Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Desa Wisata Gubugklakah Malang Jawa Timur

Tangga menuju kawah Gunung Bromo (https://daenggassing.com)

Desa Wisata Gubugklakah, yang biasanya disingkat DWG berlokasi di bagian timur Kecamatan Poncokusumo, sekitar 23 km dari kota Malang. Terletak di kaki Gunung Bromo, Desa Wisata Gubugklakah menyajikan panorama alam indah dan kesejukan khas pegunungan. Walaupun berada di lokasi terpencil dan jauh dari pusat kota, suasana Desa Wisata Gubugklakah saat ini bisa dikatakan cukup ramai. Setidaknya untuk ukuran desa kecil di Kabupaten Malang.

Nama Gubugklakah berasal dari kata ‘gubug’ yang berarti ‘tempat tinggal yang sangat sederhana’ dan ‘klakah’ yang artinya ‘bambu yang dibelah dua’. Jadi, Gubugklakah merupakan tempat tinggal yang terbuat dari bambu yang dibelah, sebagai simbol kemiskinan yang membelit penduduknya pada jaman dulu.

Kawah Gunung Bromo (https://daenggassing.com)

Dulu Desa Gubugklakah hanya sebagai desa yang dilewati oleh wisatawan-wisatawan yang menuju ke Bromo. Lalu dibentuklah Lembaga Desa Wisata (Ladesta) Gubugklakah atau kemudian dikenal juga dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gubugklakah pada 20 Agustus 2010. Akhirnya Desa Wisata Gubugklakah banyak dikenal oleh wisatawan. Usaha yang telah dilakukan Pokdarwis di antaranya memberdayakan masyarakat dengan membangun Inap Desa, mempekerjakan warga menjadi guide wisata ke Bromo, ke lahan petik apel, serta melibatkan warga jadi guide penjemputan wisatawan dari stasiun menuju lokasi wisata, dan mengkoordinasi jasa transportasi wisata. Setelah berdirinya Pokdarwis ini, roda perekonomian warga Gubugklakah semakin menggeliat.

Begitu memasuki gapura Desa Wisata Gubugklakah, pengunjung bisa langsung merasakan nuansa khas desa wisata ini. Tak hanya itu, setidaknya tiap dua menit sekali, minimal ada satu mobil jeep 4×4 yang melintas di jalanan Desa Wisata Gubugklakah. Mobil-mobil tersebut merupakan sarana transportasi bagi para pengunjung yang sedang berwisata di area desa Gubugklakah hingga ke Gunung Bormo, Semeru, dan Tengger.

Danau (Ranu) Pani (https://wisata.kompasiana.com)

Desa Wisata Gubugklakah juga memiliki berbagai inovasi yang belum dimiliki desa wisata lain. Yakni setiap pengunjung yang datang bisa memesan kaos sebagai suvenir khas Desa Wisata Gubugklakah. Kaos tersebut didesain dengan gambar foto wisatawan ketika mengunjungi objek-objek wisata yang ditawarkan, misalnya foto dengan background Gunung Bromo. Tak hanya itu, desa wisata ini juga memiliki souvenir menarik yang disebut Apel Kaligrafi. Dinamakan Apel Kaligrafi, karena di permukaan apel terpampang tulisan berdasar pesanan.

Pada 27 September 2014, Desa Wisata Gubugklakah meraih penghargaan sebagai juara III Desa Wisata Terbaik Nasional 2014.

Danau (Ranu) Regulo (https://tigatitik.wordpress.com)

Paket Wisata

A. Paket 1 (satu) – 2 hari 1 malam

Destinasi wisata:
1. Candi Jago
2. Agro Apel Desa Wisata Gubugklakah
3. Coban Pelangi
4. Bromo sunrise Seruni Point
5. Kawah Bromo
6. Pasir berbisik
7. Bukit teletubies

B. Paket 2 (dua) – 2 hari 1 malam

Destinasi wisata:
1. Rafting Desa Wisata Gubugklakah
2. Bromo sunrise Seruni Point
3. Kawah Bromo
4. Pasir berbisik
5. Bukit teletubies

C. Paket 3 (tiga) – 2 hari 1 malam

Destinasi wisata:
1. War Game Desa Wisata Gubugklakah
2. Bromo sunrise Seruni Point
3. Kawah Bromo
4. Pasir berbisik
5. Bukit teletubies

D. Paket 4 (empat) – 2 hari 1 malam

Destinasi wisata:
1. River Tubing Desa Wisata Gubugklakah
2. Bromo sunrise Seruni Point
3. Kawah Bromo
4. Pasir berbisik
5. Bukit teletubies

