran.com)

Rumah tinggal. peninggalan Belanda di Desa Parigi, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran ini nampak masih berdiri kokoh. Bangunan tua yang di dirikan pada masa penjajahan Belanda ini memang masih utuh, jika mengunjungi bangunan tua ini anda juga bisa melihat barang-barang antik (barang kuno) seperti lemari, piring, cangkir, dan lain-lain, yang masih sangat terawat.

Rumah Tinggal (https://www.mypangandaran.com)

Wisata Sejarah di Tasikmalaya Jawa Barat


Pada awalnya, nama yang menjadi cikal-bakal Tasikmalaya terdapat di daerah Sukapura. Sukapura dahulunya bernama Tawang atau Galunggung, sering juga disebut Tawang-Galunggung. Tawang berarti sawah atau tempat yang luas terbuka. Penyebutan Tasikmalaya menuncul setelah Gunung Galunggung meletus sehingga wilayah Sukapura berubah menjadi Tasik (danau, laut) dan malaya dari (ma) layah yang bermakna ngalayah (bertebaran) atau deretan pegunungan di pantai Malabar (India). Tasikmalaya mengandung arti keusik ngalayah, bermakna banyak pasir di mana-mana. Sang Mutiara dari Priangan Timur sebutan lain bagi kota ini, seiring dengan perkembangan kota ini.

Kabupaten ini dilalui oleh rantai gunung berapi di Pulau Jawa, di mana daerah ini secara alami memiliki tanah yang kaya dan subur, dan memberikan kelimpahan sumber daya air. Kabupaten Tasikmalaya juga berada rendah di rongga lereng gunung, yang memasok tangkapan curah hujan dan kawasan resapan air lebih banyak. Kelebihan tersebut didukung oleh iklim tropis hutan hujan di mana Kabupaten Tasikmalaya mendapatkan hujan deras.

Babancong

Babancong Tasikmalaya (https://iwansetia.blogspot.co.id)

Babancong terletak di pingir alun-laun Manonjaya, Tasikmalaya. Fungsi babancong adalah sebagai tempat inspektur upacara. Kanjeng Dalem beserta jajarannya pun selalu berada di babancong saat upacara. Pendopo Arja Winangun serta bersamaan pengembangan Masjid Manonjaya pada tahun 1834.

Stasiun Kereta Api

Stasiun Kereta Api Tasikmalaya (https://www.skyscrapercity.com)

Terletak di jalan Stasiun No. 8, Kelurahan Panglayungan, Kecamatan Tawang, Kabupaten Tasikmalaya. Stasiun Tasikmalaya terletak pada ketinggian +349 mdpl dan berada di bawah lingkup kerja PT KAI DAOP II Bandung. Stasiun Tasikmalaya melayani rute KA Ekonomi, Bisnis dan Eksekutif untuk perjalanan jalur selatan. Stasiun ini mulai dibangun sejak jaman penjajahan Belanda sekitar tahun 1890. Bangunan Stasiun Tasikmalaya kental dengan arsitektur Belanda dan saat ini setelah renovasi, di tengah-tengah atap stasiun dibuat undak seperti gedung sate.

Stasiun Kereta Api Tasikmalaya (https://id.wikipedia.org)

Jembatan kuno Cirahong Manonjaya

Jembatan Cirahong Manonjaya Tasikmalaya (https://www.viva.co.id/)

Jembatan sepanjang lebih dari 200 meter tersebut melintang di atas Sungai Citanduy. Bagian atas jembatan diperuntukkan untuk rel kereta api, sedangkan bagian bawahnya untuk kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Jembatan ini sudah ada sejak tahun 1893, merupakan salah satu peninggalan penjajahan Belanda.

Penginapan Sunda


Terletak di jalan Tarumanagara, nomor 21 Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Rumah penginapan yang dimiliki oleh ibu kandungnya, Nyi Mas Enok berdiri sejak tahun 1928 hinga sekarang terus dipelihara.

