Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Kuliner Khas Manado Sulawesi Utara

Beragam Kuliner Khas Manado (https://www.seputarsulut.com)

Menado dikenal dengan berbagai kuliner yang begitu memanjakan lidah, kuliner khas Manado yang kaya akan rempah-rempah juga terkadang akan sulit anda temui ditempat lain di Indonesia.

Memang harus diakui, bahwa cukup banyak kuliner khas Manado yang tidak cocok dengan kebanyakan warga Indonesia alias tidak termasuk kategori halal, seperti Kawok (Tikus hutan ekor putih), Tinoransak (Babi Hutan), Paniki (Kelelawar), Erwe (Anjing) dan lain sebagainya. Bilamana Sahabat GWI Indonesia Banget menemukan restoran yang ada di daftar menu yang tidak halal, seyogyanya pindah ke restoran yang lainnya.

GWI Indonesia Banget mencoba memilih kuliner yang halal, yang tidak mengandung B2 (Babi), atau hewan lainnya, hanya berbahan dasar Sayur-mayur, Ikan (Seafood), Ayam ataupun Sapi saja.

Nasi Kuning

Nasi Kuning Manado (https://www.flickr.com)

Nasi Kuning yang cita rasa dan penyajiannya berbeda dengan nasi kuning di daerah lain. Isi Nasi Kuning terdiri dari telur dan irisan daging sapi tipis-tipis, disuwir suwir. Nasi Kuning khas manado sedikit beda dengan Nasi Kuning yang ada di Jawa, terlebih dari segi rasa kaya akan bumbu. Nasi kuning manado, disajikan dengan beralaskan Janur kuning dan juga di taburi bumbu di atas Nasi kuning tersebut.

Ayam Tuturuga


Merupakan masakan khas Manado yang berbeda dengan cita rasa ayam pada umumnya. Karena memiliki tampilan yang mirip dengan opor ayam yang biasa kita hidangkan saat lebaran agama Islam, maka banyak yang beranggapan hidangan ini adalah opornya masyarakat Manado. Hidangan ini sedikit unik karena dipadukan dengan daun pandan yang pastinya membuat Ayam Tuturuga ini menjadi enak, gurih serta memanjakan lidah penikmatnya.

Ayam Rica-Rica

Ayam Rica-Rica (https://resepcaramemasak.info)

Ayam rica-rica adalah salah satu makanan khas Manado, Sulawesi Utara. Kata rica berasal dari bahasa Manado yang berarti "pedas" atau "cabai". Resep untuk membuat ayam rica-rica sangat beragam, begitu pula cara memasaknya, persamaannya hanya terletak pada rasanya yang pedas. Ayam rica-rica biasa disajikan dengan nasi dan bahan pelengkap seperti bawang goreng dan mentimun.

Tinutuan (Bubur Manado)

Tinutuan atau Bubur Manado (https://id.wikipedia.org)

Makanan khas Indonesia dari Manado,Sulawesi Utara. Ada juga yang mengatakan tinutuan adalah makanan khas Minahasa, Sulawesi Utara. Tinutuan merupakan campuran berbagai macam sayuran, tidak mengandung daging, sehingga makanan ini bisa menjadi makanan pergaulan antarkelompok masyarakat di Manado. Tinutuan biasanya disajikan untuk sarapan pagi beserta berbagai pelengkap hidangannya.

Klapatart

Klappertaart (https://reseplengkap.com)

Kue yang juga sering ditulis Klappertaart ini merupakan makanan khas Sulawesi Utara. Klapatart yang dipengaruhi bahasa Belanda ini merupakan modifikasi dan perpaduan cita rasa barat dan bahan tradisional di Bumi Nyiur Melambai yakni kelapa. Kue klapatart ini menjadi suguhan wajib di setiap perayaan-perayaan besar di Sulut. Saat ini Klapatart juga menjadi oleh-oleh khas dari Manado bahkan tidak jarang wisatawan domestik dan mancanegara menjadikan kue ini sebagai hadiah.

Rica Rodo

Rica Rodo (https://bouncekatybounce.blogspot.co.id)

Rica rodo dibuat dengan berbagai bahan seperti terong, jagung, kacang panjang, cabe rawit, yang cukup pedas namun tak kalah nikmat dan berbagai bahan lainnya kemudian dimasak dengan cara ditumis.

Sambal Dabu-Dabu

Dabu-Dabu (https://dentistvschef.wordpress.com)

Dabu-dabu adalah sambal khas Manado yang sangat populer, dibuat dari campuran potongan cabe merah, cabe rawit, irisan bawang merah dan tomat segar yang dipotong dadu dan terakhir diberi campuran kecap.

Sambal Ikan Roa Manado

Sambal Ikan Roa (https://bonappettit.wordpress.com)

Sambal yang terbuat dari daging ikan roa yang di haluskan. Sambal ini biasa di sajikan bersama Tinutuan dan makanan manado lainnya.