E. Paket 5 (lima) – 2 hari 1 malam

Destinasi wisata:
1. Out bound
2. Bromo sunrise Seruni Point
3. Kawah Bromo
4. Pasir berbisik
5. Bukit teletubies

F. Paket 6 (enam) – 2 hari 1 malam

Destinasi wisata:
1. Edukasi Pertanian Desa Wisata Gubugklakah
2. Bromo sunrise Seruni Point
3. Kawah Bromo
4. Pasir berbisik
5. Bukit teletubies

G. Paket 7 (tujuh), ada 2 macam:

a. 3 hari 2 malam 

Destinasi wisata:
  1. Candi Jago
  2. Agro apel Desa wisata Gubugklakah
  3. Air Terjun Coban Pelangi
  4. Bromo sunrise Seruni Point
  5. Kawah Bromo
  6. Pasir berbisik
  7. Bukit teletubies
  8. Danau (Ranu) Pani
  9. Danau (Ranu) Regulo
10. Rafting

b. 2 hari 1 malam

Destinasi wisata:
1. Candi Jago
2. Agro apel Desa wisata Gubugklakah
3. Air Terjun Coban Pelangi
4. Coban Trisula
5. High rope 3 permainan ( Flying Fox )
6. Bromo sunrise Seruni Point
7. Kawah Bromo
8. Pasir berbisik
9. Bukit teletubies

Inap Desa (Homestay)

homestay (rumah singgah) berjajar di kanan-kiri jalan dan toko-toko yang menjual suvenir khas Desa Wisata Gubugklakah. Setidaknya ada 67 rumah warga yang dibuka untuk homestay. Bahkan pada saat high season, rumah warga yang lain juga bisa digunakan sebagai penginapan. Rata-rata tiap bulannya ada 200 wisatawan yang berkunjung dan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh Desa Wisata Gubugklakah. Ketika masuk high season, jumlahnya bisa meningkat lebih dari 1.000 wisatawan.

Informasi lebih lanjut hubungi

Peta Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (https://tigatitik.wordpress.com)

Desa Wisata Gubugklakah
Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur
Kantor Ladesta : +62 813 575 752 15
Kontak Person:
Heri : +62 853 263 777 37
Wa : +62 852 358 886 33 atau +62 812 526 922 39
Muksin : +62 852 305 690 33
Pin: 512B7141 atau Pin: 2175d536
Website: https://www.gubugklakah.com
Email : gubugklakah@gmail.com, wisata_gubugklakah@yahoo.co.id
Fb : DesaWisata Gubugklakah

Desa Wisata Bagak Sahwa Kota Singkawang Kalimantan Barat


Desa Wisata Bagak Sahwa terletak di Kelurahan Bagak Sahwa, Kecamatan Singkawang Timur, Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Jarak dari pusat kota Singkawang ke Desa Wisata Bagak Sahwa sekitar 20 km, diperlukan waktu kurang lebih 20 menit.

Jalan ke Desa Wisata Bagak Sahwa merupakan jalan menuju Kota Bengkayang dengan jalan berliku, dengan kontur naik-turun yang moderat, dengan landscape perbukitan dan persawahan di sisinya. Cukup menyenangkan.

Sungai Dayoale' masih alami (https://msyhadow.blogspot.com)

Desa Wisata Bagak Sahwa berhasil masuk nominasi 10 besar, pada urutan ke 5. Penyerahan penghargaan desa wisata tingkat nasional telah dilakukan di Desa Wisata Pakraman Jasri, Kabupaten Karangasem, Bali pada tanggal 27 September 2014.

Suasana alam di Desa Wisata Bagak Sahwa sangat sejuk, udara masih segar karena hutan tropis masih cukup luas. Bebas polusi dan kebisingan kendaraan.

Sungai Dayoale' masih alami (https://msyhadow.blogspot.com)

Potensi Seni Budaya

Upacara Ngabayot'n

Upacara Ngabayot'n (https://readsungaikapuas.wordpress.com)

Upacara Adat Suku Dayak Selako di Desa Wisata Bagak Sahwa sebagai upacara terima kasih kepada Sang Pencipta atas keberhasilan panen. Upacara ritual ini menampilkan berbagai tarian persembahan, diselenggarakan pada bulan Mei – Juni setiap tahunnya.

Paket Wisata

A. Paket dalam desa

1. Gerbang desa, berupa penjelasan motif Gerbang Desa Wisata Bagak Sahwa 2. Menyusuri Desa pertama, dari Gerbang desa ke Rumah Adat Parauman (RAP) 3. Atraksi wisata Pater (Ketapel), mencoba membidik sasaran dengan Pater
4. Menyusuri Desa kedua, dari RAP menuju sungai Dayoale'
5. Menoreh Pohon Karet
6. Bersantai, mandi air gunung berbatuan di sungai Dayoale' dan mencoba menyumpit dengan bambu Tamiang, kembali ke Rumah Budaya
7. Atraksi Wisata, berupa menumbuk padi dan Kuliner, meminum air mineral yang telah disimpan di Bambu, menikmati kue Tumpi' dan Cucur.