Rumah penginapan dengan arsitektur layaknya bangunan kolonial pada zaman dulu dengan tembok dinding batu dan kusen dari kayu jati itu tampak terawat dan bersih.

Benda Cagar Budaya

Masih ada delapan bangunan dapat dikategorikan Benda Cagar Budaya (BCB) di Kabupaten Tasikmalaya, seperti Markas Kodim 0612 di jalan Otista, Bangunan Pool Bus Damri di jalan Tarumanegara, Bangunan Bank Bukopin, Toko Mebel Murah di jalan dr. Sukarjo, Gedung FKPPI di jalan Pemuda, dan Kantor BPPT Kab. Tasikmalaya, RS Bersalin Budi Kartini dan Rumah Tinggal Situ Gede, namun data tahun pembuatan bangunan, luas bangunan dan sebelumnya digunakan kegiatan apa, belum ada atau belum diketahui.

Wisata Sejarah di Garut Jawa Barat


Pada masa lampau, pesona alam Garut telah berembus ke setengah belahan dunia.Sejak abad ke-19, aroma keagungannya dibonceng embusan angin menuju barat.

Karismanya menembus garis khatulistiwa melewati Laut Arabia. Cerita keeksotisannya tak pudar meski melewati pekatnya Laut Merah. Maka kemudian, Garut pun menjadi wisata ternama bagi orang-orang Belanda dan sekitarnya. Hingga pada 1920, Garut mendapat julukan Swiss van Java.

Julukan yang mendampingi daerah tetangganya, Bandung, yang disebut-sebut Parijs van Java. Sebuah cerita yang terkenang hingga sekarang. Awalnya, penamaan itu merupakan ulah sebagian oknum dari lembaga Bandoeng Vooruit--Bandung Maju (Perkumpulan Arsitek, Perancang kota, dan Penata Kebun pemerintahan Belanda).

Bandung Vooruitmenjelma menjadi agen wisata turis-turis Eropa. Swiss van Java disemat untuk trek perjalanan di timur Priangan tersebut. Boleh jadi, hal ini dianggap perbandingan pas tatkala menyandingkan Garut dan Swiss di papan klasemen daftar wisata tanah ketinggian.

Babancong


Babancong yaitu sebuah bangunan kecil mirip pesanggarahan berbentuk panggung di sisi selatan alun alun atau Lapangan Oto Iskandardinata Garut. Luasnya mencapai sekitar 15 meter persegi dengan tinggi panggung atau kolong sekitar 2 meter. Terdapat delapan tiang penyangga atap berketinggian sekitar 7 meter.

Bagian mukanya persis menghadap Alun alun. Sedangkan bagian belakangnya mengarah ke Gedung Pendopo, dan rumah dinas Bupati yang disebut Pamengkang. Di bagian belakang itulah terdapat tangga dan pintu masuk Babancong. Babancong didirikan bersamaan dengan pendirian Gedung Pendopo, Alun alun, Masjid Agung, dan kantor Karesidenan pada waktu pembangunan ibu kota Kabupaten Limbangan pada tahun 1813.

Bale Pamengkang

Bale Pamengkang (https://www.disparbud.jabarprov.go.id)

Bale Pamengkang berada di Jalan Kabupaten, Kelurahan Paminggir, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut. Berada pada Koordinat: 07º13’ 036” LS dan 107º 54’ 054” BT pada ketinggian rata-rata 746 meter dari permukaan laut.

Bale Pamengkang ini merupakan rumah dinas Bupati Garut yang digunakan sebagai rumah tinggal bupati beserta keluarga, terletak di belakang Pendopo, dibangun pada masa Kolonial Hindia-Belanda pada tahun 1813-1821. Fungsinya sejak awal dibangun hingga sekarang tetap digunakan sebagai rumah Dinas Bupati.