Cakalang Fufu

Cakalang Fufu (https://indonesiawow.com)

Hidangan ikan cakalang olahan yang dibumbui, diasap dan dijepit dengan kerangka bambu. Makanan ini adalah hidangan khas Minahasa, Sulawesi Utara, Indonesia.

Ikan Woku Belanga

Ikan Kerapu Woku Belanga (https://dentistvschef.wordpress.com)

Masakan Ikan Woku Belanga dibuat dengan menggunakan bahan-bahan ikan Kerapu yang dibersihkan kemudian dipotong dua bagian, sebutir jeruk nipis yang diperas airnya, garam, minyak goreng untuk menumis, dan bawang merah yang diiris-iris tipis. Haluskan cabe rawit merah, kunyit, jahe, kemiri, dan garam. Selain itu, bahan-bahan lain yang dibutuhkan adalah daun bawang yang diiris-iris sekitar 1 cm, daun kemangi, daun kunyit yang disimpulkan, daun jeruk purut, daun pandan, sebatang serai yang dimemarkan, serta air.

9 Kuliner Khas Makassar Wajib Dicoba


Daerah Makassar memiliki kuliner yang dikenal luas. Banyak makanan Makassar yang sudah menjadi kesukaan banyak orang. Misalnya, coto makassar dan sop konro. Namun, makanan khas lainnya tidak kalah lezat untuk dicoba. Berikut ini beberapa makanan khas Makassar yang wajib dicoba.

Coto Makassar

Coto Makassar dengan Ketupat (https://blog.catallya.com)

Kuliner kebanggaan masyarakat Makassar ini memiliki sejarah yang dimulai pada masa kerajaan Gowa dahulu. Dilansir dari tourism-makassar.com pada Selasa (12/5/2015), Coto Makassar pertama kali dihidangkan pada jamuan kerajaan Goa tahun 1538.

Pada masa itu, tidak sembarang orang dapat membuat Coto Makassar. Pasalnya pembuatan masakan itu membutuhkan rempah berkualitas dimana hal tersebut hanya bisa didapatkan oleh kaum kerajaan. Rempah yang digunakan di makanan ini bervariasi mulai dari kemiri, cengkeh, kayu manis, dan lain sebagainya. Masakan ini juga ternyata mengandung elemen khas Tiongkok, yakni tao-co.

Makanan berkuah dari Makassar ini berisi jeroan sapi seperti hati, jantung, usus, limpa, babat dan daging iga sapi. Isi ini direbus sampai empuk dan ditambah berbagai bumbu rempah-rempah seperti jinten, ketumbar, serai, lengkuas, dan lainnya. Coto makassar biasa dimakan bersama ketupat dan sambal taoco sebagai pelengkap.

Pallubasa

Pallubasa dengan Nasi (https://pengenliburan.com)

Pallubasa juga mirip dengan Coto Makassar. Palubassa dibuat dari jeroan kerbau, sedangkan Coto Makassar dengan jeroan Sapi.. Yang membedakan dengan coto makassar adalah bumbunya, ditambahkannya kelapa sangrai pada proses pemasakan. Kuahnya pun menjadi kental dan gurih dengan adanya tambahan kelapa. Aromanya berbeda karena santan lebih kental dan serbuk kelapa yang menyatu dengan kuah pallubasa. Pallubasa pas dimakan bersama nasi.

Sop Konro

Sop Konro (https://www.jendelakuliner.com)

Potongan sapi yang empuk dengan kuah kluwek berwarna hitam merupakan ciri khas dari sop asal Makassar ini. Bumbu-bumbu dengan aroma yang harum dengan rasa khas menambah keunikan sop ini. Kayumanis dan cengkeh yang digunakan dalam sop ini membuat rasanya terasa berbeda di lidah.

Mi Kering

Mi Kering (https://mblusuk.com)

Makanan ini mirip dengan ifumi, hanya saja ukuran mi lebih kecil. Nama yang dikenal untuk makanan ini adalah mi kering. Disebut demikian karena mi yang digunakan adalah mi basah yang kemudian digoreng menjadi kering. Mi yang sudah mengering ini kemudian disiram dengan kaldu kental yang berisi cumi, udang, ayam, hati dan jamur. Kaldunya yang gurih berpadu sangat pas dengan rasa mi sehingga menghasilkan makanan yang lezat.

Kapurung

Kapurung (https://www.bloggersbugis.com)

Jika di Papua ada Papeda, di Makassar juga memiliki makanan yang mirip papeda yang disebut Kapurung. Berbahan dasar sagu, kapurung tersaji kenyal yang berasal dari sagu. Pada Kapurung tidak lupa ditambahkan bahan sayuran lainnya seperti bayam, jagung, kacang panjang dan jantung pisang. Untuk makanan penghasil protein, tidak lupa ditambahkan udang atau ayam.

Kapurung biasa dimakan dengan kuah pindang ikan. Campuran rasa asam, pedas dan gurih membuat banyak orang yang memburunya. Ditambah lagi dengan komposisi bahannya yang alami. Rasanya, ini makanan yang kaya dengan serat ini cocok untuk Anda yang sedang diet dan ingin hidup sehat.