B. Paket masuk hutan

1. Menuju target pertama, ke lokasi Keladi Raksasa dan ke lokasi Bunga Raflesia Tuan Mudae
2. Menuju target ke dua, ke lokasi perkebunan Durian dan ke lokasi Air Terjun Air Mineral
3. Menuju target ke tiga, ke lokasi aliran air Mancar Siat

Informasi lebih lanjut hubungi

Desa Wisata Bagak Sahwa
Kelurahan Bagak Sahwa, Kecamatan Singkawan Timur, Kota Singkawang, Kalimantan Barat
Telp.: +62 813 454 531 33 (Bp. Ipul), +62 856 509 044 64 (Bp. Ricky) dan +62 813 525 495 50 (Ibu Alusia)

Desa Wisata Budaya Peliatan Ubud Gianyar Bali


Desa Wisata Budaya Peliatan terletak di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Desa Wisata Budaya Peliatan ini sangat strategis, di jalan raya Goa Gajah, dekat dengan Restoran Sawah Indah, hanya terletak 2 km saja dari Kecamatan Ubud. Secara geografis desa ini membujur dari utara ke selatan dan merupakan desa yang berada di dataran rendah sekitar 300-400 meter diatas permukaan laut (dpl). Jika ditempuh dari Denpasar hanya berjarak 22 km yang bisa menghabiskan waktu perjalanan sekitar 35 menit.

Potensi Pertanian

Ubud, Gianyar, Bali (https://cangkirsehat.com)

Anda akan terpukau keindahan ribuan hektar sawah menghijau subur. Kontur sawah berundak cantik serupa teras-teras bertingkat dari atas bukit hingga ke lembah telah menyajikan pemandangan alam sungguh menawan.

Subak merupakan salah satu sistem kemasyarakatan adat Bali yang khusus mengatur sistem pengairan sawah (irigasi) dan ini tidak kalah menarik untuk disimak. Subak, diakui dunia sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada Juni 2012.

Yang hebat lagi, prilaku dan keteguhan hati petani di Subak Lodtunduh, perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar, tidak menjual sawah untuk kepentingan di luar pertanian.

Potensi Seni Budaya

Seni Patung (https://aswaqbali.blogspot.com)

Desa Wisata Budaya Peliatan Gianyar banyak dikunjungi oleh para wisatawan untuk membeli hasil kerajinan rakyat atau menonton pertunjukan kesenian, disamping karena letaknya sangat dekat dengan Ubud. Desa Wisata Budaya Peliatan memiliki potensi yang cukup baik dalam bidang seni budaya dan gudangnya para seniman. Di desa ini tumbuh dan berkembang dengan suburnya berbagai kegiatan seni, baik seni tari, seni patung, seni ukir maupun seni lukis. Di bidang seni lukis, ukir maupun patung, Desa Wisata Budaya Peliatan juga memiliki potensi yang cukup tinggi. Perkembangan seni lukis maupun seni patung sudah berkembang sejak masuknya Agama Hindu.

Seni Lukis (https://aswaqbali.blogspot.com)

Kedatangan R. Bonet telah menarik beberapa seniman dari desa Peliatan untuk berguru kepadanya. Tercatat ada beberapa seniman asli desa Peliatan yang menjadi murid R. Bonet seperti I Wayan turun, I Wayan Ayun dan juga Ida Bagus Made. Beberapa seniman di atas walaupun sudah meninggal, tapi namanya masih sangat dihormati di desa wisata itu. Dan sebagai penghormatan masyarakat atas jasa-jasa para seniman di atas atas kemajuan seniman di Desa Wisata Budaya Peliatan, mereka dimasukkan ke dalam seniman terhormat khususnya bagi masyarakat Peliatan dan umumnya untuk masyarakat pulau Bali.

Berbagai kesenian siap Anda tonton bersama keluarga. Mulai dari seni tari dengan alunan musik tradisional khas Bali, lukisan indah hasil karya seniman ternama, patung dengan hasil yang sangat sempurna dan tak lupa keindahan alamnya. Tak dipungkiri memang perpaduan antara keindahan alam, kearifan lokal masyarakatnya serta hiburan kesenian yang tersedia menjadikan desa Peliatan Surga bagi penikmat seni, alam dan kerajinan masyarakatnya.