Bangunan

Bale Pamengkang berukuran luas 11.480 m², dengan batas utara: Pendopo dan Jalan Kabupaten, selatan: Rumah penduduk (Jalan Papandayan/Jalan Pajajaran), barat: Rumah penduduk (Jalan Cimanuk), timur: Jalan Kiansantang. Rumah bergaya kolonial (Eropa), dengan denah persegi panjang dan lantai ditinggikan ± 60 cm, memiliki halaman samping dan belakang, terdapat bangunan tambahan diantaranya: bangunan pos satpam di sebelah samping kiri (timur); di halaman belakang di bagian kiri (timur), bangunan tempat urusan (urdal); garasi mobil di tengah; Mushola di sebelah kanan (barat); dan di pojok kanan (barat) memanjang ke bagian samping, serta memiliki lapangan tennis. Bangunan Utma memiliki 11 ruangan, yaitu: Ruang Tamu; Ruang Kerja; Kamar Tamu; 4 Kamar Tidur Keluarga; Ruang Tengah/Keluarga; Ruang Makan dan Dapur; Ruang Serbaguna; dan Kamar Mandi. Bangunan ini memiliki 7 pintu berdaun ganda terbuat dari kayu dengan diberi kaca pada beberapa ruas atas, berukuran 48,5 cm x 30 cm. Pada bagian depan bangunan terdapat 3 pasang pintu utama. Dinding bangunan polos. Pada bagian samping kiri dan kanan terdapat jendela besar berdaun ganda. Tegel kermaik putih polos berukuran 40 cm X 40 cm.

Kantor Disbudpar Kabupaten Garut

Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Garut (https://www.disparbud.jabarprov.go.id)

Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Garut terletak di Jalan Ciledug No. 120, Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut. Berada pada koordinat 07º13’17,0” LS dan 107º54’22,1” BT dan ketinggian ± 740 meter dari permukaan laut.

Bangunan ini mulai didirikan pada masa Hindia Belanda, yaitu pada tahun 1910. Pada awalnya berfungsi sebagai rumah tinggal Direktur Perkebunan Teh Dayeuhmanggung. Masyarakat secara umum mengenalnya sebagai Tuan Baron.

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia bangunan berfungsi sebagai Kantor Pembantu Bupati Wilayah I Garut Kota (Kantor Kewedanaan). Pada tahun 1965 ditempati Kantor Inspektorat Pembantu Wilayah V. Pada tahun 1992 bangunan ini ditempati oleh Kantor Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten Garut. Kemudian pada tahun 2007 sampai sekarang digunakan sebagai Kantor Disparbud Garut.

Bangunan

Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Garut (https://tvberit.blogspot.co.id)

Luas bangunan berukuran 37,5 m x 43,2 m. Dengan batas-batasnya utara: Jalan Gunung Galunggung, Selatan: Jalan Cakrabuana, Barat: Rumah penduduk dan Timur: Jalan Ciledug.

Bangunan kolonial berupa rumah tinggal terdiri dari 3 bagian, yaitu: bangunan inti berada di tengah-tengah yang masih asli konstruksi dan arsitekturnya, serta pagar besi dan tembok di bagian depan yang merupakan bangunan baru. Bangunan tambahan di kiri dan kannya.

Denah bangunan persegi panjang menghadap ke Timur (Jalan Ciledug) dengan gaya arsitektur Hindia Baru (Gaya Indis). Lantai ditinggikan ± 110 cm. Bangunan inti memiliki 8 ruangan dan 1 kamar mandi, yaitu: ruang tamu, ruang kepala dinas (kamar tidur utama), ruang rapat (kamar tidur), ruang staf keuangan (ruang tengah/ruang keluarga), ruang kabag TU (ruang belakang/ruang keluarga), ruang staf bagian umum (ruang serbaguna), ruang staf kesenian (kamar tidur), dan ruang peralatan kesenian (dapur dan ruang makan). Memiliki 2 pintu masuk utama terbuat dari kayu berdaun tunggal dengan ukuran lebar dan tinggi 1,3 m x 2 m dan 1,1 m x 1,85; ada 4 anak tangga dengan pagar besi yang masih asli di kiri kanannya menuju pintu masuk utama; 2 jendela melengkung dan 1 jendela persegi panjang rangkap berdaun ganda di muka bangunan yang menyerong dekat pintu masuk utama; 2 jendela persegi panjang rangkap berdaun ganda di samping kanan (utara); bekas jendela yang sudah ditutup tembok di samping kiri (selatan); 2 pintu di bangian belakang; dan 4 pasang jendela persegi panjang terbuat dari kaca berdaun tunggal di belakang.