Nyuknyak

Nyuknyak (https://goiq.blogspot.co.id) 

Merupakan bakso khas Makassar. Campuran daging dan sagu menghasilkan makanan yang kenyal nan lezat ini. Ditambah dengan kuahnya yang gurih dan segarnya sambal kuning yang akan membuat Anda menyukainya. Nyuknyak biasa disajikan dengan lontong khas Makassar, ini akan membuat perut Anda terisi penuh lebih lama. Namun, jika Anda tidak ingin mengisi perut terlalu penuh, Anda cukup menikmati nyuknyak saja, tanpa perlu tambahan lontong.

Pisang Epe 

Pisang Epe (https://hobingunyah.com)

Berarti pisang jepit, karena kata epe sendiri berarti jepit. Pisang yang dijepit sampai gepeng kemudian dibakar ini merupakan cemilan yang cocok untuk menemani kegiatan wisata Anda. Pisang yang umum digunakan adalah pisang kapok yang tidak terlalu matang sehingga teksturnya tidak lembek. Pisang yang dibakar diatas bara api ini akan diberi tambahan toping sepetah setelah berwarna kecoklatan. Pada walanya, toping yang digunakan berupa saus gula merah. Namun, kini Anda dapat memeilih beberapa pilihan toping favorit seperti saus durian, coklat atau keju. Pidang Epe banyak ditemukan di sepanjang pantai Losari. Hmm... pasti menyenangkan menikmati pisang epe sambil memandang indahnya matahari tenggelam di Pantai Losari.

Langga Roko

Langga Roko (https://box.renyah.com)

Langga Roko semacam pepes ikan, dimana ikan dibungkus dengan daun pisang lalu dipanggang dengan aroma bumbu khusus. Bau daun pisang yang dibakar akan membuat rasa ikan semakin lezat. Biasanya pallubasa dimakan bersama nasi.

Seafood Makassar

Kepiting lada hitam (https://bajiki.com)

Makanan laut merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang dimiliki Makassar. Kepiting, udang, cumi, kerang dan ikan-ikan laut memiliki kualitas yang baik. Seafood lebih nikmat karena seafood yang diolah masih dalam keadaan segar. Anda dapat memilih sendiri seafood akan diolah dengan direbus, digoreng atau dibakar. Karena masih fresh, seafood Makassar layak dicoba. Anda akan menjumpai banyak rumah makan seafood si sepanjang Pantai Losari.

Sumber: Kumpulan

Masjid Jami' Air Tiris Kabupaten Kampar Riau (Video)


Masjid Jami' Air Tiris terletak di di Pasar Usang, Desa Tanjung Berulak (Kenagarian Air Tiris), Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, sekitar 52 km dari Pekanbaru. Meskipun terletak agak ke dalam dari jalan Pekanbaru-Bangkinang namun masjid yang mempunyai keunikan tersendiri bisa dicapai langsung dengan kendaraan darat melalui jalan aspal yang mulus.

Masjid Jami' Air Tiris didirikan pada tahun 1901 dan selesai pada tahun 1903. Pembangunan Masjid Air Tiris dilaksanakan secara gotong royong oleh masyarakat Kenagarian Air Tiris.

Arsitektur

Masjid Jami' Air Tiris (https://www.skyscrapercity.com)

Bentuk masjid ini konon merupakan campuran arsitektur Rumah Lentik Melayu Kampar dan Cina. Masjid ini berdenah bujur sangkar dan seluruh komponen bangunannya terbuat dari bahan kayu, kecuali pada bagian atap yang sekarang terbuat dari seng (aslinya dari kayu yang dilapisi dengan ijuk) dan tangga yang terbuat dari konstruksi beton.

Dengan bahan konstruksi utama kayu ini terdiri dari bangunan induk yang ukuran aslinya 30X40 m, mihrab 7X5 m, menara, dengan tinggi bangunan 24 m, serta dilengkapi dengan 2 mimbar, 1 buah telaga, dan 3 buah kulah air.

Menara Masjid Jami' Air Tiris setinggi 24 meter

Pemasangan komponen bangunannya tidak menggunakan paku dari besi tapi dengan teknik lidah dan pasak yang juga dari kayu. Pada keadaan aslinya dulu, atapnya pun berupa kepingan-kepingan papan kayu tetangu yang tahan berhujan panas dengan panjang 1 meter.

Diskripsi Bangunan

Atap

Atap Masjid Jami' Air Tiris (https://www.youtube.com)

Atapnya berupa limas tiga tingkat yang meruncing ke atas dengan tiang dan konstruksi kayu yang masih asli terlihat sangat indah.

Dinding

Beragam ornamen salah satu dinding (https://www.youtube.com)

Dindingnya yang miring, penuh dengan ornamen atau ukiran yang mirip dengan ukiran yang terdapat di dalam sebuah masjid di Pahang, Malaysia. Engku Mudo Sangkal juga menukilkan ukiran di depan mimbar dan pada dua tonggak panjang dalam masjid masing-masing basmallah dan dua kalimah syahadat.