Seni Tari (https://www.wisatabali.info)

Paket Wisata

A. Budaya 

1. Menabuh Gamelan Bali


2. Menari


3. Melukis

Melukis di telur

4. Membatik


5. Membuat Kerajinan Tangan

B. Alam

1. Edukasi lapangan


    a. Mananam Padi
    b. Memanen Padi
    c. Membajak Sawah
    d. Beternak


2. Fun Game


3. Bersepeda


4. Trekking


5. Camping

Inap Desa (Homestay)

Desa Wisata Budaya Peliatan menyediakan inap desa bagi wisatawan di rumah penduduk dengan kapasitas 100 orang, juga dapat mengikuti kegiatan masyarakat Ubud yang ada.

Informasi lebih lanjut hubungi

          
Lokasi Desa Wisata Budaya Peliatan, dekat dengan Restoran Sawah Indah

Desa Wisata Budaya Peliatan
Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali
Telp.: +62 361 785 8080 dan +62 361 888 8080 (Bp. Deka Sugianta)
Website: https://ubuddesawisata.com

Senjata Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta


Setiap bangsa di dunia dapat dipastikan memiliki senjata untuk menghadapi lingkungannya, baik senjata untuk mempertahankan diri, menyerang, maupun berburu. Sudah sejak berabad-abad yang lampau, nenek moyang kita telah mengenal berbagai jenis senjata untuk menghadapi lingkungannya. Aktivitas nenek moyang kita dalam penggunaan senjata dapat diketahui dari relief-relief candi, cerita-cerita babad,tulisan-tulisan sejarah perjuangan rakyat melawan penjajah dan sebagainya.

Senjata tradisional mempunyai peran penting dalam kehidupan maupun perjuangan bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Akan tetapi, sampai saat ini hanya beberapa senjata yang masih dimiliki sebagian dari masyarakat Jawa yaitu keris, tombak, patrem, canggah, wedhung. Sementara itu, senjata tradisional yang dikenal tetapi sudah jarang diketemukan adalah pedang, condroso, bandhil, dan tameng, serta alat berburu seperti tulup dan plintheng.

Kategori senjata

Terdapat perbedaan penggunaan senjata antara yang dipakai pada masa lampau dengan masa sekarang. Pada masa lampau, senjata dipergunakan sebagai alat untuk menyerang dan membela diri, sedangkan pada masa sekarang, senjata menjadi benda-benda pusaka, kelengkapan tata busana, dan sebagainya.

Berbagai senjata yang dahulu digunakan oleh nenek moyang kita pada dasarnya adalah alat untuk membela diri, pada umumnya masuk dalam beberapa kelompok senjata, yaitu :

1. Senjata tikam, yaitu keris, tombak, patrem, wedhung, pedang, condroso, canggah, cangkol, dan sebagainya.
2. Senjata lempar yaitu badhil, plintheng, tulup, dan bandring.
3. Senjata untuk membela diri yaitu tameng
4. Senjata untuk berburu yaitu dikenal dengan nama tulup dan plintheng.

1.a. Keris

Keris Yogyakarta (https://www.flickr.com)

Senjata keris, digunakan dengan jalan menghunus bilahnya dari wrangkanya. Dalam peperangan, keris digunakan bila sedang berhadapan begitu dekat.

1.b. Tombak

Tombak (https://arsip.tembi.net)

Tombak, biasanya dipergunakan sebagai alat tusuk ataupun dilempar sebagai lembing pada saat peperangan atau sedang berburu. Tombak mempunyai tangkai yang panjang, yang dikenal dengan istilah landheyan (baca: Tombak).

Ujung Tombak (https://kerisberdiri1.blogspot.com)

1.c. Patrem

Keris (di tengah) dan dua Patrem (https://teguhsrahardjo.blogdetik.com)

Senjata patrem, pada dasarnya prinsipnya senjata seperti keris.

1.d. Wedhung

Wedung (https://bursatosanaji.blogspot.com)

Senjata wedhung, alatnya berbentuk mirip pisau tetapi ukurannya lebih besar. Penggunaannya sama dengan keris. Hanya saja, kalau keris biasanya dikenakan di belakang, namun senjata wedhung dan patrem digunakan di muka. Walaupun, ada juga yang menggunakan wedhung di samping badan.

Wedung (https://bursatosanaji.blogspot.com)

Wedhung termasuk salah satu perlengkapan busana kraton. Wedhung digunakan pada saat-saat khusus oleh semua kepala prajurit bila sedang menghadap raja. Di Kraton Yogyakarta, wedhung merupakan senjata ampilan bagi abdi dalem maupun keparak yang berpangkat lurah ke atas.

1.e. Pedang

Pedang (https://arsip.tembi.net)

Senjata tradisional yang juga dikenal dan dipakai oleh masyarakat Jawa, khususnya pada zaman kerajaan adalah pedang. Bahkan hingga kini, pedang kadang masih dipakai oleh para senapati perang atau pimpinan prajurit dalam upacara-upacara tradisional di kraton seperti grebeg, pernikahan putri raja, atau penobatan raja (baca: Pedang).