Halaman belakang berbenteng beton setinggi 3 m yang masih asli. Lokasi Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Garut sekarang telah menjadi kawasan perkotaan, pemukiman, perdagangan dan sebagai pusat kota Garut, dengan fasilitas hotel, angkutan umum, dan tempat perbelanjaan yang memadai dan gedung ini dapat dijadikan bangunan unik bagi pemandangan disekitar akibat bermunculan gedung-gedung baru dengan arsitektur modern masa sekarang.

SD Negeri Regol I dan II

SDN Regol I Garut (https://garutnews.com)

Terletak di jalan Bratayuda No. 48, Kelurahan Regol, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut. Bangunan SDN Regol I dan II dibangun pada tahun 1910 yang semula berfungsi sebagai sekolah swasta bernama Holladsche Indllandsche School (CHICS). Bagian depan bangunan tepat berbatasan dengan jalan Bratayuda Barat dengan batas sebelah utara berupa bangunan kosong (eks SLTP PGRI) dan sawah, di sebelah timur dibatasi rimah penduduk dan disebelah barat dibatasi jalan Bratayuda.

Bagian dalam SDN Regol I Garut (https://garutnews.com)

Fungsi bangunan dari semula hingga sekarang tetap sebagai sekolah, kecuali pengelolanya yang berbeda. Pada masa pemerintahan kolonial belanda sebagai sekolah Kristen yang disebut juga sekolah Paderi, akan tetapi setelah Indonesia merdeka, tepatnya tahun 1948, menjadi Sekolah Dasar Negeri Talun dan pada tahun 1990-an menjadi SDN Regol I an II yang dikelola Dinas Pendidikan Kabupaten Garut dengan kondisi banguanna traat baik.

SDN Regol VII dan X

Terletak di jalan Ranggalwe, Kelurahan Regol, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut. Bangunan SD Negeri Regol Vii dan X dibangunan pada tahun 1912 berfungsi sebagai sekolah Kautamaan Isteri didirikan oleh Rd. Ayu Lasminingrat (istri bupati Garut R.A.A Wiratanudatar VIII) yang disahkan oleh gubernur Jenderal Belanda denagn akte nomor : 12 febuaru 1913 disebut “Vereeneging Kautamaan Isteri Shoolen” (Organisasi Sekolah Kautamaan Isteri).sebenarnya kurang lebih dua tahun setelah Rd. Dewi Sartika mendirikan “Sakolah Isteri” (1905) di Bandung, maka pada tahun 1907 Rd. Ayu Lasminingrat membuka sekolah yang sama di Garut dengan mengambil tempat ruang gamelan kabupaten.

Pada masa kependudukan Jepang, sekolah kautamaan isteri berubah menjadi sekolah rakyat, dimana murid-muridnya tidak hanya wanita. Sedangkan sejak tahun 1950 menjadi sekolah dasar negeri Ranggalawe I dam IV yang dikelola oleh dinas Pendidikan dan kebudayaan. Pada tahun 1990-an berubah menjadi SDN Regol VII dan X hingga sekarang.