Tiang


Bangunan ini mempunyai tiang berjumlah 36 buah yang terdiri dari 4 buah tiang soko guru, 12 tiang penyangga dalam, dan 20 buah tiang pinggir yang berada di dinding. Atap bangunan berbentuk tumpang tiga. Pada dinding depan mihrab terdapat kalimat syahadat.

Rehabilitasi

Pada tahun 1971 dilakukan rehabilitasi bagian-bagian masjid yang sudah lapuk sehingga hari ini masih berdiri.


Masjid-Masjid Kuno di Riau


Arsitektur masjid adalah salah satu jejak yang nyata tentang lintasan penyebaran Islam di nusantara. Masjid-masjid kuno di tanah Melayu secara umum memiliki kesamaan bentuk dengan masjid-masjid kuno di Tanah Jawa, beratap bubung atau tumpang bertingkat (jumlah ganjil), berdenah segi empat dan memiliki serambi atau teras. Karena kesamaan ini, maka berkembanglah teori tentang arsitektur masjid kuno di nusantara banyak dipengaruhi dan diwarisi oleh bentuk masjid kuno di Tanah Jawa yang kental pengaruh Hindu-Budha dan animisme dan juga bentuk kuil pagoda di Cina. Tetapi apakah pernyataan ini benar? Masih perlu dipertanyakan lebih lanjut melalui penelitian tentang perbedaan historiografi masjid-masjid kuno di Tanah Melayu dengan di Tanah Jawa walau secara klasifikasi mereka memiliki kesamaan.

Masjid Jami' Air Tiris Kabupaten Kampar 


Masjid Air Tiris terletak di Desa Tanjung Berulak (Kenagarian Air Tiris), Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

Masjid Air Tiris didirikan pada tahun 1901 dan selesai pada tahun 1903. Pembangunan Masjid Air Tiris dilaksanakan secara gotong royong oleh masyarakat Kenagarian Air Tiris.

Masjid ini berdenah bujur sangkar dan seluruh komponen bangunannya terbuat dari bahan kayu, kecuali pada bagian atap yang sekarang terbuat dari seng (aslinya dari kayu yang dilapisi dengan ijuk) dan tangga yang terbuat dari konstruksi beton.

Bangunan ini mempunyai tiang berjumlah 36 buah yang terdiri dari 4 buah tiang soko guru, 12 tiang penyangga dalam, dan 20 buah tiang pinggir yang berada di dinding. Atap bangunan berbentuk tumpang tiga. Pada dinding depan mihrab terdapat kalimat syahadat.


Masjid Jami' Pangean (https://riaumandiri.co)

Masjid Jami’ Pangean terletak di Desa Koto Tinggi Kecamatan Pangean merupakan salah satu masjid tertua di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.

Masjid tua yang berdiri sejak tahun 1932 di Kecamatan Pangean berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Kuantan Singingi, berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Kuantan Singingi.

Setiap bangunan masjid ini punya makna yang merupakan cerminan dari agama Islam dan struktur adat-istiadat yang ada di Pangean. Bangunan atapnya terdiri dari lima jenjang.


Masjid Syahabuddin (https://mytrip.co.id)

Masjid Syahabudin terletak di kecamatan Siak Sri Indrapura, Kabupaten Siak, Riau; sekitar 500 m dari lokasi Istana Siak.

Kehadiran mesjid yang dibangun oleh keturunan para Sultan Siak ini telah membawa berkah yang tidak terhingga bagi masyarakat sekitarnya. Masjid bersejarah yang saat ini banyak dikunjungi bukan sekedar untuk beribadah, lebih dari itu masjid ini juga sudah menjadi cagar budaya sebagai tujuan wisata. Nama masjid Syahabudin diambil dari nama suku Syahad dari keturunan Sultan Kerajaan Siak yang berasal dari Arab, mulai dari Sultan ke-2 yaitu Sultan Muhammad Ali. Masjid Syahabudin yang pertama terletak di Jalan Syarif Kasim. Bangunan fisiknya terbuat dari kayu, kemudian di dalamnya terdapat mimbar yang berukir dari Jepang.

Kemudian masjid Syahabudin dipindahkan secara permanen pembangunannya ke Jalan Sultan Ismail di tepi Sungai Siak, berjarak lebih kurang 300 M dari istana As Seraya Hasniliyah Siak. Masjid Syahabudin didirikan oleh Sultan yang ke-12 bernama Sultan Syarif Kasim II, dimulai pada tahun 1927 dan selesai dibangun pada tahun 1935. Dana pembangunan masjid tersebut berasal dari dana kerajaan dan partisipasi masyarakat Siak.

Masjid Hibbah (Sebelum direnovasi total 12 April 2010)


Masjid Hibbah terletak di Desa Pelalawan, Kecamatan Bunut, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Masjid Hibbah terletak dalam satu kawasan dengan peninggalan-peninggalan Kerajaan Pelalawan seperti bekas istana dan Makam Pelalawan III, tepatnya 175 m dari Sungai Kampar atau di belakang bekas Istana Pelalawan. Masjid Hibbah didirikan pada tahun 1939 M pada masa pemerintahan Tengku Said Osman, raja Pelalawan ke-9 (1925-1940) yang bergelar Marhum Budiman.