1.f. Condroso

Ilustrasi Condroso atau Tusuk Konde (https://fitinline.com)

Condroso, adalah senjata kecil mirip hiasan pada rambut. Condroso masuk dalam kelompok senjata tikam yang digunakan apabila musuh telah lengah.

Pada zaman dahulu, condroso banyak dipakai oleh wanita yang bertugas sebagai mata-mata. Condroso dipakai sebagai hiasan sanggul sehingga tidak diketahui musuh.apabila musuh tengah lengah, condroso digunakan untuk membunuh.

1.g. Canggah

Canggah

Canggah, bentuknya seperti tombak tetapi mempunyai mata tombak sebanyak dua buah. Canggah disebut juga dwisula. Prinsip kerja canggah sama dengan tombak, tetapi biasanya mata tombak diarahkan ke leher lawan sehingga dapat berfungsi sebagai penjepit leher lawan.

1.h. Cangkol

Cangkol, senjata ini mirip dengan canggah. Cangkol sebenarnya tombak dengan bentuk mata tombak mirip kudha trancang. Prinsip kerja cangkol sama dengan canggah, tetapi ditambahkan dengan fungsi mengait leher lawan.

Pada zaman dahulu, canggah atau cangkol digunakan untuk menangkap perampok, pencuri dan sebagainya.

2.a. Bandhil

Bandhil (https://makroeph.blogspot.com/)

Bandhil atau umban pelempar batu. Ada tiga jenis bandhil yaitu brubuh, jauh, dan lepas.

Bandhil Brubuh

Bandhil brubuh digunakan dalam pertempuran jarak dekat. Bandhil brubuh berupa tali yang terbuat dari besi, dan pelurunya juga dari besi.

Bandhil Jauh

Bandhil jauh sama dengan bandhil brubuh, namun talinya terbuat dari anyaman serat-serat yang ulet, namu, namun pelurunya tetap dari besi.

Bandhil Lepas

Bandhil lepas juga seperti bandhil brubuh dan jauh, hanya saja talinya dari tampar, dan pelurunya dari batu. Bandhil lepas dapat dipergunakan untuk pertempuran jarak jauh maupun jarak dekat.

2.b. Plintheng

Plintheng (https://lecturer.ukdw.ac.id/)

Plintheng juga alat untuk berburu binatang. Pegangan plintheng terbuat dari kayu, sedangkan talinya menggunakan sejenis karet (pentil).

2.c. Tulup

Tulup (https://www.kaskus.co.id/)

Tulup merupakan alat untuk berburu. Tulup berupa bambu kecil dan agak panjang. Dengan cara meniup lubang bambu, maka peluru yang tebuat dari tanah liat atau buah kecil akan melesat mengenai sasaran.

3. Tameng

Prajurit Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat dengan Tameng (https://krjogja.com/)

Tameng adalah senjata untuk membela diri. Tameng biasanya dipakai oleh prajurit pada waktu perang, ronda, dan lain sebagainya. Tameng berfungsi untuk perisai tubuh terhadap senjata tajam yang melukainya.

Sumber: 
Beberapa Senjata Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Ernawati Purwaningsih (e-Book)

Senjata Tradisional Jawa Tengah


Senjata tradional Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta secara garis besarnya hampir sama, hanya membedakan morfologi, bentuk dan ornamen dari senjata tradisional tersebut, yaitu Keris.

Sejak zaman dulu, keris selalu menjadi lambang kekuatan, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Pada dasarnya, keris tidak berbeda dengan senjata tradisional lainnya. Bermata tajam serta digunakan untuk memotong, menusuk, atau mengiris. Pada masa lalu, keris juga dipakai sebagai simbol identitas diri, baik itu untuk diri sendiri, keluarga, atau klan. Keris seorang raja berbeda dengan keris perwira atau abdi dalem bawahannya. Tidak hanya bilah kerisnya saja yang berbeda tapi juga detil-detil perhiasan perangkat pelengkapnya pun berbeda.

Pembuatan

Keris telah dibuat oleh para empu pembuat keris sejak zaman dulu. Campuran antara materi baja dengan meteorit, dengan teknik tempa lipat, menjadikan keindahan fisik keris terbentuk.

Pamor

Keris Solo (https://www.gudangpusaka.com)

Dalam dunia perkerisan, dikenal istilah pamor daden. Pamor daden adalah pamor atau “cahaya” yang terbentuk secara spontan, tanpa rekayasa sang empu pembuat keris. Menurut percobaan yang dilakukan, keris biasanya memiliki kandungan radioaktivitas yang tinggi, oleh karenanya perlu ada cara untuk menetralkannya.