Rumah Sakit Umum dr. Slamet Garut

Rumah Sakit Umum dr. Slamet Garut (https://www.bedanews.com)

Terletak di jalan Rumah Sakit No. 12, Desa Sukakarya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut. Bangunan RSU Garut didirikan pada zaman kolonial Belanda tahun 1920-an dan diresmikan pada bulan Maret 1922, beberapa unit bangunan ada yang sudah berubah (tidak asli lagi), namun bangunan inti (terutama bangunan bagian depan) nampak berdiri masih dalam bentuk aslinya meskipun sudah mengalami beberapa kali pemugaran sebagai langkah pelestarian.

Bangunan RSU ini memberi kesan anggun dengan penataan bangunannya yang simetris, bangunan ini dari semula hingga sekarang tetap sebagai rumah sakit umum.

Rumah Tinggal

Terletak di jalan Ranggalawe No. 2, Kelurahan Regol, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut. Bangunan rumah tinggal ini semula milik Kontrolir Distrik Garut (orang belanda) yang membawaahi Onder Distrik Garut, Karangpawitan, dan Wanaraja. Rumah ini dibanguna pada tahun 1920-an pada masa Bupati R.A.A Suria Kartelegawa diatas tanah seluas 100 tumbak dengan luas bangunan 60 tumbak.

Stasiun Kereta Api

Stasiun Kereta Api Garut (https://www.kaskus.co.id)

Terletak di persinggungan Ujung Bank dan jalan Veteran, Kelurahan Pakuwon, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut. Bangunan stasiun kereta api Garut dibangun dan dibuka secara resmi tahun 1930. Bangunan Ini didirikan setelah ada pembangunan Jalan Rel Cilacap-Cicalengka Via Cibatu yang dibangun pada tahun 1889 dan lintasan atau jalan Sampingan Garut-Cikajang pada tahun 1926.

Bangunan stasiun kereta api tersebut merupakan stasiun letaknya tertinggi di pulau Jawa yaitu 1.200 Meter di atas permukaan laut, hingga lokomotif yang melewati jalur ini merupakan lokomotif kuat seperti CC50.

Bangunan stasiun memberikan kesan megah dan monumental bergaya simetris. Keadaaan atap sudah tidak asli lagi, termasuk bahan material struktur konstruksinya, karena pada tahun 1947 dihancurkan oleh para pejuang. Bahan atap semula dari seng, setelah Kemerdekaan RI Tahun 1950-an diganti Genteng. Sekitar Tahun 1970-an jalan rel Sampingan Garut-Cikajang dibekukan sehingga stasiun kereta api tidak berfungsi. Akibat bangunan stasiun ini tidak terawat sama sekali. Sekarang bangunan stasiun kereta api digunakan sebagai sekretariat pemuda Pancasila cabang Garut. Hal tersebut cukup menguntungkan, hingga bangunan stasiun sedikit lebh terpelihara dan terawat.

Kantor Kecamatan Garut Kota

Gedung Kecamatan Garut Kota (https://naratasgaroet.wordpress.com)

Terletak di Jalan Pramuka No. 14, Kelurahan Pakuwon, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut. Gedung Kecamatan Garut Kota dibangun pada tahun 1930-an, pada zaman pemerintahan kolonial Belanda sebagai rumah tinggal Dr. Remlef (Orang Belanda).

Gedung Kecamatan Garut Kota (https://garutnews.com)

Keunikan khas dari bangunan ini adalah adanya sebuah menara di depan, setinggi 30 meter. Setelah Indonesi merdeka, banguhnan ini pernah digunakan Markas Tentara (Sektor). Pada tahun 1970-an sampai sekarang sebagai Kantor Kecamatan Garut Kota denagn kondisi fisik bangunan terawat.

Kantor Pos Garut

Bangunan Kantor Pos (https://www.panoramio.com)

Terletak di Jl. Ahmad Yani No.41, Kelurahan Pakuwon, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut. Bangunan Kantor Pos ini dibanguna tahun 1930-an, berada dikawasan pusat kota bersejarah, merupakan bangunan di sudut kota Garut, dipersimpangan jalan Ahmad Yani dan jalan Cikuray, Bangunan ini dari semula hingga sekarang tetap berfungsi sebagai Kantor Pos dengan kondisi fisik bangunan terawat.