Bangunan masjid ini terdiri dari dua ruangan, yaitu ruangan dalam dan ruangan serambi. Pada bagian serambi terdapat kisi-kisi dari kayu yang berfungsi sebagai pembatas antara bangunan masjid dengan halaman luar. Pada ruangan bagian dalam disangga oleh 4 tiang utama yang berbentuk segi empat dan terdapat pintu masuk berjumlah 11 buah.

Pada ujung belakang bagian dalam terdapat mimbar yang terletak di dalam ruangan mihrab. Mimbar tersebut terdiri dari 3 buah anak tangga dengan hiasan ukiran terawangan.

Pada halaman pintu masuk terdapat bangunan menara yang terdapat kubah di atasnya. Rangkanya sebagian terbuat dari kayu, sedangkan penutupnya dari seng. Pada bagian kanan depan bangunan masjid terdapat bangunan cungkup yang di dalamnya berisi bedug yang berfungsi sebagai tanda saat sholat tiba.

Sumber: Masjid-Masjid Kuno di Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar 2005 (e-Book)

(*) Tambahan

Masjid Ganting Kota Padang Sumatera Barat


Masjid Ganting terletak di Jalan Ganting No 3, Kelurahan Ganting, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Masjid Ganting, didirikan sekitar tahun 1700 an. Bertepatan dengan dibangunnya pelabuhan Ema Haven, atau pelabuhan kini yang dikenal dengan pelabuhan Teluk Bayur, serta menjadi cagar budaya.

Masjid yang pembangunannya melibatkan beragam bangsa ini menjadi pusat pergerakan reformasi Islam di daerah tersebut pada abad ke-19, dan presiden pertama Indonesia, Soekarno, pernah mengungsi ke masjid ini pada masa perjuangan kemerdekaan. Masjid ini termasuk bangunan yang tetap utuh setelah gelombang tsunami menerjang kota Padang dan sekitarnya akibat gempa bumi tahun 1833, walaupun mengalami kerusakan cukup berarti akibat gempa tahun 2005 dan 2009.

Saat ini, selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid satu lantai ini juga digunakan sebagai sarana pendidikan agama dan pesantren kilat bagi pelajar serta menjadi salah satu daya tarik wisata di kota Padang.

Arsitektur

Masjid Ganting (https://id.wikipedia.org)

Masjid ini berdiri di atas tanah seluas 102 × 95,6 meter persegi dengan bangunan berbentuk persegi panjang berukuran 42 × 39 meter persegi. Luas bangunan yang kurang dari seperlima luas lahan menyisakan halaman yang luas yang dapat menampung banyaknya jamaah pada saat pelaksanaan salat Ied pada hari Idul Fitri dan Idul Adha.

Bangunan Masjid Ganting memiliki arsitektur campuran antara arsitektur Eropa, Timur Tengah, Cina dan Minangkabau, arsitektur asli Indonesia. Arsitektur Indonesia ditunjukkan dengan bentuk atap tumpang bersusun lima yang merupakan salah satu ciri khas atap masjid-masjid kuno di Indonesia.

Adapun arsitektur Eropa ditunjukkan dengan dinding-dinding luar yang didominasi oleh bentuk pintu-pintu terbuka dengan bagian atas lengkung meruncing.

Diskripsi Bangunan

Atap

Atap masjid Ganting (https://id.wikipedia.org)

Masjid ini juga memiliki tatanan atap berupa atap susun berundak-undak sebanyak lima tingkat dengan puncak berkubah berhiaskan mustaka. Unsur etnis Cina terlihat dari bangunan kubah yang dibuat persegi delapan mirip atap vihara.

Serambi

Bangunan masjid ini memiliki dua serambi utama, yaitu serambi samping dan serambi muka. Kedua serambi samping masing-masing berukuran 30 × 4,5 meter persegi dan memiliki dua pintu masuk, yang salah satu pintunya menuju ke tempat wudu yang terdapat di sisi utara dan selatan.

Pada bagian barat terdapat sekatan yang membentuk kamar atau ribath (tempat tinggal pengurus masjid) berukuran 4,5 × 3 m². Ribath tersebut memiliki pintu dari arah timur berukuran 225 cm × 90 cm dan jendela berukuran 90 cm × 90 cm.