Salah satu cara menetralkan bahaya radiasi itu dengan menyarungkan bilah keris ke dalam rangka kayu tertentu. Kayu-kayu yang biasa digunakan adalah kayu Timoho, Trembalu, Cendana, Awar-awar, Galih asem, Liwung, atau gading gajah.

Keris Solo (https://www.gudangpusaka.com)

Selain itu, ada pula istilah pamor rekan atau pamor buatan. Pamor rekan adalah jika sejak awal pembuatan keris, sang empu keris menginginkan “cahaya” tertentu dari kerisnya.

Ciri khas keris Solo, biasanya memiliki aksesoris banyak yang bertahtakan emas berlian serta berangka kayu cendana wangi. Dalam budaya Jawa tradisional keris tidak hanya dianggap sebagai senjata tradisional yang memiliki keunikan bentuk dan pamornya.

Keris Solo (https://kerislawas.wordpress.com)

Perbedaan keris Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

Kiri : Keris Solo, kanan : Keris Yogyakarta (https://tirasennawedding.blogspot.com)

Keris gaya Solo disebut ladrang sedangkan Yogyakarta bernama Branggah Ladrang mempunyai bilah (sarung keris) yang lebih ramping dan sederhana tanpa banyak hiasan karena mengikuti gaya senopatenan dan mataram sultan agungan. Sementara keris Solo (Ladrang) pada bilahnya lebih banyak ornamen dan bentuk dan motif karena mengikuti cita rasa Madura dari Mpu Brojoguno. Ukiran keris solo bertekstur lebih halus daripada Yogyakarta. Juga ada perbedaan dari gagang keris, luk, dan lain sebagainya. Masing-masing memiliki filosofi sendiri-sendiri.

Kiri : Keris Solo, kanan : Keris Yogyakarta (https://www.vikingsword.com)

Senjata Tradisional Kasunan Surakarta Hadiningratan

Pandangan di luar keraton mendefinisikan pusaka sebagai senjata yang bersifat sakral. Sedangkan dalam konteks Kasunanan Surakarta Hadiningrat, istilah pusaka dimaknai sebagai benda-benda peninggalan dari leluhur keraton yang diwariskan secara turun-temurun kepada dari Raja sebelumnya ke Raja yang selanjutnya.

Jadi, yang disebut pusaka bukan hanya berupa senjata saja, melainkan benda-benda lain yang memiliki arti tersendiri bagi keraton. Namun, dalam konteks ini, akan sedikit dibahas tentang senjata pusaka yang dipunyai Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Kasunanan Surakarta Hadiningrat mempunyai berbagai jenis senjata pusaka yang hingga kini masih dirawat dengan baik. Beberapa jenis senjata pusaka yang ada di Kasunanan Surakarta Hadiningrat antara lain keris, tombak, pedang, trisula, gada besi, meriam, dan sebagainya. Senjata-senjata pusaka keraton tersebut diyakini menyimpan makna magis sehingga memiliki kekuatan yang berpengaruh atau prabawa dan dianggap sebagai benda-benda sakral yang harus dihormati.

Kudhi (*)

Khudi Banyumas (https://notesmall.blogspot.com)

Kudhi bagi masyarakat Banyumas adalah salah satu perkakas yang serba guna, selain juga sebagai senjata tajam yang digunakan untuk melindungi diri dari bahaya yang mengancam. Dan sebagai sub budaya masyarakat Jawa, masyarakat Banyumas (dan seperti kebanyakan masyarakat Jawa) didalam kesehariannya selalu menggunakan simbol-simbol atau lambang. Simbol atau lambang tersebut bisa berbentuk benda, tulisan, ucapan maupun upacara dan kesenian, salah satunya Kudhi. Kudhi yang dianggap memiliki daya linuwih ini hanya dipakai sebagai senjata jimat. Sebab kudhi semacam ini jarang dan sangat sulit didapat. Masyarakat Banyumas sering menyebutnya dengan Kudhi Trancang.

Macam

Kudhi (https://www.kaskus.co.id)

Ada beberapa macam kudhi yang ada di Banyumas yaitu Kudhi Biasa atau yang sering dipakai untuk segala keperluan. Kudhi ini memiliki ukuran panjang 40 cm dan lebar 12 cm. Kemudian Kudhi Melem, kudhi yan pada bagian ujungnya seolah-olah berbentuk ikan melem. Ukurannya lebih kecil kira-kira 30 cm panjangnya dan lebar 10 cm. Kudhi ini berfungsi untuk membuat bilik dan pagar rumah. Dan yang terakhir Kudhi Arit, yaitu jenis arit yang pada bagian tengahnya mempunyai weteng (perut). Jenis ini dapat dipakai antara lain untuk keperluan mencari kayu bakar, ramban (mencari dedaunan) atau untuk nderes (mencari nira). Ukuran kudhi ini kira-kira 35 cm panjangnya dan 10 cm lebar perutnya.