Bank Jabar Banten (BJB)

Bank Jabar Banten (https://www.indoplaces.com)

Terletak di jalan Ahmad Yani No.38, Kel. Pauwon, Kec. Garut Kota. Gedung Bank Jabar Banten (BJB) dibangun pada tahun 1933. Bersamaan dengan dibangunnya Pabrik Tenun Treanger Bont Werverij (PBW), diperuntukkan sebaga rumah dinas direktur pabrik tenun tersebut, bernama Preanger Bont Werverij, setelah Kemerdekaan diganti menjadi Pabrik Tenun Garut (PTG).

Gedung Markas Kodim 0611

Gedung Markas Kodim 0611 (https://www.panoramio.com)

Terletak di jalan Veteran, Kelurahan Pakuwon, Kecamatan Garut Kota, dirikan pada tahun 1920-an, gedung ini digunakan sebagai rumah tinggal direktur Hotel Papandayan (orang Belanda), dibangun bersamaan dengan didirikannya Hotel Papandayan di Sebelah Kirinya. Pada masa penduduk Jepang, Banguann rumah tinggal ini (Termasuk Bangunan Hotel Papandayan) ditempaati para perwira tentara Jepang dan markas Kempetai (Polisi Jepang). Setelah Indonesia Merdeka dijadikan Markas TNI, Tetapi Ketika Menjadi Agresi Militer Belanda I, tanggal 21 Juli 1947, sebagian bangunan terutama bangunan Hotel Papndayan dibumihanguskan oleh Para Pejuang dan Tentara RI sebelum menyingkir ke luar kota Garut. Hanya Bangunan Rumah Tinggal Itulah Yang Sampai Sekarang Tersisi, Tidak Sempat Dibumihanguskan Pada Waktu Itu.

SDN Kota Kulon I dan II

SDN Kota Kulon I dan II (https://sikec.garutkab.go.id)

Terletak di Jl. Ciledug No. 213, Kampung Paledang, Kel. Kota Kulon, Kec. Garut Kota. Bangunan Sekolah Dasar Negeri Kota Kulon I dan II didirikan pada tahun 1952 oleh Yayasan Budi Priayi. Semula bangunan sekolah ini digunakan Sekolah Partikuler, Holland Indlandsche School (HIS) Budi Priayi. Setelah Indonesia merdeka, persisnya tahun 1948, HIS menjadi Sekolah Dasar Negeri Ciledug yang dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Namun kepemilikan bangunan tetap pada Yasyasan Budi Priayi (yayasan tersebut sekarang diketuai oleh R. Soelaeman Anggapradja). Sekitar tahun 1990-an nama sekolah berubah menjadi Sekolah Dasar Negeri Kota Kulon, sesuai dengan nama kelurahan dimana sekolah itu berada. Bangunan sekolah ini sekarang digunakan oleh SD Negeri Kota Kulon I dan II.

Bentuk bangunan yang menyerupai huruf U, dimana tengah-tengah terdapat halaman yang berfungsi untuk upacara dan olahraga. Jumlah ruangan (SD) pada bangunan ini ada 10 lokal, masing-masing 5 lokal disebelah kanan dipergunakan SDN Kota Kulon I dan 5 lokal disebelah kiri dipergunakan SDN Kota Kulon II.

Arah muka bangunan menghadap ke arah Ciledug. Bagian muka bangunan berbentuk simetris dengan dua pintu kembar. Pada kiri-kanan bagian ,muka bangunan terdapat bagian-bagian yang menonjol sebagai ruang Kepala Sekolah, seolah memberi kesan pembeda dengan ruangan kelas. Bangunan ini dilihat dari muka memiliki nilai estetika tinggi. Kondisi fisisk bangunan relatif terawat dengtan baik kecuali ada satu lokal yang tidak layak pakai karena rusak berat.