Tiang ganda berbentuk silinder yang berjejer tujuh di serambi muka (https://id.wikipedia.org)

Serambi muka berbentuk persegi panjang berukuran 12 × 39 m² serta memiliki enam pintu dari arah timur dan dua pintu dari arah utara dan selatan, yang masing-masing berdaun pintu dari jeruji besi. Terdapat hiasan tiang ganda semu pada enam pintu dari arah timur, kecuali pada bagian tengah yang merupakan bangunan mimbar yang menjorok ke depan dengan daun pintu dari jeruji pula. Mimbar berukuran 220 cm × 120 cm × 275 cm tersebut hanya digunakan pada pelaksanaan salat Ied. Selain pintu, juga terdapat masing-masing satu jendela dengan terali besi di sisi utara dan selatan. Di dinding timur serambi muka, terdapat hiasan ukiran geometri berupa panil-panil yang berbentuk persegi panjang dan bujur sangkar. Terdapat pula hiasan lengkung yang ditutupi tembok dengan motif cincin dan mata kapak. Tebal dinding sekitar 34 cm dengan tinggi 320 cm. Di dalam ruangan terdapat tujuh tiang ganda berbentuk silinder dari beton dengan garis tengah 45 cm. Tiang-tiang tersebut berdiri di atas umpak beton dengan lebar 113 cm, tinggi 70 cm, dan tebal 67 cm. Selain itu, terdapat pula dua tiang berbentuk segi empat yang terletak di sisi utara dan selatan, dekat dengan ruangan berbentuk segi delapan yang memiliki satu pintu dari arah timur dan satu jendela.

Ornamen Jendela

Lantai

Lantai di ruang utama (https://id.wikipedia.org)

Lantai masjid dari semen diganti dengan tegel (keramik) berwarna putih, yang didatangkan dari Jerman. Pada tahun 1900, dimulailah pemasangan tegel dari Belanda yang dipesan melalui NV Jacobson van den Berg (terlihat dari bentuknya yang segi enam dan motif bunga khas buatan Eropa). Pemasangan tegel tersebut ditangani oleh tukang yang ditunjuk langsung oleh pabrik dan selesai pada tahun 1910.

Ruang Utama

Ruang utama beserta interiornya (https://blueoctopus13.wordpress.com)

Ruang utama masjid berbentuk persegi berukuran 30 × 30 meter persegi dengan empat pintu masuk di sisi timur dan masing-masing dua pintu di sisi utara dan selatan. Pintu berukuran 160 cm × 264 cm tersebut memiliki dua daun pintu dari kayu dengan hiasan lengkung kipas pada ambang atas. Terdapat pula dua jendela yang terbuat dari kayu di sisi timur mengapit pintu masuk, dan masing-masing tiga jendela di sisi utara dan selatan, serta enam jendela di sisi barat. Jendela-jendela tersebut memiliki panjang 160 cm dan tinggi 2 m. Seperti pada pintu, bagian ambang atas jendela juga berbentuk lengkung kipas. Dinding pada ruang utama terbuat dari beton berlapis keramik, sedangkan lantainya dari tegel putih berhiaskan bunga.

Tiang utama berjumlah 25 nama-nama Nabi (https://blueoctopus13.wordpress.com)

Ruangan utama di topang oleh 25 buah tiang berbentuk silinder. Jumlah ini melambangkan Nabi dan Rasul Allah yang berjumlah 25. Pada masing-masing tiang terdapat tulisan kaligrafi nama–nama Nabi. Nama Nabi Adam ditulis pada tiang sudut barat daya dan Nabi Muhammad pada sudut barat laut.

Mihrab dan Mimbar

Mihrab dan Mimbar (https://blueoctopus13.wordpress.com)

Pada mihrab tempat imam memimpin salat dan menyampaikan khotbah dibuat ukiran kayu mirip ukiran Cina karena tukang-tukangnya pun didatangkan dari Cina untuk mengerjakan ukiran-ukiran tersebut.

Bangunan lain

Masjid ini memiliki tempat wudu berukuran 10 m × 3 m yang terletak di sebelah utara dan selatan serambi samping. Tempat wudu ini dibangun pada tahun 1967 serta dibuat permanen dan tertutup. Selain itu, perpustakaan masjid menempati sebuah ruangan di sisi utara masjid dan masih menyatu dengan bangunan masjid. Di sekitar masjid juga terdapat tiga gedung tempat bimbingan teori manasik calon haji. Salah satu dari tiga gedung tersebut dulunya ditempati sekolah Thawalib.

Halaman tersebut dipagari besi dan berbatasan langsung dengan jalan raya di sebelah timur dan utara. Di sebelah selatan dan belakang masjid terdapat beberapa makam, salah satunya adalah makam Angku Syekh Haji Uma, satu dari tiga orang pemrakarsa pembangunan masjid ini.

Sumber: Wikipedia

Masjid Gadang Balai nan Duo Kota Payakumbuh Sumatera Barat


Masjid Gadang Balai nan Duo terletak di Kelurahan Balai nan Duo (Kenagarian Koto nan Ampek), Kecamatan Payakumbuh Barat, Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat.

Sejarah


Tidak diketahui pasti tahun berapa sebetulnya masjid ini mulai berdiri. Menurut Abdul Baqir Zein dalam bukunya yang berjudul Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia, masjid ini diperkirakan dibangun pada tahun 1840 dan dinamakan berdasarkan nama tempat didirikannya, yakni Nagari Koto Nan Ampek. Pembangunannya dipimpin oleh tiga orang penghulu yang berasal dari suku yang berbeda di Minangkabau, yakni: Datuk Kuniang dari suku Kampai, Datuk Pangkai Sinaro dari suku Piliang, dan Datuk Siri Dirajo dari suku Malayu.