Arit (sebelah kiri) dan Khudi Arit (sebelah kanan) - https://www.kaskus.co.id

Makna

Bagian-bagian kudhi terdiri dari; bagian ujung, perut, karah serta gagang. Bagian-bagian tersebut tidak hanya berfungsi sebagai alat pemotong semata, namun merupakan cermin dari karakter orang Banyumas yang sesungguhnya. Artinya jika kita simak secara bagian-perbagian. Ujung adalah nilai egaliterian yang ada pada masyarakat Banyumas, terhadap segala bentuk budaya lainnya. Hal ini ditunjukan pada bentuk ujung kudhi yang sama dengan senjata-senjata seperti golok, pedang dan semacamnya dari daerah lain. Bentuk perut menunjukan bahwa manusia hidup tidak hanya untuk memenuhi nafsu belaka namun ada hal yang lebih penting yaitu berusaha dan bekerja. Kemampuan perut kudhi sangat besar untuk dapat menyelesaikan pekerjaan yang berat-berat seperti membelah atau memotong obyek yang besar. Karah disini menyimbolkan bahwa penampilan (baca: materi) ternyata tidak bisa dijadikan sebagai acuan baik buruknya sifat sesorang. Hal ini dimaksudkan bahwa tidak semua karah yang bagus dan berukir akan memiliki perut dan ujung yang tajam (baca: baik). Sedangkan gagang merupakan pegangan dimana orang Banyumas didalam menyikapi hidup harus punya keyakinan yang jelas.

* Tambahan

Senjata Tradisional Jawa Barat


Sama seperti daerah lain, sunda juga memiliki kebudayaan tersendiri. kebudayaan sunda termasuk kebudayaan tertua di Indonesia karena sudah ada sejak Kerajaan Tarumanegara. Jika kita melihat lebih dalam, kebudayaan sunda juga tidak kalah menarik dengan kebudayaan lain yang ada di nusantara. Kebudayaan sunda meliputi senjata tradisional, bahasa, pakaian adat, rumah adat, dan kesenian.

Seperti biasa sahabat GPS Wisata Indonesia, disusun kembali Senjata Tradisional Jawa Barat dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.

Kujang

Senjata tradisional Kujang (https://pusakaprabusiliwangi.com)

Kujang diakui sebagai senjata tradisional masyarakat Masyarakat Jawa Barat (Sunda) dan Kujang dikenal sebagai senjata yang memiliki nilai sakral serta mempunyai kekuatan magis. Beberapa peneliti menyatakan bahwa istilah Kujang berasal dari kata Kudihyang dengan akar kata Kudi dan Hyang.

Kudi diambil dari bahasa Sunda Kuno yang artinya senjata yang mempunyai kekuatan gaib sakti, sebagai jimat, sebagai penolak bala, misalnya untuk menghalau musuh atau menghindari bahaya/penyakit. Senjata ini juga disimpan sebagai pusaka, yang digunakan untuk melindungi rumah dari bahaya dengan meletakkannya di dalam sebuah peti atau tempat tertentu di dalam rumah atau dengan meletakkannya di atas tempat tidur (Hazeu, 1904: 405-406).

Senjata tradisional Kujang (https://www.kujangsiliwangi.com/)

Sedangkan Hyang dapat disejajarkan dengan pengertian Dewa dalam beberapa mitologi, namun bagi masyarakat Sunda Hyang mempunyai arti dan kedudukan di atas Dewa, hal ini tercermin di dalam ajaran “Dasa Prebakti” yang tercermin dalam naskah Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian disebutkan “Dewa bakti di Hyang”.

Secara umum, Kujang mempunyai pengertian sebagai pusaka yang mempunyai kekuatan tertentu yang berasal dari para dewa (=Hyang), dan sebagai sebuah senjata, sejak dahulu hingga saat ini Kujang menempati satu posisi yang sangat khusus di kalangan masyarakat Jawa Barat (Sunda). Sebagai lambang atau simbol dengan niali-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya, Kujang dipakai sebagai salah satu estetika dalam beberapa lambang organisasi serta pemerintahan. Disamping itu, Kujang pun dipakai pula sebagai sebuah nama dari berbagai organisasi, kesatuan dan tentunya dipakai pula oleh Pemda Propinsi Jawa Barat.