Masjid Gadang Balai nan Duo merupakan suatu kompleks yang terdiri dari beberapa bangunan. Bangunan utama adalah masjid yang berada di bagian tengah.

Arsitektur

Masjid Gadang Balai nan Duo (https://www.indonesiakaya.com)

Secara keseluruhan, arsitektur yang dimiliki masjid ini dipengaruhi oleh corak Minangkabau dengan konstruksi bangunan umumnya terbuat dari kayu. Atap masjid ini dibuat berundak-undak sebanyak tiga tingkat dengan permukaan yang tidak datar melainkan melentik; cocok untuk daerah beriklim tropis karena dapat lebih cepat mengalirkan air hujan ke bawah.

Diskripsi Bangunan

Masjid ini hanya memiliki satu pintu, yang terletak di sisi timur masjid (https://www.indonesiakaya.com)

Bangunan masjid berbentuk empat persegi dengan ukuran 140 x 168 meter. Dinding masjid terbuat dari bahan kayu. Pintu masuknya diberi anak tangga dan terletak di sisi timur. Di depan anak tangga terdapat bangunan tempat wudhu dan kamar kecil.

Atap

Atap masjid beratap tumpang tiga (https://nilmayola.blogspot.co.id)

Masjid ini beratap tumpang tiga dari bahan seng dengan kemuncaknya meruncing ke atas. Antara atap pertama dengan atap kedua diberi dinding papan yang berhiaskan ukiran matahari, sedangkan antara atap kedua dengan atap ketiga juga diberi pembatas dinding papan, tetapi polos.

Bangunan Utama

Bangunan utama atau tempat sholat diperluas menjadi 400 m2 (https://www.indonesiakaya.com)

Bangunan utama masjid ini berbentuk persegi yang pada mulanya berukuran 17 × 17 meter, kemudian karena jumlah jamaah kian banyak diperluas menjadi 20 × 20 meter. Di dalam bangunan utama terdapat sejumlah tiang yang dipancang miring, kecuali tiang utama di tengah. Dengan kontruksi berupa panggung seperti halnya Rumah Gadang, lantai masjid ini memiliki ketinggian sekitar 1,2 meter dari permukaan tanah.

Tiang Penyangga

Tiang penyangga tiga diatasnya terdapat ornamen (https://www.indonesiakaya.com)

Ruangan dalam masjid disangga oleh tiang penyangga berjumlah 21 buah yang disusun dalam jumlah 5, 4, dan 3. Tiang penyangga terbuat dari kayu berbentuk bulat. Tiang-tiang ini diberi beberapa ornamen di bagian atas dan bagian tengahnya. Dari 21 buah tiang, terdapat empat buah tiang yang menggantung, dalam arti ujung atasnya tidak sampai ke langit-langit.

Lantai

Meskipun termasuk salah satu masjid tertua, sebagian besar tiang, lantai, dan dinding yang semuanya terbuat dari kayu belum pernah diganti sejak pertama kali masjid ini dibangun. Masjid ini juga belum banyak mengalami renovasi sehingga keasliannya masih tetap terjaga. Hanya saja, karena sudah lapuk, atap yang pada mulanya terbuat dari ijuk kemudian diganti dengan seng.

Mihrab dan Mimbar

Mihrab dan Mimbar (https://nilmayola.blogspot.co.id)

Bagian mihrab, yang terletak di sebelah barat dan sedikit menjorok keluar, memiliki atap yang menyatu dengan undakan atap pertama. Adapun mihrab terletak di sisi barat dengan ukuran 6,5 m x 1,7 m yang dilengkapi dengan mimbar.

Bangunan Tambahan

Adapun bangunan tambahan berupa perpustakaan, rumah garin, WC (di sebelah timur di depan masjid), dan TPA (di sebelah selatan masjid). Sebuah bangunan dari bahan bata berbentuk kerucut berada di sisi barat dekat mihrab dan sebuah gardu jaga terletak di dekat pintu masuk lokasi masjid.

Masjid Jamik Taluak Kabupaten Agam Sumatera Barat (*)


Masjid Jamik Taluak adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang terletak di Nagari Taluak IV Suku, Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Letak masjid ini dekat dengan perbatasan Kota Bukittinggi, sehingga juga dikenal sebagai Masjid Jamik Taluak Bukittinggi. Lokasi masjid sekitar 5 km dari Masjid Gadang Bukittinggi ke arah Padang Luar.

Saat ini selain digunakan untuk aktivitas ibadah umat Islam, masjid satu lantai ini juga digunakan sebagai sarana pendidikan agama bagi masyarakat, bahkan telah menjadi salah satu daya tarik wisata terkenal baik di Kabupaten Agam maupun di Kota Bukittinggi.

Sejarah

Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Haji Abdul Majid pada tahun 1860, yang pada mulanya hanya terbuat dari kayu beratapkan ijuk. Masjid ini sempat mengalami beberapa kerusakan cukup berarti akibat gempa, seperti pada tahun 2007 yang mengakibatkan masjid ini rusak parah. Meski telah beberapa kali dilakukan perbaikan, keaslian masjid ini masih tetap dipertahankan.

Arsitektur

Bangunan utama masjid berukuran 13x13 meter. Namun, tidak diketahui, berapa luas masjid secara keseluruhan jika ditambah dengan luas halaman. Bangunan utama masjid berukuran 13x13 m2. Konstruksi masjid terbuat dari kayu dan atapnya dari ijuk. Konstruksi masjid berbentuk panggung dengan ketinggian satu meter di atas permukaan tanah. Konstruksi panggung ini ternyata berfungsi untuk menghindari kelembaban tanah yang mempercepat terjadinya proses pelapukan kayu.

Arsitektur yang dimiliki masjid ini secara keseluruhan dipengaruhi oleh corak Minangkabau. Pengaruh Arab datang kemudian dengan dibangunnya minaret (menara) lalu disusul pembuatan fasad. Dengan arsitektur yang dimilikinya, masjid ini juga menjadi salah satu masjid yang paling banyak difoto selama masa Pemerintahan Hindia-Belanda, yang kini dikoleksi oleh Tropenmuseum di Amsterdam, Belanda.

Diskripsi Bangunan

Di arah tenggaranya, terdapat serambi yang berfungsi sebagai tempat peralihan dari luar ke bagian dalam dengan panjang 13 meter dan lebar 3 meter. Serambi tersebut bukan merupakan teras depan, sebab memiliki dinding dan beberapa jendela.

Tangga dan Atap

Tangga masuk menuju serambi tidak terdapat di bagian tengah fasad, melainkan di ujung kiri dan kanan yang masing-masing memiliki atap sendiri. Seluruh atap, termasuk atap ruang salat kecuali atap minaret, berbentuk piramidal berundak-undak, yang umum dimiliki masjid-masjid tua di Nusantara. Hanya bedanya, dibuat dengan kemiringan yang jauh lebih tajam dan permukaan yang cekung; cocok untuk daerah beriklim tropis karena dapat lebih cepat mengalirkan air hujan ke bawah. Atap-atap tersebut masing-masing berdenah bujur sangkar dan terdiri dari tiga tingkat. Di antara setiap tingkatan, terdapat celah untuk pencahayaan atau ventilasi.

Minaret (Menara)

Dahulu

Masjid Jamik Taluak Agam (https://castrodelatoya.blogspot.co.id)

Masjid ini dilengkapi dengan sebuah minaret yang berdiri terpisah dari bangunan utama, yang oleh masyarakat setempat juga dikenal dengan sebutan "manaruh". Meski belum diketahui pasti kapan dibangunnya minaret tersebut, di Minangkabau minaret dengan bentuk yang sama tercatat telah diperkenalkan pada awal abad ke-19 oleh sejumlah reformis lslam yang dikenal sebagai Kaum Padri.

Masjid Jamik Taluak Agam (https://id.wikipedia.org)

Minaret masjid ini terdiri dari tiga bagian, yang di dalamnya terdapat tangga berbentuk spiral. Dinding-dindingnya dipenuhi hiasan bercorak Arabes dan Persia. Di antara setiap bagian terdapat balkon yang mengelilinginya. Bagian pertama yang merupakan bagian terbawah dihiasi dengan hiasan bercorak Persia berupa plengkung patah mati. Bagian kedua, bentuknya semakin ke atas semakin kecil dihiasi hiasan bercorak Arabes berupa kaligrafi. Bagian ketiga atau bagian teratas, tidak berdinding dengan atap berbentuk kubah bawang, mirip dengan atap minaret masjid-masjid kuno di India.

Sekarang

Masjid Jamik Taluak Agam tanpa Menara (https://ink361.com)

Perubahan yang mencolok yakni pada menaranya. Dahulunya masjid ini memiliki menara, namun karena retak akibat gempa, akhirnya menara terpaksa diruntuhkan warga.

Ruang Utama

Bangunan atau Ruang utama masjid ini, yang merupakan ruang shalat, berbentuk persegi berukuran 13 × 13 meter. Bahan mimbarnya saja dahulu didatangkan dari negeri Arab, karena waktu itu masyarakat masih belum ada yang pandai membuat bahan seperti itu.

Bangunan Lain

Di dalam lingkungan masjid ini terdapat tiga kolam atau disebut luhak dalam bahasa setempat yang berfungsi untuk mengambil wudu, dan biasanya di dalamnya juga dipelihara berbagai jenis ikan air tawar. Tiga luhak masjid ini posisinya berada di depan, samping kanan, dan belakang. Selain luhak, juga terdapat bangunan beratapkan ijuk yang runcik layaknya atap pada Rumah Gadang yang dimanfaatkan sebagai lumbung. Dengan demikian, kompleks masjid ini melambangkan eratnya kaitan antara agama dengan kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat.

(*) Tambahan