Di masa lalu Kujang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Sunda karena fungsinya sebagai peralatan pertanian. Pernyataan ini tertera dalam naskah kuno Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian (1518 M) maupun tradisi lisan yang berkembang di beberapa daerah diantaranya di daerah Rancah, Ciamis. Bukti yang memperkuat pernyataan bahwa kujang sebagai peralatan berladang masih dapat kita saksikan hingga saat ini pada masyarakat Baduy, Banten dan Pancer Pangawinan di Sukabumi.

Morfologi Kujang

Bagian-bagian senjata Kujang (https://www.kaskus.co.id)

Karakteristik sebuah kujang memiliki sisi tajaman dan nama bagian, antara lain: papatuk/congo (ujung kujang yang menyerupai panah), eluk/silih (lekukan pada bagian punggung), tadah (lengkungan menonjol pada bagian perut) dan mata (lubang kecil yang ditutupi logam emas dan perak). Selain bentuk karakteristik bahan kujang sangat unik cenderung tipis, bahannya bersifat kering, berpori dan banyak mengandung unsur logam alam.

Dalam Pantun Bogor sebagaimana dituturkan oleh Anis Djatisunda (996-2000), kujang memiliki beragam fungsi dan bentuk. Berdasarkan fungsi, kujang terbagi empat antara lain: Kujang Pusaka (lambang keagungan dan pelindungan keselamatan), Kujang Pakarang (untuk berperang), Kujang Pangarak (sebagai alat upacara) dan Kujang Pamangkas (sebagai alat berladang). Sedangkan berdasarkan bentuk bilah ada yang disebut Kujang Jago (menyerupai bentuk ayam jantan), Kujang Ciung (menyerupai burung ciung), Kujang Kuntul (menyerupai burung kuntul/bango), Kujang Badak (menyerupai badak), Kujang Naga (menyerupai binatang mitologi naga) dan Kujang Bangkong (menyerupai katak). Disamping itu terdapat pula tipologi bilah kujang berbentuk wayang kulit dengan tokoh wanita sebagai simbol kesuburan.

Golok (Bedog)

Golok atau bedog sunda sangat beragam, karena tiap daerah di Jawa Barat memiliki variasi bentuk tersendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan, fungsi, dan karakteristik masing-masing masyarakat penggunanya. Golok (bedog) sunda umumnya memiliki bilah dengan panjang lebih kurang 30 cm sampai dengan 40 cm, namun ada pula bilah golok yang berukuran pendek atau kurang dari 30 cm. Golok (bedog) sunda yang memiliki panjang bilah lebih dari 40cm disebut kolewang atau gobang.

Profil Golok Sunda

Macam-macam Golok

Golok asli Sunda ada beberapa macam :

1. Golok Pameuncitan (P: 25-27 CM, L : 3 CM)

Golok Pameuncitan (https://archive.kaskus.co.id)

Lazim digunakan untuk menyembelih hewan, karena pameuncitan diambil dari kata 'peuncit' yg dalam bahasa sunda artinya sembelih.

2. Golok Pamoroan (P: 40-50 CM, L : 3,5 CM)

Golok Pamoroan (https://seukeutknifes.blogspot.com)

Lazim digunakan sebagai golok untuk berburu, dikenal juga jaman sekarang dengan nama internasional survival golok.

3. Golok Tani (P: 25-30 CM, L: 4 CM)

Golok Tani (https://galonggongjaya.blogspot.com)

Umumnya digunakan untuk berkebun dan bertani, pokoknya segala kegiatan di ladang.

4. Golok Pamugeulan (P: 23 - 24,5 CM, L : 6 CM)

Umumnya digunakan untuk menebang pohon atau kegiatan2 berat, dikenal sebagai golok. kelapa pada jaman sekarang.

5. Golok Sotogayot (P: 25 - 27 CM, L : 6 CM)

Umumnya digunakan untuk memotong bilah2 bambu atau untuk pengerjaan material bambu.

6. Golok Dapur (P : 20 - 23 CM, L : 4 CM)

Golok Dapur (https://archive.kaskus.co.id)

Digunakan untuk jenis kegiatan masak memasak dan aktifitas dapur, tapi bukan golok daging, karena golok daging sudah disebut sebagai pameuncitan.

7. Golok Panguseupan (P : 17 - 20 CM, L : 3 CM)

Digunakan untuk kegiatan memancing, panguseupan diambil dari kata kerja nguseup yg dalam bahasa sunda artinya mancing.

8. Golok Cepot (P : 15 - 17 CM, L : up to 9 CM)

Golok Cepot (https://archive.kaskus.co.id)

Banyak orang yg menganggap golok ini hanya untuk hiasan, padahal sebenarnya pada dasarnya golok ini diciptakan untuk membelah seperti halnya Kapak.

Golok Cepot (https://archive.kaskus.co.id)